Cukup lama bagi Raya menunggu balasan dari Mondy. Setidaknya ia harus menggeletakkan ponselnya beberapa menit setelah lelah melotot dan tak ada notifikasi pesan masuk
baik ringtone maupun kedip led ponselnya.Ia masih berusaha menekan bujuk rayu setan yang mengarahkan kegelisahan dan membuat pikiran resah.
Menunggu itu sesuatu yang membosankan. Meskipun Raya berusaha mengalihkan perhatiannya sedemikian sehingga bisa lupa, nyatanya ia masih terus saja melongokkan kepala pada ponselnya yang tergeletak.
Sudah beberapa sesi aktifitas berbeda ia lakukan untuk mengecoh perhatiannya. Dari hanya baca-baca majalah, berjalan mondar-mandir di kamar, nonton TV di depan kamar hingga berkhayal.
Aktifitas terakhir rupaya cukup membantu.
“Mmm.. Mondy lagi ngapain ya? Masak iya nggak ingat sama sekali sama Gue? Gak kangen apa?” Bibirnya manyun maju mundur 😗😗.
“Aku tu udah gak sabar pengen denger cerita dari kamu. Kamu kemana aja selama ini Mon! Aku tahu kamu nggak di Jakarta.
Hey… Emangnya kamu nggak ingat pernah bilang right here waiting? Emang kamu nunggu di mana sih?” gumamnya.Raya bicara sendiri pada potret Mondy di meja kamarnya, ah… leb4h tepatnya potret mereka berdua dengan bingkai ala kadarnya. Potret itu diambil saat pernikahan mama Anis dan Om Wira. Meski hanya berukuran 4R, tapi itu foto satu-satunya mereka berdua yang dicetak Raya dan berani ia pajang di meja kamarnya. Persis bersebelahan dengan mug bergambar mereka dengan logo love-love yang sempat dijadikan souvenir saat terakhir kali mereka meet and greet di Radio PRO FM.
Sebenarnya tak sampai 35 menit kalo menilik waktu chat terakhir dari Raya, Mondy membalas dengan kalimat singkat, padat dan amat nggak jelas.
_“Hmm… Iya. Nanti ya … #busy”_
Raya melotot dan membacanya berulang-ulang sampai hapal dan tetap gagal paham.
“Gue nggak ngerti maksud Lo! Mon!” kesalnya melempar ponselnya begitu saja di kasur.
****
Tak hanya Raya yang resah gelisah. Gadis di kamar sebelah Raya pun sama, bahkan ia jauh lebih gelisah kalo tidak di bilang hampir stress.
Sedari tadi ia tidak fokus belajar. Otak encernya mendadak beku tak bisa diajak berpikir.
Ya, Reva sedang galau akut. Lebih tepatnya bingung, takut dan sedih.
Ia bingung harus mengambil langkah berikutnya seperti apa? Ia takut aib yang selama ini ia tutupi akan diketahui orang lain. Ia sedih kenapa semua bisa terjadi padanya? Membuyarkan semua mimpi dan harapannya.
Banyak gadis di luaran sana yang berusaha mendapatkan laki-laki kaya, apalagi di tambah bonus masih muda dan ganteng, dan rela melakukan segala cara. Termasuk menyerahkan kehormatannya, bahkan tak jarang banyak gadis yang sengaja melakukannya.
Anehnya mereka tanpa malu melakukannya dan bangga setelah merasa berhasil.
Hamil justru menjadi senjata ampuh buat seorang gadis untuk mengikat paksa si lelaki impiannya.
Tapi tidak untuk Reva. Sumpah demi apa pun, ia amat sangat menyesalinya dan mengutuk perbuatan bejatnya sendiri.Reva tidak mungkin meratapi dan menyesali semua yang telah terjadi, apalagi ia dalam keadaan sadar melakukannya.
“Semua ini gara-gara kamu, Mondy! Kenapa juga Gue harus pergi sama Lo! Dan kenapa bukan Lo yang ada waktu itu…” gumamnya sambil memandang poto Mondy yang tersisa ponselnya. Tentu bukan potret Mondy seorang diri melainkan bersama-sama. Mana mungkin Reva berani menyimpan gambar Mondy seperti dulu sejak kejadiaan naas itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/118610898-288-k967205.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN SALAHKAN CINTA
Fanfiction18+. ini adalah sekuel dari Siapa takut Jatuh Cinta. Beberapa part di private. Jadi baca StJC dulu biar gak bingung, Perjalanan cinta Raya Mondy setelah mereka resmi pacaran dan apakah mereka berjodoh?? Beberapa konten sengaja di private. Just fo...