013. So, Goodbye?

1.9K 167 20
                                    

Aku akan memperingatimu satu hal penting. Kombinasi antara rindu, ciuman, emosi dan ranjang itu tidak baik. Ciuman penuh rindu yang di lingkupi emosi dan dilakukan di atas ranjang akan selalu mempunyai akhir yang sama.

Having sex.

Yeah, setelah enam bulan aku dekat dengan Drew, pada akhirnya aku bisa melakukan kegiatan ranjang juga. Ini waktu terlama untukku selama aku mengenal makhluk lawan jenis. Aku tidak pernah tabu langsung melakukan sex saat pertama kali bertemu. Oh, jangan pernah lupa membawa kondom cadangan kalau partnermu beralasan tidak membawanya. Sex with strangers without condom is a no-no. Dengan kondom atau tidak sama sekali!

Aku pernah meninggalkan partnerku saat dia beralasan lupa membawanya dan akupun tidak membawanya. Yeah, dia tidak terima tentu saja. Tapi aku ingatkan, kelemahan lelaki ada di alat vitalnya. Tendang alat vitalnya dua kali dan kau bisa melenggang bebas.

Aku ingat setelah kami selesai melakukannya aku berbisik kalau akhirnya aku bisa berhubungan sex dengannya yang langsung diprotes oleh Drew karena ini bukan hubungan sex, tapi bercinta.

Aku tertawa geli. Bukan, bukan karena aku menertawakan ucapannya, aku tertawa karena aku merasakan hal yang sama. Tapi Drew salah sangka dan kembali menyerangku yang kuterima dengan senang hati.

Sudah kukatakan kalau aku murahan kan? Soal emosi dan segala macam penjelasan yang dituntut Drew, akan ku pikirkan nanti saja.

Aku memandang Drew yang sedang tertidur pulas di sebelahku. aku tidak pernah menyangka kalau tubuh Drew seindah ini. Apalagi sesuatu yang ada di antara pahanya. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana aku memujanya yang membuat Drew mendesis dan menggeram hebat. Aku yakin, sesuatu itu akan menjadi favoritku mulai sekarang.

Aku mengusap lembut beberapa tanda kemerahan yang kubuat di leher dan dadanya. Aku terkikik geli. Aku bahkan membuat lebih banyak tanda kemerahan di pahanya. Aku yakin, saat mandi nanti Drew akan menggeram sebal dan meneriakiku.

Aku menggeliat dan akan bangun dari tidurku sebelum tangan Drew meraih pinggangku dan menarikku mendekat.

"Drew!"

"Hm..."

Aku memukul pelan tangannya yang kini sudah meremas payudara kananku. "Bangun!"

"Nanti." Ucapnya serak yang sialnya malah membuat gairahku naik, terlebih tangannya yang kini sudah menjelajah di tubuhku. Dalam sekejap mata, kini Drew sudah kembali menjulang di atasku, menindihku dan memaksa aku merasakan sesuatu miliknya yang sudah terbangun.

"Minggir!" Drew menyeringai. Aku tahu artinya. Tapi hari ini aku ingin bertingkah jual mahal. "Ini sudah siang, Drew! Kita sudah melakukannya sepanjang sore kemarin, dan kita baru beristirahat pukul tiga tadi pagi."

Aku tidak pernah menyangka kalau stamina Drew sangat menakutkan. Serius. Drew bahkan menolak menggunakan pengaman ataupun mengeluarkan sperma di luar. Dia melakukannya seolah-olah kita pasangan suami istri yang sedang menanti keturunan.

"Pukul berapa sekarang?" tanya Drew di sela-sela kegiatannya mencium dan menggigit-gigit kecil bahu dan leherku.

"Sepuluh." Jawabku disela-sela kegiatan mendesahku.

"Kita masih bisa melakukan dua atau tiga kali lagi." Ucapnya enteng.

"What?!" aku mendorong tubuh Drew, dan tentu saja sia-sia. Tubuh Drew bahkan tidak bergeser sama sekali. Kekuatan napsu memang luar biasa. "Kita butuh makan, Drew!"

Drew mengangkat kepalanya dan menatapku memelas. "Sekali lagi?"

"No. sekarang bangun. Kau mandi dan aku akan memesan makanan."

002. Gay GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang