Posesif

2.4K 174 1
                                        


"Gausah, sok posesif."

Rafael menatap lembut mata Nadyla, menarik seluruh perhatian gadis itu hanya untuk melihat kepadanya. Kejadian kemarin malam membuat keduanya masih diliputi kecangungan yang begitu ketara.

Rafael sebenarnya masih tidak percaya dengan ucapan Nadyla. Gestur tubuh risaunya bahkan terlihat jelas setiap saat.

Rasa ragu menyelimuti dirinya, memberikan hatinya pada orang yang sama akan terasa sangat salah. Untuk kadar hati seseorang yang telah tersakiti sebenarnya sangat bodoh untuk membiarkan semuanya kembali kejalan awal disaat dia sudah bebelok sangat tajam dan hampir merosot jauh dari aspal.

"Raf, kalau gaada yang diomongin gua balik."

Belum sempat Rafael menghentikan. Langkahnya sudah terlebih dahulu berhenti setelah melihat Nadyla tersenyum begitu lebar kepada yang lain. Senyum yang begitu sering ia impikan kini kembali nyata. Namun jelas bukan tertuju kepadanya.

Rasa perih, tak terima dan kecewa menyergapnya. Namun seolah semua menamparnya dia siapanya Nadyla?

Semuanya bahkan telah selesai jauh dari waktu ini. Jauh dari sebelum ini. Rafael sendiri bahkan yang mengatakan hubungan mereka telah usai.

Rafael mencoba tenang, sebenarnya hingga saat ini dirinya sudah begitu tenang. Setelah Rafael berbaikan dengan masa lalu, hidupnya seakan kembali kepada jalan lurus. Di depannya kelas sudah berjalan dengan kondusif mata pelajaran kimia itu sudah mulai dari lima menit yang lalu, belum sepenuhnya terlambat untuk masuk kedalam kelas Bu Nurul, guru yang terlihat begitu kalem dari namanya siapa sangka akan menjadi buas saat mengajar. Sungguh, seumur-umur Rafael tidak pernah mendapati guru pelajaran kimia kalem, selalu killer.

Tanpa permisi dan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu,Rafael berjalan memasuki kelas dengan santai. Semua tatapan murid di kelasnya nampak begitu tidak percaya seorang Rafael akan kembali melangkah kedalam kelas kimia.

"Tumben kamu masuk kelas saya."

Setelah dirinya duduk di kursi kebesarannya, suara Bu Nurul sudah mengisi kekosongan yang terjadi di kelas ini. Rafael hanya tersenyum kecil, senyum yang perlahan kembali ke dalam wajahnya dan itu membuat semua teman-temannya mengeryit heran.

"Gapapa."

Masih dengan senyum yang begitu dirindukan Rafael mengeluarkan bolpoin dari tasnya yang super ringan.

"Kamu cuma ngeluarin bolpoin?"

Rafael membali tersenyum mengdengar decakan dari bibir guru kimianya. Lalu setelahnya ia menganguk kecil.

"Maaf, tadi saya semalam tidak pulang kerumah. Jadi, saya hanya membawa bolpoin hasil mencuri di kotak pensil Dita kemarin."

Merasa namanya disebut, Dita menatap Rafael cepat. Setelahnya ia merogoh kotak pensilnya guna mencari  bolpoin gel yang baru ia beli dengan aksen biru laut sebagai warna kesukaannya. Dita mendesah kecewa bolpoin itu sudah hilang dan berpindah tangan ke gengaman Rafael.

Rafael yang melihat hal itu segera menatap Bu Nurul kembali, lalu tersenyum kecil.

"Dimana kamu semalam? Dan kembalikan bolpoin Dita sekarang."

Rafael menganguk lalu memanggil Dita, setelah dirasa Dita menatap padanya ia segera melempar bolpoin itu untuk dikembalikan. Tidak perduli dengan tatapan Bu Nurul yang begitu tak terima tidak di sopani.

"Semalam, saya masih berada di rumah Nadyla memeluknya."

Ucapan itu membuat seluruh kelas membulatkan mata menatap tak percaya pada Rafael. Nih anak udah gila!

Bukan hanya itu, seseorang yang baru saja mengetuk pintu kelas Rafael segera menarik tangannya menjauh dari sana secepat mungkin. Namun ia gagal melakukan hal itu dikarenakan tugas teman-temannya yang harus dikumpulkan kepada Bu Nurul. Dia salah, sebenarnya ia bisa menaruh tugas-tugas ini langsung di meja Bu Nurul. Namun naasnya dia tidak tau mana meja guru ini. Dikarenakan Bu Nurul adalah guru penganti sementara dari Bu Hani, guru kimianya yang baru saja melahirkan.

Nadyla menelan salivanya, menatap seluruh penjuru kelas Rafael. Nadyla sadar bahwa saat ini seluruh perhatikan mengarah padanya.

Rafael yang melihat pandangan menghakimi dari seluruh teman-temannya berjalan ke pintu, ia kembali tidak peduli dengan ada atau tidaknya guru disana.

"Ada apa?" Tanya Rafael saat sudah berada di depan Nadyla, menatap lembut mata coklat dihadapannya. Melupakan seluruh pandangan mencemooh dari teman-temannya. Mereka masih tak terima sang Ketua Osis kebanggaan mereka mengubah namanya menjadi buruk di mata sekolah. Dan alasan berubahnya sikap mantan Ketos itu adalah karena gadis bernama Nadyla yang mencampakkannya enam bulan yang lalu di puncak ijen.

"Ini mau tanya ke Bu Nurul mejanya sebelah mana."

Nadyla mengigit bibirnya, setelah kejadian kemarin Nadyla masih engan menatap dan berbicara dengan Rafael, seolah-olah harga dirinya baru ia bangun kembali saat semuanya telah kandas kemarin disaat ia mengatakan semuanya di dalam pelukan hangat milik Rafael.

"Yaudah ayo."

Seluruh pandangan terkejut dari murid kelas nampak berbeda dengan pandangan Rafael yang begitu lembut pada Nadyla, ia mulai mengandeng tangan Nadyla menjauh dari lingkup kelasnya. Sebelum sebuah suara menginteripsi untuk kembali duduk dari Bu Nurul.

"Kamu taruh tugas kelasmu di meja sini saja. Nanti saya yang akan membawanya sendiri."

Nadyla menganguk, lalu melepaskan gengaman Rafael darinya dan melangkah untuk menaruh kertas-kertas itu di meja kelas Rafael. Lalu selanjutnya meminta izin untuk permisi terlebih dahulu.

Setelah memastikan Nadyla hilang di belokan Rafael kembali berjalan untuk duduk di bangkunya.

"Jangan mikirin punya gua, gua benci milik gua dipikirin sama kalian semua."

Ucapan rendah tengilnya kembali, Rafael yang begitu bersahabat telah kembali kedalam dirinya. Setidaknya mereka berdoa semoga saja Rafael tidak kembali pada sifatnya yang baru-baru ini. Karena sifatnya yang baru-baru ino sungguh bukan karakter Rafael.

"Sok posesif lo."

"Oh jadi lo mau ya pacar lo itu jadi punya gua?"

Rafael menampar Galen dengan omongannya. Lelaki yang baru di kelasnya itu adalah sahabat barunya. Sahabat yang tau dirinya sudah seburuk apa di dalam sana. Galen hanya memandang dengan wajah flatnya lalu mengeleng pelan.

Ia jelas tidak mau pacarnya direbut oleh Rafael si playboy baru Angkasa.

⏪⏺⏩

To be continue


Rafael ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang