PART 1
Pecahan
.
.
Ketujuh pasang mata menyorot terpana sesuatu yang kini terpampang di depan mereka. Satu menit keheningan menyeruak di dalam mobil. Mulut mereka membuka, tetapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Rupanya mereka tak bisa bicara saking terkejutnya. Sebab rasanya, pemandangan di balik kaca mobil itu adalah sesuatu yang tampak aneh, dan pada pemahaman tertentu membuat mereka bergidik ngeri, seakan-akan ada karakter buruk rupa yang keluar dari buku dongeng dan menyiksa mereka melihat kenyataan di luar akal.
Kecuali bagi Mijin yang sepertinya tidak merasakan hal yang sama, alih-alih menghindar wanita itu justru memeluk si perempuan berwajah pahatan dengan erat, secara ajaib membuat para member yang melihatnya heran dan terguncang. Beberapa saat kemudian Mijin melepas rengkuhannya, selagi menarik selepasan napas yang kedengarannya menyiratkan rasa puas dan rindu, lalu memandang balik wanita di depannya dengan sorot sendu bercampur cemas. Dia menggumamkan kata-kata yang tak bisa didengar oleh para member. Tampaknya dia bertanya-tanya kepada si orang asing, yang menggeleng tanpa senyum dan menjawab dengan suara pelan.
"Jadi," Yoongi membuka suara. "Mereka berdua saling kenal?"
"Kelihatannya begitu," kata Taehyung. Dia memajukan tubuhnya hingga pipinya nyaris menyentuh Hoseok yang duduk di bangku depan, melebarkan akses penglihatannya untuk dua wanita muda itu.
Tunggu, muda?
Taehyung memperhatikan wajah wanita itu baik-baik. Dalam siraman keemasan matahari pagi yang menerangi tubuhnya, sosoknya kini terlihat lebih jelas. Rambut lepek kemerahan menggantung sampai melewati bahunya. Bila tak ada kelam mata yang berkilat dari dalam rongganya yang dalam, siapapun bisa mengiranya mayat. Kulit pucat keabu-abuan membungkus tulang wajahnya begitu ketat, sehingga membuatnya tampak seperti tengkorak yang dilapisi semen berkerak. Dia kelihatan seperti baru saja menelan racun yang membuat tubuhnya menjadi kepucatan dan ringkih, menyerupai nenek-nenek. Tapi, Taehyung sangsi usianya paling tidak seumuran dengan Mijin, karena Noona-nya itu sekarang tengah membelai puncak kepala sosok itu, yang entah bagaimana sama sekali tak ada perasaan jijik ketika Mijin melakukannya.
"Si―siapa orang itu? Ada apa dengan penampilan dan wajahnya?" tahu-tahu Jimin bertanya.
Mendengar suaranya yang bergetar, seluruh kepala langsung menoleh ke jok belakang, mereka nyaris lupa bila beberapa menit yang lalu keadaan salah satu temannya itu jauh dari kata baik.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Namjoon tanpa menggubris pertanyaan Jimin sebelumnya. Member yang lain menatap Jimin dengan raut cemas, seakan-akan anak itu bisa pingsan kapan saja.
"Tidak apa-apa," jawab Jimin dengan pelan. Dia merasakan kedua pipinya menghangat saat orang-orang tampak cemas kepadanya. "Aku hanya ketakutan saja. Kukira orang itu hendak mencelakai kita."
"Mereka sepertinya sudah kenal lama." Jungkook menimpali cepat, matanya melirik pemandangan di depannya sekilas sebelum kembali lagi pada Jimin. "Kita hanya bersikap berlebihan saja tadi."
"Benar," sahut Namjoon, berpikir-pikir. "Mungkin orang itu pernah melihat Mijin Noona menaiki mobil ini. Jadi saat mobil ini terparkir, dia mengira Noona ada di dalam dan hendak menyapanya, tanpa dia tahu kalau di dalamnya hanya ada kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐁𝐓𝐒
Fanfiction[Pemenang Wattys 2020 Kategori Fanfiksi] ⭐ Follow dahulu sebelum membaca ⭐ Menjadi idola yang dicintai publik ternyata bukanlah hal yang mudah, dan member BTS rupanya merasakan sendiri hal itu. Kehidupan tenang mereka menjadi hancur karena ulah stal...