DILEMA ABAH
“Kamu percaya Raya hamil?” tanya Wira pada Mondy.
Mereka kini berada di kamar Mondy untuk membicarakan permintaan Abah-nya Raya.“Ya Nggak lah. Paling asam lambungnya naik. Raya itu paling bandel disuruh makan,” Jawab Mondy enteng.
“Yakin?” tanya Wira lagi.
“Ya Elah Ayah. Gak lihat ni pipi Mondy merah abis ditampar siapa?” Mondy mengelus bekas tamparan Raya yang masih terasa panas.
Wira mengernyit. “Apa hubungannya tampar menampar dengan hamil?”
“Ini gara-gara Mondy terbawa suasana yang dibuat Abah. Ayah bayangin aja, seorang Abah yang tegas dan sangar bisa sedimikian terpukul bahkan menangis. Mondy jadi bingung dan kegetjuga. Terus Mondy tanya ke Raya hamil beneran apa tidak. Eh, malah di gampar!” jelas Mondy manyun mengelus pipinya untuk kesekian kali.
Wira terkekeh.
“Kalian ngerasa berbuat tidak?” goda Wira dengan nada serius.“Astaghfirullah … Nauzubillah Ayah. Raya dan Mondy masih punya iman, tahu batas, ingat dosa!” kesal Mondy.
“Iya… Iya. Ayah percaya! Gak usah emosi juga kale…,” balas Wira sambil menonyor lengan Mondy.
*****
Wira bisa saja menuruti kemauan Abah menyiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan Mondy dan Raya besok. Tapi mendengar cerita Mondy bahwa Raya menolak pernikahan mendadak ini, ditambih pengakuan Mondy yang sejatinya juga belum siap, Wira ragu memuluskan niat Rama.
“Kalo kamu belum yakin dan belum siap, kenapa menyanggupinya?” selidik Wira.
“Karena Mondy tak mau merusak kepercayaan Abah. Mondy melamar Raya dengan itikad baik. Cepat atau lambat Raya akan jadi istri Mondy juga. Kalo pun memang harus besok, mungkin jalan yang terbaik dari-Nya…” Mondy mengesah seperti berat mengucapkan kalimat terakhir.
"Kalaupun takdir Mondy dan Raya harus menikah besok, Mondy coba terima Ayah. Tapi dengan asumsi kita telah berbuat mesum, dan anggapan Raya hamil duluan, jelas Mondy nggak bisa terima,” lirih Mondy sedih.
“Mondy tak ada pilihan lain Ayah. Abah langsung memutus kontak Mondy dengan Raya. Entah bagaimana keadaannya sekarang. Tadi Mondy tak diijinkan pamit padanya. Padahal Raya sakit.”
Mondy menerawang menampakkan kecemasan. Teriakan Raya yang memohon pada Abah, tangisnya, dan wajah pucatnya menjejeali pikirannya.Bagaimanapun tak ada jalan lain selain menepati janji Mondy.
WIra hanya berpesan agar Mondy menyiapkan mental untuk acara besok pagi.****
Abah telah menghubungi penghulu malam itu juga dan meminta kesediannya untuk besok menikahkan putrinya besok pagi dengan sedikit pemaksaan. Penghulu yang masih saudara sepupunya itu pun akhirnya bersedia dengan membatalkan semua jadwal dan pekerjaannya.
Sementara Raya masih terus saja menolak pernikahannya besok pagi. Ia bersikeras tetap tidak mau menikah cepat-cepat. Ia ingin menyelesaikan kuliah dulu, menyelesaikan kontrak kerja dengan PRO FM. Ia ingin memuaskan diri menjadi seorang Raya sebelum menjadi Nyonya Mondy.
Raya sama sekali belum siap.Abah sama sekali tak memberi akses pada Mondy untuk menemui Raya sebelum mereka sah, bahkan untuk sekedar berkomunikasi via telepon. Karenanya ia menyita ponsel Raya.
Abah tahu Raya pasti akan memohon pada Mondy, sedang Mondy amat sayang pada Raya dan bukan tak mungkin ia akan menuruti permintaan Raya untuk memundurkan bahkan menolak pernikahan ini.
Abah tak mau itu terjadi. Melihat foto mereka saja Abah sudah was-was, bukan tidak mungkin tanpa pengawasan penglihatannya, mereka berdua sering melakukan hal-hal seperti difoto seperti yang banyak tampil di tv-tv.
![](https://img.wattpad.com/cover/118610898-288-k967205.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN SALAHKAN CINTA
Fanfic18+. ini adalah sekuel dari Siapa takut Jatuh Cinta. Beberapa part di private. Jadi baca StJC dulu biar gak bingung, Perjalanan cinta Raya Mondy setelah mereka resmi pacaran dan apakah mereka berjodoh?? Beberapa konten sengaja di private. Just fo...