五 (read; wü)

3.1K 36 0
                                    

Please kindly vote and give some comments ..
Thank you


Keesokan harinya.

Jason sudah terjaga karena kebelet pipis di jam 5.30. Dan dia berencana untuk tidak melanjutkan tidurnya lagi. Selesai mencuci muka, Jason turun ke bawah, mencari market di rumah sakit ini, untuk membeli sedikit sarapan dan cemilan untuk dirinya. Dia berencana untuk menjaga di sini seharian lagi. Tadi jam 6 lewat sedikit, Dicky mengabarinya, bahwa pemotretan VogueChina ditunda menjadi besok. Jadi hari ini Jason free, tidak ada jadwal.

Setelah membeli beberapa potong sandwich dan beberapa bungkus cemilan ringan, Jason menuju kamar ruang inap Gya lagi.

Begitu memasuki kamar itu, Jason sempat terkejut, karena dia melihat Gya sedang berusaha bangun. Dia segera menghampiri gadis itu, untuk membantunya.

"Saya ingin ke toilet." ucap Gya pelan.

Jason mengangguk dan membantunya.

Jujur saja ini adalah kali pertamanya menjaga pasien. Setelah memastikan Gya sudah aman berdiri di kloset, Jason keluar dari toilet itu dan membantu Gya menutup pintu.

Dia menepuk pipinya sendiri yang tiba tiba memerah. Errggh, dia baru saja membayangkan yang tidak tidak. "Yeah, that means I am normal." gumannya.

Jason sedang membuka gorden jendela, untuk membiarkan sinar matahari menembus masuk ke kamar.

"Maaf." Jason menoleh dan bisa terlihat Gya sedang berjalan ke arah kasurnya. Dia segera mendatanginya dan memegangnya untuk naik ke kasur.

"Maaf, hmm, sejak kapan, ada nama minimarket begitu di Singapure? Atau, apakah rabun jauhku separah ini, sampai salah membaca tulisan?" suara Gya terdengar pelan. Jason mengikuti maksud Gya. Gadis ini sedang membicarakan kantong plastik tepat di bawah Gya.

"Iya, ini kan memang minimarket lokal di Beijing sini ?"

"Beijing? Maksudnya ?"

Gya terlihat bingung, dan pandangannya kemudian menerobos keluar jendela. Semua adalah bangunan bangunan tinggi.

"Saya tidak ingat, kalau Singapure memiliki gedung gedung tinggi itu."

"Kita sekarang di Beijing." Jawab Jason tenang, sambil membuka bungkusan sandwichnya.

"Beijing? Saya tidak ingat, saya ada di Beijing. Sejak kapan ?"

Baru akhirnya, Jason menyadari ada yang aneh.

"Kau tidak mengingat?"

Gya menggeleng, dan perasaannya terasa tidak enak. Dia juga ikut menyadari, bahwa banyak yang tidak bisa dia ingat. Dia mulai mengetes dirinya sendiri.

Nama orang tua. Oke.

Alamat rumah. Oke.

Nomor handphone? Dia tidak tahu.

Pekerjaannya ? Dia adalah akuntan publik. Tapi, dia merasa lupa dengan apa aja pekerjaan yang sudah dikerjakannya.

Apakah dia punya pacar ? Dia tidak ada jawaban.

Sahabat ? Blank lagi.

Makanan minuman favorit. Oke

Nama perusahaan tempat dia bekerja. Lupa.

Nama bos. Lupa.

Teman kerja. Nihil.

Nama sekolah ? Kosong.

Apakah dia punya artis favorit ? Ada beberapa yang dia ingat.

Gya tersadar dari lamunannnya, ketika Jason menepuk bahunya.

Those Were the DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang