001. Him

4.1K 261 19
                                    

Namanya Drew. Andrew Christopher Harold. Lelaki dengan lesung pipit paling manis yang baru pernah ku lihat dan oh! Lihat abs nya! Dia sempurna!

Dan seolah itu belum cukup menggambarkan bagaimana lezatnya dia dimana wanita dewasa seperti ku, sikap penyayangnya yang tidak segan-segan ia tunjukkan pada Joey dan Megan mampu membuatku mendesah iri. Ya, kenapa ia hanya bisa bersikap begitu lembut hanya di depan Joey dan Megan? Kenapa tidak saat ia berhadapan denganku?

Drew bisa bersikap sangat normal saat berhadapan dengan Haley atau Pop, bahkan di depan Kenneth walau terkadang tatapan mata Kenneth seperti mengintimidasi. Oh, aku memakluminya karena bagaimanapun juga kalau aku dihadapkan dengan pilihan antara Kenneth atau Drew, jelas aku akan memilih Drew tana berpikir panjang.

Okay, Kenneth memang tampan dengan tampilan dewasanya. Tapi entah kenapa Drew lebih menarik seribu kali lipat dari pada Kenneth dan itu tidak terbantahkan sama sekali.

"Take a breath, Jess." Kikik Megan yang membawakan handuk untuk ketiga lelaki yang sedang berenang di depan sana.

Dan apa aku sudah bilang kalau kali ini Tuhan sungguh sangat baik mengijinkanku melihat betapa sempurnanya seorang Drew? Lihat otot-ototnya yang menyembul sempurna di tempat-tempat yang tepat. Dan speedo yang ia pakai jelas tidak terlalu berhasil menutupi apapun di baliknya. Shit! Pipiku memanas.

"Kau yakin kalau dia gay?" tanyaku saat Megan mendekat dan memberiku secangkir coklat hangat.

"Dia hanya butuh kebebasan, dan ia memanfaatkan fisiknya untuk menarik semua orang."

"And the point is?"

"He needs someone to cover him."

"Cover?" tanyaku semakin tidak mengerti.

Megan menyesap coklat hangatnya dan tersenyum tipis. "Can you do me a favor?"

"What?"

"Buat dia jatuh cinta, Jess."

Mataku membulat sempurna. What? Membuat makhluk dingin itu jatuh cinta padaku? Demi Bikini Bottom, itu pasti lebih dari mustahil.

Okay, membayangkan aku yang jatuh cinta sampai merana karenanya itu jauh lebih mudah dari pada membayangkan dia yang tersenyum manis ke arahku. Tidak, itu tidak pernah terbersit di pikiranku.

Pertama, karena that gay guy selalu menghindariku, entah dalam hal berinteraksi atau hanya dalam urusan melihat! Ya, Drew selalu buru-buru menghindari melihatku saat aku tiba-tiba datang atau tidak sengaja berpapasan dengannya seolah aku ini sebangsa dengan virus mematikan yang akan membuatnya terkontaminasi.

Kedua, bagaimana mungkin aku bisa membuatnya jatuh cinta kalau untuk mengucapkan 'hai' itu sama sulitnya dengan meraih program doctoral di Havard?

"You're kidding me, right?" desis ku tertahan.

"Jessica!!!" Joey melambaikan tangannya ke arahku yang membuat Megan protes panjang lebar karena seharusnya ia memanggilku Aunty. "Mom! Jessica's okay. Jangan membuatnya rumit!" protes Joey sembari mengerucutkan bibirnya.

"No! Aunt Jessica, Joey! Try it."

"No!"

"Joey, Mom memang lebih senang membuat semua hal menjadi rumit." Ucap Kenneth dengan wajah seriusnya. "Kau tahu kan itu yang membuat kalian tinggal di Italy selama lima tahun."

Dan seperti yang sudah-sudah Megan akan mengomeli Kenneth panjang lebar, sedangkan Joey lebih senang mendekat kearah Drew yang kali ini sedang mengeringkan rambutnya yang entah kenapa terlihat sangat-sangat seksi. Oh Tuhan!

"Jessica, kau memiliki kekasih?" Tanya Joey lantang yang mampu membuat debat kusir Ken-Meg terhenti.

"No."

"Drew juga belum memilikinya dan menurutku kalian berdua cocok."

Oh God!

-o0o-

Makan siang di kediaman Megan berlangsung ceria terkecuali aku. Teriakan Joey seperti tidak berdampak apapun pada Drew tapi bisa mempunyai dampak begitu dahsyat untukku. Lihat saja jantungku yang berdetak terlalu cepat hanya karena Drew duduk di depanku. Dan aku sedikit ketakutan kalau Megan yang duduk disebelahku bisa mendengar degup jantungku yang ada di luar jalur normal.

"Relax, dear." Bisik Megan geli.

"Shut up!" desis ku tajam.

"Jessica! Kau bekerja dengan Mommy?" Tanya Joey saat Drew sedang membersihkan sisa makanan di bibirnya.

God! Kenapa kau harus menciptakan lelaki sesempurna Drew menjadi seorang gay? Aku sangat bisa memanfaatkan segala kesempurnaannya dengan sangat baik. Aku bisa meminta sepasang tangan kokoh itu untuk menggendongku masuk ke dalam kamar, atau sepasang tangan itu untuk mengusap punggungku saat aku kesulitan tidur. Sepasang paha yang kokoh yang bisa kugunakan untuk bantal kepalaku. Punggungnya yang bisa ku jadikan sandaran. Bahu dan dadanya yang bisa kupeluk untuk mencari kenyamanan, atau bahkan bibirnya yang bisa ku cium sampai collapse!

"Satu kantor tapi beda divisi."

"Apa itu divisi, Daddy Drew?" Tanya Joey polos yang mengundang kekehan renyah dari bibir seksi Drew yang entah kenapa terdengar sangat seksi.

Earth to, Jessica! Kenapa hanya kata seksi yang selalu terngiang kalau aku berhadapan dengan lelaki di depanku ini.

"Pembagian pekerjaan Joey. Seperti mata pelajaran yang kau ambil."

"Oh! Jadi kau mengambil Math class atau Science class, Jess?" Tanya Joey dengan mata bulatnya yang memandangku polos.

"No honey." Kekehku geli. "Umh, mungkin divisi seperti bagian kasir dan pelayan diminimarket?"

"Oh! Ada yang melayani dan memeriksa barang-barang, right?" ucap Joey riang.

"Right!" ucapku senang dan tanpa sengaja mataku bersirobok dengan matanya yang sedang menatapku datar. Oksigen! Aku butuh oksigen sekarang juga!

"Take a breath, Jess." Bisik Megan geli.

Sial!

"I really need to go."ucapku sembari memasukkan handphone ke dalam tasku.

Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan pesonanya!

"Kau punya acara lain, Jess?" Tanya Megan dengan binar jahil yang sama sekali tidak ia sembunyikan.

"Yoga class. Aku harus berlatih pernapasan." Sindirku.

"Okay! Hati-hati di jalan."

"Thanks."

"Oh! Jangan lupa tawaranku, Jess." Ucap Joey saat aku akan melangkah meninggalkan meja makan.

"What?"

"Daddy Drew is available to be your mate." ucapnya dengan senyum manis yang entah kenapa mampu membuatku mulas.

"Not 'mate', Joey. But a 'sweetheart,' okay?" koreksi Kenneth yang entah kenapa makin membuat perutku sakit.

"Oh, okay! Jessica will be Daddy Drew's sweetheart. Like that?" Tanya Joey menegaskan.

"God! I'm out! Bye!" aku melangkahkan kakiku cepat-cepat walau aku masih sempat mendengar tawa menyebalkan dari Kenneth dan Megan.

Bukan, aku bukannya tidak senang dengan omongan Joey. Tapi saat aku melihat tatapan Drew yang datar cenderung tajam mampu membuatku nervous akut. Kakiku lemas dan perutku sakit. Dan yang aku tahu selama lebih dari tiga puluh tahun hidupku, tatapan yang Drew berikan jelas bukan tatapan bersahabat. Dan aku tahu, aku kehilangan satu point manis di depannya.

###

Satu jam saja! dan ini bukan judul lagunya si bebek ya gaes. Ahahaha... cuma mau kasih pandangan aja kalau ceritanya si Drew-Jess ya bakalan kaya gini dan  dengan panjang yang segini pula. karena lagi-lagi aku nulis pasti di sela-sela kerjaan atau rapat yang menggunung. okay?

ENJO

002. Gay GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang