Part One: A Little Argument⛈

34.3K 1.2K 24
                                    

Klo banyak yang salah maklum aja. Masih belajar authornya.

***Start***

Seorang wanita tampak berdiri di depan pagar besi yang menjulang tinggi. Matanya penuh binar memandangi bangunan putih yang berdiri 100 m di depan. Bangunan itu begitu megah dengan warna putih yang kontras dengan langit malam. Ditambah dengan penataan taman disekitarnya serta lampu-lampu jalan yang tertata membuatnya semakin mempertegas seberapa kaya pemilik bangunan tersebut.

Wanita itu menghembuskan nafasnya singkat. Dengan penuh rasa grogi dan dingin yang mulai menembus mantel tipisnya membuatnya menekan tombol bel cepat. Ini adalah malam pertama kalinya ia bertemu dengan majikannya, 'calon majikan' lebih tepatnya. 

Kehadirannya tengah malam berdiri di depan kediaman seseorang bukan tanpa alasan. Untuk pertama kalinya ia dihubungi sang majikan melalui telepon yang memintanya datang saat itu juga. Mungkin ini akan menjadi salah satu 'tes' yang dimaksud Dannis, sekretaris calon majikannya. 

Selagi menunggu seseorang datang membukakan pintu gerbang, wanita itu memperhatikan sekitar. Tidak hanya di setiap pilar pagar dihadapannya dan bangunan kecil tidak jauh dari tempatnya, setiap lampu jalan dan taman itu terpasang kamera CCTV. Mungkin tikus yang mencuri keju pun akan tertangkap karna saking banyaknya. 

Begitu banyaknya kamera keamanan membuat wanita itu memikirkan dua kemungkinan. Pertama, untuk menghindari maling. Mengingat perjalanan yang ditempuh, taksi yang dinaikinya melewati jalanan sepi yang dikelilingi hutan dan berakhir pada satu bangunan ini. Hal ini membuatnya menyimpulkan jika bagunanan ini merupakan satu-satunya bangunan yang berdiri di tengah perbukitan. Jauhnya kantor polisi dan banyaknya tempat persembunyian, menjadikan bangunan ini sasaran yang empuk bagi maling. Bahkan lampu taman itu saja terlihat sangat mahal.

Kemungkinan kedua yang dipikirkannya adalah calon majikannya ini merupakan mafia besar yang memiliki banyak musuh yang berniat membunuhnya. Sehingga diperlukan keamanan super ketat pada wilayah tempat tinggalnya. Dengan cepat wanita itu menggeleng kepala, menolak opsi keduanya. Sepertinya itu lebih ke pikiran liarnya saja.

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap seseorang tiba-tiba dari balik pagar. 

"A-apa benar ini kediaman Edward Washington?" tanya wanita itu gugup. Sebenarnya dia sedikit ketakutan ketika pria berwajah seram dengan tubuh besar tinggi berdiri di hadapannya. Bahkan bayangan pagar yang mengenai kepala plontosnya membuat pria itu tampak sangat mengintimidasi.

"Boleh saya tau, siapa Anda? Dan apakah sebelumnya telah memiliki janji dengan Tuan Edward?" tanya pria itu dan menyadarkan Bella dari pikiran menjalarnya.

"Nama?"

"B-bella Queensha," ucapnya semakin terintimidasi. "S-saya kemari karna sir Washington menghubungi," lanjutnya mencoba memperjelas maksud dan tujuan kedatangannya. Awalnya ia ingin menunjukkan riwayat panggilannya, namun baru sempat mengeluarkan ponselnya pria dihadapannya kembali bersuara.

"Babysitter ?" ucapnya dan Bella mengangguk cepat. "Kode?" ucapnya lagi yang entah apa maksudnya.

"Bisa saya tahu, apa itu?" tanya Bella mencoba sopan.

"Kemarikan ponsel itu," pinta pria dihadapannya dan wanita itu menyerahkannya cepat.

Dari tempatnya yang masih dibatasi pagar, Bella memperhatikan pria itu mengeluarkan ponsel dari sakunya. Sedangkan dari ponselnya, pria itu membuka notif SMS yang berisi deretan huruf dan angka acak dan membandingkannya dengan ponsel milik pria itu. Wanita itu tidak menyangka jika pesan yang dikiranya adalah pesan sampah itu akan menjadi tiket masuknya.

[REVISI] Baby And The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang