ending

1.4K 80 4
                                    

Semua orang yang hadir sejenak diam, semua mata tertuju pada satu titik, dimana Rafael dengan setelan jas putihnya dan dihadapannya penghulu serta ayah dari Nadyla.

"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Nadyla Nova binti Dedi Areksi Nova dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Dengan suara tegas dan lantangnya Rafael berhasil mengikrarkan dengan sempurna hanya dengan satu tarikan nafas.

"Alhamdulillah, bagaimana sah?"

"Sah~"

Rafael tersenyum bangga pada dirinya, ia mampu menyelesaikan dengan baik dan lancar meskipun ia ketahui bahwa tangannya sangat bergetar hebat akibat gugup, dan rasa rindunya sangatlah besar akibat Nadyla hampir seminggu lebih dipingit, itu membuatnya frustasi. Setelah acara doa selesai, Nadyla diperbolehkan memasuki ruangan.

"Mempelai boleh memasuki ruangan."

Setelah seruan itu, Nadyla bersama dengan mama dan papanya berjalan perlahan tapi pasti. 

Kebaya putih yang serasi dengan Rafael memperlihatkan betapa bahagia dirinya hari ini. Menjadi seorang istri dari Rafael Allexia bukanlah sebuah ilusi saja.

Dulu memang ia sempat lupa dan menganggap Rafael hanya sebuah ilusi yang dihadirkan. Namun, dengan kerja keras orang orang yang ada di lingkupnya, ia berhasil mengembalikan semua kenangan dan menerima bahwa Rafael ada nyata bukan hanya ilusi semata. 

Setelah Nadyla berhasil duduk tepat disamping Rafael, Nadyla dipersilahkan untuk menandatangani buku nikah sah. Dan bertukar cincin. Para awak media menyoroti dan tidak ingin tertinggal seincipun memori yang sakral ini.

"Silahkan Salim dengan suami."

Setelah semuanya selesai, Nadyla menghadap kepada Rafael dan mulai menyalimi tangan seseorang yang telah sah menjadi suaminya. Nadyla menempatkan tangan suaminya tepat dihidungnya, tanda menghormati sang kepala keluarga.

Rafael memegang pundak sang istri dan mencium keningnya lembut menyalurkan seluruh kasih dan sayangnya secara nyata. Tanpa sadar keduanya saling menitihkan airmata bahagia airmata keterharuan. Rafael mencium pipi Nadyla untuk mengakhiri.

Senyum keduanya berseri menampakkan betapa Indah hari ini untuk mereka. Setelah saling menatap lama, mereka berdiri dan mulai menyalimi para undangan kemanten yang datang, sungguh momen yang paling mengharukan. 

"Bro, cepet nyusul."

Rafael memeluk Yoga dengan tepukan yang ringan, lalu berlanjut ke yang lainnya.  Begitu pula dengan Nadyla.

"Yoga cepet ya, gue pingin dateng di nikahan elu nih."

"Kalem calonnya ada kok."

"Mana kok gak dateng?"

Nadyla lama tidak berjumpa dengan Yoga, Yoga memilih bekerja keluar negeri untuk mengapai cita citanya tiga tahun yang lalu. Dan selama itu juga Nadyla kehilangan kontak dengan Yoga dikarenakan ponselnya yang tertinggal di pesawat.

"Ayo sayang," Nadyla digandeng Rafael karna terlalu lama berbincang dengan Yoga. 

Setelah semuanya usai, mereka duduk berdampingan.

"Dulu ada apa sih kok kamu jadi lupain aku?"

"Aku gatau, aku waktu itu cuma kangen kamu awalnya. Terus aku selalu hampir tiap hari mimpi kamu."

"Mimpi?"

"Iya, mimpi aku pikir dengan aku tertidur aku akan selalu ketemu kamu. Tapi ternyata enggak, kamu selalu ada dibeberapa hari setelah aku bermimpi. Cuma, aku waktu ngejar kamu kamu gaada. Kamu gabisa dipegang. Jadi aku mengangap semuanya tampak ilusi."

"Aku sebenernya ada, aku memang ngikutin kamu waktu aku sudah di Indonesia, aku merhatiin kamu, aku ngejaga kamu, aku pikir dengan gaada aku itu ngebuat kamu lebih mandiri. Dan ternyata iyakan?"

"Tapi kamu bikin aku jadi gabisa bedain mana nyata mana palsu."

"Menjaga bukan hanya saling menautkan tangan. Menjaga dengan doa pun perlu, aku jauhan sama kamu itu kangen banget pingin peluk tapi aku tau, ngejaga kamu yang paling bener itu ngejaga dari jauh."

"Biar aku ngerti gimana rasanya mempertahankan hati."

"Itu kamu tau."

"Suamiku."

"Istriku."

Nadyla dan Rafael saling menautkan jari, dan tersenyum lebar. Satu kilatan cahaya menyerang mereka. Menjadikan senyuman Indah itu berada dalam satu frame yang paling manis.

T H E E N D

Rafael ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang