Nama adalah doa. Dan di dalam sebuah doa, tersemat harapan-harapan indah untuk sang penyandang asma.
Begitulah kiranya pemikiran yang dimiliki oleh ayah Nate ketika menberikan nama kepada bayi kecilnya dulu.
Seanate Bluewise Wijaya.
Artinya adalah lautan Nate yang biru dan penuh kebijaksanaan.
Itu adalah namanya, dan tentu saja, Ayah Nate, yang merupakan fans fanatik lautlah yang telah memberikan nama tersebut untuk Nate.
Meskipun pria itu harus berdebat panjang dengan sang istri, tapi tetap saja nama yang tercetak di dalam akta kelahiran adalah seperti itu.
Nate kesal. Terkadang malu dengan namanya yang keren namun terkesan berlebihan.
Itulah yang dulu sering Nate pikirkan. Hingga terkadang, pemuda itu enggan menyebutkan nama lengkapnya. Namun semua berubah ketika Nate bertemu dengan Cloveria.
Itu bukanlah pertemuan yang luar biasa, atau pun penuh dengan romansa. Hanya sebuah pertemuan biasa, yang sederhana, tapi Nate mensyukurinya hingga sekarang.
___________
*****
6 Tahun Yang Lalu
Nate terlihat berjalan sendirian di koridor kampus dengan tanduk muncul di atas kepala. Hari ini dia diwajibkan untuk pulang lebih awal oleh ayahnya, Dokter Jaya.
Meskipun sejujurnya Nate akan lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, tapi apalah daya jika hal itu sudah menyangkut "titah papa".
Ayahnya yang bernama lemgkap Jaya Wijaya, meminta Nate untuk segera pulang agar bisa makan malam bersama dengan keluarga sahabatnya.
"Bertemu saja tidak pernah, tapi sudah menyusahkan hidupku seperti ini. Dasar tamu tidak diundang." Gerutu Nate penuh kekesalan.
Di sepanjang perjalanan, pemuda itu tidak henti-hentinya bertanya siapa gerangan yang datang ke rumah dan membuat papanya sampai bertindak berlebihan, dengan menyuruh Nate membeli berbagai macam barang sebelum pulang.
Setahu Nate, papa dan juga mendiang mamanya tidak memiliki terlalu banyak sahabat. Jikalau pun ada, seharusnya Nate sudah mengenal mereka semua, yang notabenenya bekerja di bidang kesehatan juga. Sama seperti kedua orang tuanya.
Pemikiran seperti itu terus saja berdengung hingga mobil Nate benar-benar sampai di pelataran kediaman Wijaya.
Turun dari mobil, Nate menghembuskan nafas panjang untuk mengurangi rasa kesalnya. Kaki pria itu melangkah dengan santai ke dalam rumah.
Mata Nate yang tajam lalu terfokus pada lima orang yang sedang berbincang santai di ruang keluarga.
"Oh Nate. Sudah pulang? Ayo ke sini!" Ucap Jaya dengan girang begitu melihat kedatangan putra semata wayangnya.
Pria bertubuh tinggi dan berwajah manis itu pun segera menyalami sang ayah dan memberikan tatapan meminta penjelasan.
"Kenalkan Nate, ini Om Dewa sahabat SMA papa." Ucap Jaya sumringah sambil menunjuk sopan kepada Dewa, "dan ini istrinya, Tante Nancy." lanjutnya lagi.
"Lalu, kedua gadis cantik ini putri mereka, Cloveria dan Hilma."
Ayah Nate menunjuk Cloveria yang memakai dress merah maroon selutut dan Hilma yang memakai gaun putih gading. Model kedua gaun itu sama, hanya warnanya saja yang berbeda.
Hilma nampak tersenyum ramah kepada Nate begitu juga dengan Nate. Dia membalas senyum Hilma untuk menghormati tamu mereka, juga agar sang papa tidak marah-marah di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My House, Not My Home
General Fiction"Saat aku pergi ... bisakah kamu berjanji satu hal?" "Katakan." "Menangis, ya. Jangan memaksakan diri untuk tersenyum. Aku mohon ... menangislah." .,.,.,.,.,.,.,.,.,..,.,.,..,.,.,.,..,.,.,.,.,..,.,.,.,.,.... Cloveria Nahla Hanggio selalu diperlakuka...