Change

4.5K 226 2
                                    

Rafael [1]

Setahun kemudian.

Kringggggg....

Bel sekolah terdengar begitu nyaring, membuat seluruh siswa harus menekuk wajah untuk memulai pelajaran pertama setelah selesai melewati liburan panjang semester pertama.

Suara juga sama berbunyi di sudut ruangan rumah bergaya modern. Tangannya terulur untuk mematikan suara alarm yang memang ia setel tepat pada pukul tujuh.

Lelaki itu kini berdiri. Berjalan menuju kamar yang memang berada satu ruang dengan kamarnya. Setelah selesai berbenah diri, lagi-lagi ia melirik pada jam dinding di kamarnya.

Senyum itu terukir begitu culas, entah kenapa senyum hangat yang biasanya hadir disana sekarang tergantikan dengan senyum culas khas miliknya setahun terakhir.

Lelaki dengan seragam acak-acakan, dasi yang tersampir di pundak, kancing seragam yang terbuka membuatnya terlihat seperti murid tak mempunyai niat sekolah, lagi-lagi senyum culasnya terukir di bibirnya, sorot dingin matanya kini menjadi penghias mata.

Diambilnya tas pungung yang hanya berisi satu buku dan satu pulpen saja, seperti sebelum-sebelumnya ia akan datang tepat setelah guru memberikan pelajaran atau setelah dia selesai menerima hukuman.

Semangat sekolahnya mengebu kala memikirkan tentang bagaimana ia menerima hukuman itu. Pak Dedi sang kesiswaan sangat berbeda padanya, guru itu begitu tak menyukai perubahan sikapnya. Aneh.

Lelaki itu turun, mengambil kunci motor dan lekas pergi meninggalkan rumahnya, sebelum intruksi "Rafael, sarapan dulu" mengema dari dalam rumahnya.

Terlihat gerbang sekolah telah ditutup, Rafael segera berbelok memasuki gang kecil tempat dimana dulu Yoga memakirkan motornya di warung ini.

Warung yang juga sering ia kunjungi akhir-akhir ini, pemiliknya bernama Bik Sumi. Ya, dia wanita baik.

"Bik, nitip motor didepan,"

"Iya, tumben datengnya pagian?"

"Haha, bibik bisa aja orang biasanya Rafael dateng juga jam segini."

"Halah, enggak bibik tau kamu mah dateng lebih sering jam sembilan,"

Rafael tersenyum mendengar keterangan waktu jam masuk sekolahnya.

"Haha gapapa kali bik, Rafael tinggal dulu."

Rafael berjalan mendekati pintu kecil yang tersedia di belakang sekolah dan segera melompatinya.

***

"Pengumuman, kepada Ketua osis Nadyla Nova segera ke kesiswaan."

Mendengar pengumuman itu Nadyla menghentikan acara menulisnya, dan meminta izin untuk datang segera ke kesiswaan pada Bu Reni -guru Kimianya.

Langkah kaki Nadyla terlihat sangat santai, pada jam jam begini biasanya dia masih bergelut didalam selimut.

Liburan dua minggu sudah sangat cukup menyenangkan, dan menjabat sebagai Ketua Osis sangatlah menghabiskan tenaganya.

Brukk

Nadyla terjatuh seketika saat bertubrukan dengan seseorang yang berlari dari arah belakangnya.

Nadyla mengeram marah, siapa yang berani menabrak orang yang tangah berjalan dengan biasa saja, seperti tidak ada jalan lain saja.

Nadyla berdiri membenarkan seragamnya dan mengedarkan matanya untuk melihat sekeliling, ia heran tidak ada seseorangpun yang berada di depannya.

Rafael ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang