Hari-hari yang membahagiakan datang menghampiri Dante.
Kedatangan adiknya, Shane, sungguh telah mengubah cara hidup Dante selama beberapa hari terakhir.
Dante biasanya hanya akan belajar, makan, belajar, dan belajar lagi. Tidak ada kegiatan lain, jika Cloveria tidak mengajaknya bermain.
Tapi karena Shane ada di rumahnya, itu membuat kegiatan Dante menjadi lebih bervariasi.
Shane akan bangun sangat pagi untuk mengajak kakaknya olahraga bersama. Mereka akan memasak, makan, dan membersihkan rumah bersama-sama.
Shane juga membeli berbagai macam game agar bisa memainkan itu semua berdua dengan kakaknya.
"Kita beli kaset game yang ini saja, Kak." Tunjuk Shane pada sebuah kaset game petualangan.
"Tapi kita sudah membelinya kemarin kan, Shane. Kita juga sudah memainkannya."
"Eh? Masa? Wahahaha! Aku tidak terlalu memperhatikan bungkusannya."
Pada awalnya, Dante pikir itu adalah hal yang lumrah. Shane sering melupakan hal-hal kecil, seperti tempat menyimpan kunci, gula, sapu, atau sepatu.
Dante masih bisa memahaminya, karena Dante berpikir bahwa adiknya itu masih belum terbiasa dengan tata letak ruang di rumahnya.
Namun di suatu senja, Shane tiba-tiba saja muncul dari dalam kamar mandi Dante. Pemuda itu baru saja selesai membersihkan diri.
Dante tidak mempermasalahkan tentang Shane yang menggunakan kamar mandi di dalam kamar tidurnya. Tapi ucapan Shane lah yang membuat Dante menjadi merasa janggal.
Sambil mengeringkan rambutnya, Shane bertanya, "kenapa, Kak?"
"Ha? Apanya?"
"Kenapa masuk ke kamarku? Kakak mau mengajakku main game?"
Itu adalah saat Dante menyadari bahwa ada yang salah dengan perilaku Shane. Tapi Dante tidak berkomentar apa-apa dan hanya tersenyum sambil mengatakan, "iya. Ayo main game bersamaku, Shane."
_ _ _ _ _
Keesokan harinya, Dante berusaha menghubungi ibunya, tapi Kenanga tidak mengangkat panggilan dari Dante sama sekali. Bahkan pesan dari Dante sekali pun, Kenanga tidak menjawabnya.
"Kak Dante sedang apa?"
"Eh?" Dante tergagap karena Shane muncul begitu saja. Dia hampir tidak bisa menghindar jika saja perhatian Shane tidak teralihkan oleh sebuah foto yang terselip di antara buku pelajaran miliknya.
"Ini siapa, Kak?" Tanya Shane sambil menunjuk foto Cloveria.
Gadis itu nampak cantik berpose peace di depan sebuah piano klasik.
"Oh, ini teman Kakak."
"Teman?" Tanya Shane kembali. Dia menangkap ada sesuatu yang berbeda dari wajah Dante ketika menyinggung gadis itu sebagai temannya.
"Iya. Namanya Cloveria. Dia teman Kakak yang berharga."
Dugaan Shane tepat. Karena ketika Dante menyebutkan nama Cloveria, semburat merah muda nampak menyeruak di seluruh wajah Dante hingga menyalur ke lehernya.
"Teman yang berharga? Kenapa, Kak?"
"Eh? I- itu ... Ya ... Karena dia berharga."
"Penjelasan apa itu? Ceritakan lebih banyak lagi dong, Kak. Aku ingin mendengarkan kehidupan Kakak selama ini, termasuk dengan teman Kakak itu. Cloveria."
Pada saat itu, Dante tidak memiliki pemikiran lain, selain adiknya yang penasaran.
Itu membuat Dante menjadi sangat bersemangat untuk menceritakan segala hal mengenai Cloveria. Karena ini adalah pertama kalinya, Dante memiliki seseorang yang bisa diajak untuk membincangkan tentang hidupnya, tentang Clo, dan tentang perjalanannya yang terasa sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My House, Not My Home
Beletrie"Saat aku pergi ... bisakah kamu berjanji satu hal?" "Katakan." "Menangis, ya. Jangan memaksakan diri untuk tersenyum. Aku mohon ... menangislah." .,.,.,.,.,.,.,.,.,..,.,.,..,.,.,.,..,.,.,.,.,..,.,.,.,.,.... Cloveria Nahla Hanggio selalu diperlakuka...