"Jangan tanyakan tentang rasa kepadaku karna luka belum senantiasa ingin beranjak dari tidur indahnya"
Pagi itu terasa sangat tenang, Rafael mengeliat kecil untuk meluruskan tulang-tulangnya. Ditariknya selimut halus itu naik menutupi tubuhbya lagi. Rasa kantuk masih menderanya pusing juga sedang asyik berkerumun di dalam kepalanya. Sinar mentari yang sudah menelusup tak bisa membuat Rafael bangun dari tidurnya, pagi membuatnya seakan enggan meninggalkan mimpi indahnya. Mimpi dengan seseorang yang selalu menelusup tak tau diri ke otaknya."Heh bangun."
Suara yang sedari tadi menyusup di telinga Rafael membuatnya tersenyum kecil, tersenyum begitu tulus. Rasanya seseorang itu saat ini begitu dekat dengan dirinya.
"Rafael bangun!"
Teriakan itu membuat kelopak mata Rafael terbuka kecil, ia lalu menarik tangan yang sedari tadi mengoyangkan tubuhnya asal, lalu menariknya untuk masuk kedalam dekapan hangatnya.
"Kapan lagi mimpi kamu Nadyl, aku berharap aku bisa memeluk kamu lagi, walau hanya sekedar untuk yang terakhir kalinya. Aku rindu harummu, aku rindu semua perlakuanmu padaku, aku rindu semuanya. Kalau boleh aku mengulang segalanya, aku akan menjadi orang yang buruk dulu agar bisa menarik perhatianmu."
Rafael mempererat pelukannya, menyampaikan segala rindunya melalui pelukan hangatnya. Didekap erat tubuh yang ia anggap hanya ilusi ini.
"Rafael lepas,"
"Aku gamau lepas kamu, aku takut kalau aku lepas kamu, kamu akan pergi meninggalkan mimpiku ini. Ah bicara mimpi jangan pernah tidak datang pada mimpiku Nadyl, aku ingin walau hanya di mimpi aku bisa memelukmu seperti ini, aku akan rela tidur sepanjang umurku hanya untuk memeluk dirimu sepanjang waktu."
Nadyla diam, ia tidak bisa lagi mengerakkan tubuhnya. Sejenak ia juga ikut melepas rindu, di harus lebih cepat untuk menyadarkan Rafael bahwa ini bukan mimpi.
Oke, Nadyla akan egois saat ini. Tangannya menyusup masuk kedalam selimut, ikut memeluk Rafael tak kalah erat. Biarlah ia menjadi seorang yang meletakkan harga dirinya hanya karena memeluk seorang lelaki yang masih meletakkan namanya di ujung paling tinggi hatinya.
Rafael mengecup kening Nadyla. Ia masih belum sadar jika perlakuannya ini bukan mimpi, ini benar nyata benar terjadi. Dan benar-benar ia rasakan.
Nadyla menengelamkan tubuhnya di dalam pelukan hangat Rafael meskipun bau alkohol menyeruak masuk kedalam hidungnya.
"Rafael,"
Panggil Nadyla pelan. Rafael yang dipanggil lantas mengeratkan peluknya dan berguman pelan.
"Rafael,"
Panggil Nadyla lagi. Oh jangan biarkan momen seperti ini terusak begitu saja, momen dimana segalanya terasa begitu damai, begitu bahagia.
"Jangan panggil mulu, sayang. Ada apa?"
Rafael kembali mengingatkan Nadyla akan hal yang paling egois yang pernah ia rasakan, hal dimana ia mencintai lelaki dihadapannya.
"Aku, minta maaf."
Ucap Nadyla kecil, suaranya bergetar diikuti gerak tubuhnya yang juga bergetar, air mata sudah lolos dari tempatnya, membuat Rafael mengusap air mata itu dengan lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/133196595-288-k483970.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael ✔
Teen FictionLelaki sebenarnya terlalu egois berkata bahwa ia tidak terluka. Lelaki terlalu egois mengatakan ia akan selalu kuat. Lelaki juga punya begitu banyak rasa seperti yang perempuan rasakan. "Kita juga manusia, bukan hanya perempuan yang memiliki peras...