02. KONTRAK KERJA

1.9K 154 24
                                    

Kontrak kerja Raya dan Mondy dengan Pro FM berakhir bulan ini, dan Mondy memilih mundur.
Karena memang tidak dibolehkan pasangan kerja di bagian yang sama.

Perihal kontrak ini sebenarnya telah dibicarakan jauh-jauh hari. Mondy ingin Raya tetap di sana, karena ia tahu Raya menyukai pekerjaannya. Bukankah itu lebih baik ketimbang balapan?

Masalah ini sebenarnya telah dibicarakan 2 bulan sebelum kontrak berakhir. Sempat terjadi pertengkaran kecil antara keduanya.

"Nggak! Aku nggak mau! Kalo kamu gak perpanjang kontraknya, aku juga!" protes Raya.

"Ya gak bisa gitu dong Yank. Denger yang dibilang Bang Billy kan? Kita lanjut kontrak berdua hingga setahun ke depan kalo kita bersedia tidak menikah atau salah satu tetap bertahan. Tak ada opsi boleh mundur dua-duanya. Karena kita dan atau salah satu diantara kita sudah menjadi icon." jelas Mondy.

Raya tetap tak bisa terima. Seolah tak ingin mendengarkan penjelasan Mondy, hingga Mondy harus menarik kedua lengannya agar menghadap dan fokus pada ucapannya.

"Kita jangan kayak orang gak tahu balas budi dong Ray. Bagaimana pun juga PRO FM telah ikut membesarkan nama kita hingga jadi seperti ini. Bang Billy juga banyak berjasa pada kita. Lo tega menghancurkan begitu saja."

"Tau Ah! Kamu mah egois!" Raya kembali memalingkan muka.

"Aku maunya tetap sama kamu atau nggak sama sekali." rengek Raya ditengah ngambeknya.

Mondy bergeser pindah tepat di depan penglihatan Raya. Sedikit berjongkok karena tubuhnya yang jangkung berusaha mengimbangi Raya.
Memaksa Raya menatap mata hitam pekat dan menikmati tatapan teduh dan senyum hangatnya.

"Mon, aku gak mau pisah sama kamu!" rengek Raya lagi memukul lemah dada Mondy.

"Aku seneng dengernya." ucap Mondy tanpa merubah senyum dan menampakkan ekspresi bahagianya.

"Kok kamu malah seneng sih? Kita dipisahin lo! Kamu nggak mau sama aku lagi? Bosen sama aku? Oh.... Sengaja biar kamu bisa bebas diluaran, ya? Kenapa gak sekalian aja kamu minta putus!" ketus Raya.

Ia masih ingat kemarin di acara reuni Mondy tak mengajaknya, tak memberitahu dia juga. Padahal jelas-jelas mereka semua datang berpasangan. Tentu saja Raya masih kesal.

"Bilang apa barusan?" tanya Mondy sedikit menggertak.

"Kamu pingin kita putus kan? Kamu lebih seneng bebas kan? Kemana- mana sendiri gak ada aku yang ngeropitin kamu? Kamu sadar ..."ucapan penuh emosianal Raya terhenti manakala telunjuk Mondy mendarat dibibirnya.

"Sst............"
Lengan kekar kirinya merangkul pundak Raya dan menarik tubuhnya mendekat, memaksanya bersandar di dadanya.

"Jangan pernah katakan itu. Aku gak suka. Ingat itu! Aku gak suka," ucap Mondy tegas sedikit menggertak hingga Raya kaget hampir menangis.

"Aku akan sangat marah dan tidak akan pernah memaafkanmu. Jangan.... Jangan pernah ucapkan itu lagi." ucap Mondy lebih lembut.
"Aku tak akan membiarkan itu terjadi."

Raya berontak dengan kedua tangannya menahan seolah memberi jarak pelukan diantara keduanya. Tapi Mondy menariknya begitu kuat dan erat, Raya pun pasrah dalam kenyamanan bersandar di dada bidang kekasihnya. Aroma maskulin Mondy menghipnotisnya, meluruhkan emosinya.

"Jika kamu mengulanginya sekali lagi. Mengatakan kalimat tadi. Aku tak segan-segan menghukummu. Kamu dengar sayang?" bisik Mondy lembut.

Raya mengangguk pelan, menyamankan sandaran kepalanya.

"Hm.. Iya. Tapi aku gak mau jauh dari kamu... Aku gak mau siaran tanpa kamu," rengek Raya.

"Iya. Iya aku ngerti. Aku juga gak mau jauh dari kamu makanya kita cari solusi!" tegas Mondy dengan suara lembut.

JANGAN SALAHKAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang