Keraguan
.
.
.
Efek dari perkataan manajer Sejin meresap perlahan-lahan dalam atmosfir mobil, tergambar jelas dari ekspresi orang-orang setelah mendengarkannya, mulai dari gelisah, takut, hingga keheranan.
"Ditembak? Pria yang tadi?" Hoseok berusaha meredamkan gejolak mualnya.
"Yang baru saja menabrak mobil kita," manajer Sejin menegaskan, selagi matanya berpindah-pindah mengawasi situasi riuh di luar dan para member. "Kulihat dia hendak kabur lagi setelah polisi berhasil menggusurnya dari mobil kita. Lalu terdengar tembakan, dan orang itu sudah terkapar di aspal."
"Hendak kabur, eh? Sudah kuduga," kata Namjoon. "Awalnya kukira ada orang jahat yang mengincar kita. Aku sudah keringat dingin membayangkan orang itu menekan pelatuk pistol saat berada di depan kaca mobil. Rupanya dia hanya terlalu panik untuk kabur hingga tidak melihat sesuatu di depannya."
Jungkook menatap Namjoon untuk beberapa detik sebelum beralih kepada manajer Sejin dan bertanya, "Apakah dia pelaku pembunuhan?"
"Sepertinya begitu," jawab manajer Kim. "Kau tidak punya gagasan lain lagi setelah melihat wajahya yang belepotan darah, bukan? Itu mungkin darah korbannya yang sudah mengering."
Jungkook memejamkan matanya sesaat. Bayangan pria yang belepotan darah kering tadi melintas di benaknya. Noda merah di mulutnya, apa itu benar adalah darah korbannya? Jungkook membatin. Dia tidak bisa membayangkan cara membunuh seperti apa yang telah dilakukan pria itu―karena terlalu janggal. Apakah dia memakan daging korban seperti dalam film zombie? Tapi bagaimana mungkin? Jungkook mencoba mengingat-ingat kejadian beberapa menit lalu, mencari-cari sesuatu yang lebih menggaruk rasa ingin tahunya. Ingatannya berhenti pada satu potongan kejadian; Pria itu sempat menggedor-gedor jendela sambil megap-megap, seakan ia sedang bersusah payah mengais udara ....
Tetapi apakah benar itu yang diinginkannya? Apakah pria tersebut memang sedang kehabisan napas? Ataukah ada alasan yang lebih penting daripada itu?
Bagaimana jika ....
"Bagaimana jika dia sedang berusaha meminta tolong?" Jungkook sama sekali tak sadar ketika kata-kata itu meluncur sendiri dari mulutnya.
"Apa maksudmu?" tukas Yoongi.
"Ada yang aneh dengan pria itu," kata Jungkook berusaha tenang. "Dia tampak kehabisan napas, tapi reaksinya terlalu aneh. Orang yang panik sampai sesak napas tidak punya banyak tenaga untuk kabur dari serangan polisi seperti tadi. Aku berprasangka dia sedang berusaha memberitahu sesuatu, mungkin dia mencoba ... minta tolong?" kalimat yang diucapkannya berakhir lirih, seakan sebetulnya butuh lebih banyak bukti untuk meyakinkan orang-orang di sekelilingnya. Tapi Jungkook tidak punya―nyaris, dan dia juga mempertanyakan mengapa asumsi itu muncul di dalam benaknya. Mengapa harus minta tolong? Dia terdengar seperti sedang membela orang asing.
"Aku tidak mendengar suara minta tolong," sahut Namjoon.
"Minta tolong tidak harus lewat kata-kata, 'kan?" kata Jungkook. "Dia menggedor-gedor jendela."
Kemudian Namjoon membalas dengan tidak sabar, "Dia menggedor jendela untuk memberitahu kita agar segera menyingkir supaya dia bisa lari. Bukankah itu yang biasanya dilakukan orang ketika sedang panik? Mereka tidak bisa berpikir dengan baik. Tak ada hubungannya dengan sesak napas."
"Ah, tapi Hyung ...."
Suara tajam milik Yoongi memotong, "Jungkook-aa, sebetulnya aku tidak peduli untuk mengurusi siapa pria itu, tapi kekacauan ini membuat kita semua terguncang. Tidak hanya kita dan polisi di luar sana, tapi hampir seluruh pengguna jalan―mereka yang tidak tahu apa-apa, yang seharusnya tidak melewatkan malam di tengah guyuran hujan dan suara tembakan. Panik atau tidak, pria itu tetap bersalah. Keadaannya membuat orang salah sangka. Siapa yang peduli dia pembunuh atau bukan? Kau melihat darah dan berpikir kalau dia baru saja terlibat sesuatu yang mengerikan, memang ada alasan yang lebih masuk akal dari itu? Jungkook-aa, kau mungkin punya hati yang baik, tapi kurasa saat ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapkannya. Kau tahu maksudku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐁𝐓𝐒
Fanfiction[Pemenang Wattys 2020 Kategori Fanfiksi] ⭐ Follow dahulu sebelum membaca ⭐ Menjadi idola yang dicintai publik ternyata bukanlah hal yang mudah, dan member BTS rupanya merasakan sendiri hal itu. Kehidupan tenang mereka menjadi hancur karena ulah stal...