十一 (read: shì yī)

1.7K 29 0
                                    

Please kindly vote and give some comments ..
Thank you

Jason mengeluarkan mobilnya dari parkiran basement apartemennya, dan berkemudi dengan tidak jelas di jalanan. Kesabarannya sudah hampir habis. Pikirannya kacau hanya karena gadis itu. Dan ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah sama sekali. Sekalipun terhadap Eve. Dia tidak pernah seperti ini.

Dia memilih untuk pergi saja, daripada dia melawan gadisnya itu. Dia tidak ingin kesalahannya berulang lagi.

Dia terus menjalankan mobilnya dengan tanpa tujuan, sampai akhirnya mobilnya berhenti di depan sebuah bar 24 jam. Ini adalah tempat nongkrongnya ketika dia baru selesai sekolah. Ketika keluarganya sempat pindah ke Beijing, dan kembali ke Hongkong .Sebelum dia berangkat ke Seoul.

Tidak lupa dengan topinya, dia berjalan masuk ke dalam bar itu. Memesan minuman, dan meneguk beberapa gelas. Kesadarannya masih ada, terus mengingati dirinya agar tidak mabok. Cukup beberapa gelas untuk menyegarkan pikiran. Sejak kapan minuman whisky bisa menyegarkan pikirannya. Belum pernah. Tapi dia terus meminumnya.

Mungkin karena masih pagi, pengunjung bar juga tidak banyak. Jason melamun, memikirkan Gya. Otaknya tidak bisa berhenti memikirkan gadis itu.

Dia cukup menghabiskan beberapa jam di sini. Setelah hampir jam 11 siang, dia mengeluarkan handphonenya, mencari nomor seseorang dan menghubunginya.

"Ge." Panggilnya. Raut mukanya tampak meringis sesaat.

"Lagi dimana ?"

"Aku jemput."

Dia membayar minumannya dan berjalan keluar. Kepalanya sekarang lebih sakit lagi ketika kena sinar matahari. Dia cepat berjalan masuk ke dalam mobilnya, dan menjalankan mobilnya.

Tujuannya sekarang adalah bandara. Menjemput Dicky yang baru saja turun dari bandara.

——
Dicky agak terkejut dengan manusia di depannya sekarang. Jason sekarang sedang membantu Dicky memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobilnya.

"Hei, apa yang terjadi denganmu?" tanya Dicky penasaran ketika mereka sudah dalam mobil.

"Tidak apa apa."

"Bukannya kau buru buru pulang tadi pagi. Lalu ... ?"

"Ya, aku sampai duluan dan aku sedang menjemputmu sekarang."

Dicky menyengir.

"Harusnya kau bersama kekasihmu dong, bukan malah menjemputku di sini."

"Ge, kau harusnya senang dong ada yang menjemputmu."

"Beh, tanpamu, juga bakalan ada yang jemput aku, oke ?"

"Kalau tidak senang, turunlah sekarang!" Jason menghentikan mobilnya dengan tiba tiba. Dicky merasakan aura tidak benar. Karena mimik wajah Jason sudah berubah.

"Slow bro..." Dicky berusaha menenangkannya.

"Stop talking bro.. I am not in a good mood." ujar Jason kemudian.

"Oke!"

Dicky hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia memilih diam saja. Sudah bisa ditebak, adiknya ini sedang ada masalah dengan Gya. Pasti!! Karena pekerjaan tidak masalah selain masalah skandalnya itu. Dan sekarang sudah mulai mereda.

Diam diam Dicky tersenyum dengan tingkah adiknya ini. Ini adalah kali pertama. Seperti orang stress , frustasi, kacau. Dia sudah jatuh dalam lubang yang digalinya sendiri, pikir Dicky. Siap siap akan ada masalah yang lebih besar lagi, lagi lagi Dicky menggeleng geleng kepalanya sendiri, sambil senyum senyum tidak jelas.

Those Were the DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang