Part Nine: The Sorry🤦‍♂️

11.6K 618 27
                                    

Hallo gaess.. kangen kan? Maaf ya latepost aku nya wkwkwk😅 Bukan sombong atau gimana, tapi akhir-akhir ini aku keracunan, jadi gabisa lajutin nihh cerita. Tapi berkat pandemi corona ini, keracunanku berkurang jadi kulanjutin dehh..

ENJOYY.. 💜💜

<<<<< Baby and The Baby <<<<<

Kediaman Sarah

Edward membulatkan matanya sempurna sesaat mendengarkan kata-kata yang baru saja diluncurkan oleh pria dihadapannya ini. "Tidak, tidak!" tolaknya cepat sembari mengalihkan pandangannya dari wajah babak belur milik Alex.

"Ayolah, Ed. Satu kesempatan saja," pinta pria itu memohon dan mengembalikan perhatian Edward padanya.

"Jangan gila, Alex. Baru semalam kau menghajarnya. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menemuinya."

"Kalau soal itu, aku memang sudah dianggap gila. Tapi aku tidak bisa tidur, Ed. Aku merasa sangat bersalah sampai rasanya kepalaku mau pecah" Alex mengacak rambutnya kasar.

Edward hanya terdiam memperhatikan gerak-gerik sepupunya. Ia terlihat sangat cemas. Kakinya tak berhenti bergetar, mulutnya tak berhenti menggigiti kulit ibu jarinya dan tatapannya bergerak kesana kemari. Apakah Alex mengalami serangan panik lagi?

"Minum dulu," Edward menyerahkan segelas air pada sepupunya yang langsung mengenggaknya habis. "Tenangkanlah dulu," ucapnya masih memperhatikan Alex yang mulai mengatur pernapasannya.

"Aku akan membawamu." Alex menatapnya tampak senang. "Tapi dengan satu syarat," pria di hadapannya mengangguk setuju.

Beberapa jam kemudian.

SHIT!! batin Edward.

===== Baby and The Baby =====

Detik jarum jam dinding yang memecah keheningan, menemani Bella yang tampak melamun. Ia kembali memikirkan perkataan Edward terkait maksud dan tujuan Alex datang kesini.

Edward menjelaskan banyak hal padanya, termasuk penyebab kenapa Alex menyerangnya semalam. Selain sangat mabuk, kondisi sepupu majikannya itu tidak stabil akibat trauma masa kecilnya.

Pria itu tidak memaksanya untuk memahami kondisi kesehatan mental Alex karna bagaimanapun Bella adalah korbannya.

"Keputusan ada di tanganmu. Jika belum siap, hubungi aku. Biar aku mengusirnya,".

Bella menatap kembali perban di kedua tangannya. Sebenarnya ini bukanlah luka yang serius, hanya luka gores akibat terkena pecahan keramik yang sebagian besar ia sebabkan sendiri karna terlalu sering terjatuh.

Setelah dipikir-pikir kembali, selain menimpa tubuhnya satu-satunya kejahatan Alex adalah senyumnya yang menakutkan. Aksinya yang hendak menggores tangan Bella dengan keramik berhasil digagalkan oleh Edward. Jadi Alex tidak sepenuhnya melukainya, bukan?

Apakah itu pemikiran yang bodoh? Wanita itu menggeleng cepat. Saat ini ia sedang mencari-cari alasan yang tepat untuk memaafkan Alex. Bella tidak ingin membuat pria pirang itu terus-terusan merasa bersalah terhadap dirinya.

Sembari melihat jam di layar ponselnya membuat wanita itu seketika tersentak. Ternyata sudah 5 jam ia membuat Edward dan Alex menunggu. Setelah akhirnya memantapkan keputusannya, Bella bergegas keluar kamar dan berjalan menuju ruang keluarga tempat keduanya berkata akan menunggu.

Meski sempat ragu, ternyata Edward dan Alex masih setia menunggunya disana. Ia berdecak kagum karna orang biasa sepertinya mampu membuat dua pria bermarga Washington itu menunggunya dalam waktu yang terbilang lama.

[REVISI] Baby And The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang