Dua insan itu kini saling diam dan tertunduk malu. Entah apa yang dipikirkan masing-masing. Yang jelas senyum dan kelegaan terpancar di wajah keduanya.
“Mmon… Kamu nggak marah atau kecewa sama aku kan?” lirih Raya bertanya setelah sekian lama mereka saling diam.
“Kenapa harus marah ataupun kecewa?”
Mondy mendongak menatap Raya.
Sambil memamerkan senyum mautnya, ia mengambil tangan kekasihnya dan menggenggamnya.
“Melihat kamu bisa senyum dan tidak marah sama aku, itu sudah membuat aku tenang.”Raya melebarkan senyumnya, dan dengan sebalah tangannya mengusap lembut punggung tangan Mondy yang menggenggamnya.
“Makasih ya?”Merasa tidak nyaman, Raya mulai menggeliat dan berupaya untuk bangun. Ia baru menyadari masih terkungkung dalam kostum kebayanya. Ia merasa gatal, gerah, dan susah bergerak.
“Aku mau ganti baju dong,” lirihnya.
Refleks Mondy membantunya duduk setelah menyibak selimut Raya.
Raya menyamankan posisi duduknya bersandar kepala ranjang dengan bantuan Mondy.
Ia mulai berusaha melepas pengait kebaya. Mondy yang melihat Raya kesulitan melepas kancing pengait kebaya segera mengulurkan tangan membantu.“Astaghfirullah Ray!” Pekiknya, segara menarik tangannya dan menunduk.
Raya kaget dan mendongak, tapi detik kemudian ia sadar dan segera menutup dadanya dengan telapak tangannya, menutup belahan dadanya yang mungkin saja sedikit terekspose, karena telah berhasil membuka hingga pengait kedua.
“Maaf…” lirih keduanya sama-sama tertunduk malu.“Aa..aku panggilkan ma..mama buat bantu kamu ya?” gugup Mondy mendongak sekilas lalu segera keluar dari kamar dan menutup pintu.
“Astaghfitullah…. Hampir saja! Hah!” kesah Raya masih menutup dadanya.
“Bego banget sih Ray!” rutuk batinnya. Ia amat malu sekali.
“Ingat Ray, kalian belum nikah! Batal Nikah!” batinnya mengingatkan yang makin membuatnya malu.
“Hampir aja Gue kesrempet setan! Aduh, Raya, Raya…. Dodol banget sih!” rutuk batinnya lagi.“Mondy juga main pegang aja. Emang dia siapa Gue? Ambil Kesempaatan! Kenapa kesannya Gue sengaja minta tolong bukain kebaya sama dia sih? Kalo sampai dia lihat Gue hanya pake daleman doang, apa namanya tidak memancing setan? Kalo Mondy gak kuat iman? Aduh…. Bego banget sih Gue!” Gerutu Raya memukul-mukul kepalanya sambil menyalahkan Mondy sebagai pembenaran ketaksengajaannya.
Tak lama Okta datang dan segera menutup pintu rapat membantunya melepas kebaya. Ia sempat mengernyit melihat kegugupan Raya dan curiga.
“Kok gemetaran gitu dek?” tanyanya.
Raya diam.
“Makanya abis ini langsung istirahat, bobok, dan jangan mikir aneh-aneh. Udah nggak sesak lagi kan? O iya. Jangan lupa makan, terus minum obat. Mbok Nah tadi sudah buatkan bubur buat kamu!” Omel Okta penuh perhatian setelah membantu Raya melepas kebaya dan kain yang membalut tubuhnya.“Hah….Untung kak Okta nggak neg think. Padahal jelas-jelas dia tahu Mondy yang terakhir keluar dari kamar ini,” Raya mengesah lega.
****
Meski canggung dan sedikit malu, Mondy mencoba berbaur dengan keluarga Raya. Beberapa diantaranya pernah diperkenalkan oleh Dani.
Sebagai anak, ia lebih dulu meminta maaf pada Wira dan Abah atas semua yang terjadi.
“Justru Abah yang harus minta maaf Mon!” ucap Abah lalu memeluk Mondy.
Mondy tentu senang dan membalas hangat pelukan Abah.“Maaf Abah sudah suuzan sama kalian berdua. Maaf Abah sudah menuduh kamu yang tidak-tidak, memaksa kamu… Argh… Maafkan Abah ya?” lanjut Abah dengan suara parau.

KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN SALAHKAN CINTA
Fanfic18+. ini adalah sekuel dari Siapa takut Jatuh Cinta. Beberapa part di private. Jadi baca StJC dulu biar gak bingung, Perjalanan cinta Raya Mondy setelah mereka resmi pacaran dan apakah mereka berjodoh?? Beberapa konten sengaja di private. Just fo...