Part Ten: Jealousy🤞

14.5K 690 87
                                    

Harusnya ini di publish kemaren, tapi apalah daya diriku  yang tiba-tiba kehabisan kuota😭. Jadi bisanya hari ini, maap ya... ini pun aku minta hotspot-in😅

<<<<< Baby and The Baby <<<<<

Edward melangkahkan kakinya lebar sembari bersenandung. Akan terdengar langka memang jika sosok sepertinya yang melakukannya, namun tampaknya mood pria itu sedang bagus. Entah kenapa keberhasilannya mengusir sang sepupu membuat dadanya terasa lebih lega karna perhatian Bella akan kembali tertuju padanya. Terdengar terlalu percaya diri sepertinya.

Dengan penuh semangat ia membuka pintu kamar bertuliskan Little Washington yang ternyata tidak ada satupun orang di dalamnya. Sebelumnya ia menduga jika Bella dan Navi akan berada disana mengingat terakhir kali mereka berpisah adalah di kamar ini karna dia memiliki beberapa pekerjaan di ruang kerjanya. 

Kemana perginya mereka berdua?

Edward kembali menutup pintu sambil menebak-nebak keberadaan dua orang yang dicarinya. "Jane," panggilnya segera ketika wanita paruh baya itu muncul dari tangga. "Kamu lihat Bella?" tanyanya.

Jane menggeleng, "Aku belum melihatnya dari tadi sore, Tuan." ucapnya dan Edward mengangguk.

"Jika melihatnya, katakan aku menunggu di ruang makan," wanita itu mengangguk paham. "Soal itu letakkan saja di meja kaca depan sofa," ucapnya lagi saat menyadari Jane sedang membereskan barang-barangnya yang tertinggal di ruang keluarga tadi sore.

Edward kembali mengkahkan kakinya menuruni tangga. Kini perutnya terasa sangat lapar namun orang yang dicari tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Astaga, kemana wanita itu?

Setelah berkeliling lantai satu cukup lama, Edward akhirnya menyerah. Awalnya dia berniat menunggu di meja makan, namun kakinya yang tidak sabaran terus membawanya berkeliling mencari wanita itu. 

Setibanya di ruang makan, Edward segera menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi makan miliknya. "Kamu lihat Bella?" tanyanya pada art yang sedang menata meja makan. 

Wanita itu menggeleng. "Tidak Tuan,". 

Tidak tahu sudah berapa orang pria itu tanyai sepanjang jalan terkait keberadaan Bella, namun hingga sekarang wanita itu masih tidak muncul. Bahkan suara tangisan Navi yang selalu menggema di rumah ini, tidak terdengar sama sekali. 

"Saya akan membawakan makan malam Tuan,".

"Tidak, nanti saja."

Sebenarnya pria itu sudah sangat kelaparan. Namun ia tidak berniat untuk makan sendirian dan memilih untuk tetap menunggu Bella dan anaknya.

Tidak lama berselang, terdengar suara wanita yang dicari-carinya dari arah kolam. Edward pun menoleh memperhatikan tirai yang menutup kaca pembatas yang memantulkan bayangan seseorang. Tidak. Bella tidak sendirian. Lalu siapa? 

Alex!

Edward semakin mempertajam pengelihatannya menantikan seseorang muncul dari balik tirai. Yang ternyata dugaannya benar, sepupunya masih ada disana. Mengobrol. Dengan Bella. Dengan cepat pria itu berdiri dan menatap tidak suka pada sosok tinggi yang kini hanya berjarak beberapa langkah.

"Bukankah seharusnya kamu tidak ada disini." Edward memberi penekanan pada nada bicaranya.

"Aku lupa membawa dompet dan ponselku tertinggal. Jadi aku akan menginap malam ini," ucap Alex santai. 

"Jangan konyol! Bahkan uang pelayan disana bisa membayar ongkos taksimu. Akan aku pesan sekarang," Edward meraih ponsel di sakunya membuka aplikasi luber.

[REVISI] Baby And The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang