Part Two: Question?👀

18.5K 971 14
                                    

Bella mengerjapkan kedua matanya dengan paksa. Suara ketukan pintu yang tak kunjung berhenti berhasil mengusik tidur nyenyaknya.

"Arghhh," ia meregangkan tubuhnya sebelum beranjak dari kasurnya super empuk itu.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, wanita itu berjalan pelan menuju pintu yang ada di sudut ruangan. Sesekali keseimbangannya terganggu membuat dirinya beberapa kali hampir terjatuh.

Bella sempat melirik jam di dinding dan merutuki dirinya yang bangun lebih lama 2 jam dari biasanya. Saat ini pukul 8 pagi dan dia baru bangun, itupun berkat ketukan pintu sialan itu.

Bella mengusap wajahnya kasar sebelum memutar kunci pintu kamarnya. Dan setelah pintu benar-benar terbuka, seorang pria dengan setelan kemejanya berdiri di hadapannya.

Wajah tampan itu persis seperti yang ia lihat semalam. Datar dan tanpa satupun ekspresi. Bella menggeleng kepalanya cepat untuk menyadarkan pikirannya yang mulai menjalar tanpa arah.

"Jika kau ingin menggodaku sepagi ini, siap-siap untuk kupecat.".

Kata-kata itu berhasil membuat Bella terbangun sempurna. Alhasil tampang bodohnya terlihat saat itu juga. Wanita itu kebingungan setengah mati. Apakah majikan tampannya ini mengetuk pintu kamarnya tanpa henti untuk mengatakan hal-hal seperti itu?

"Hah?"

Edward menghembuskan napasnya singkat. Dengan secepat kilat kedua tangannya meraih kedua sisi bathrobe yang digunakan Bella kemudian merapatkannya. Dada yang hampir terlihat sempurna itu akhirnya tertutup rapat.

"AAAA!!!" Di sepersekian detik selanjutnya, Bella menyadari apa yang dilakukan Edward terhadapnya. Meski terlambat wanita itu spontan melangkah mundur dengan kedua tangan yang menyilang di dadanya.

"K-k-k-kau!" Sekilas ia memastiksn pakaiannya benar-benar tertutup rapat dan kembali memberi pria di hadapannya tampang bodoh.

"A-a-apa maumu?!" ucapnya lagi dengan perasaan malu dan wajah yang memerah.

"Navi menangis," singkat dan padat, pria itu segera pergi dengan ekpresi yang masih sama datarnya.

"Hanya itu?" ucap Bella tak percaya dan masih terdiam di tempatnya untuk sekian detik.

♤♤♡♤♤

Bella membuka satu persatu pakaian Navi yang masih terbaring di kasur bayi nya. Ia membuka pakaian bayi kecil itu hingga menyisakan popok yang terlihat besar karna penuh.

Navi terlihat tidak lagi menangis. Hanya gumaman kecil yang tak jelas diucapkannya. Bella pun dengan santai menanggapinya dengan kata 'iya', 'kenapa', 'bagaimana' dan beberapa kata lainnya yang diucapkan berulang.

Mereka terlihat seakan-akan sedang mengobrol dengan bahasa masing-masing.

Kemudian Bella menggendong tubuh kecil itu dan membawanya ke kamar mandi yang ada di kamar.

Bella sempat berpikir membawa Navi ke kamarnya untuk memandikannya. Namun ternyata semua kebutuhan Navi sudah ada di dalam kamarnya. Bahkan kamar mandinya sekalipun.

Bella memasuki ruangan yang didominasi berwarna pink itu. Dan merasa kagum serta heran dengan fitur-fitur perempuan.

"Wahhh.... Ayah kamu jahat ya! Masa kamar mandi kamu pink semua," racau Bella kepada Navi yang hanya tertawa sembari melayangkan kedua tangan pendeknya ke wajah Bella.

Bella pun meletakkan Navi keatas meja yang sudah dilapisi bantalan karet. Ia sangat yakin jika meja itu adalah tempatnya untuk berganti pakaian.

Dibandingkan dengan meja-meja lain, dibagian atas kepala tempat Navi berbaring terdapat lemari kaca yang tidak terlalu besar. Didalamnya ada berbagai macam pakaian bayi. Dan Bella sedikit bingung kenapa hampir semua pakaian disana berwarna merah jambu dan beberapa pakaian putih. Padahal menurutnya Navi adalah anak laki-laki mengingat kata 'Navi' diperuntukkan untuk pria.

[REVISI] Baby And The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang