Aroma disinfektan dan obat-obatan menguar dari segala sudut ruangan yang sedang ditempati oleh Cloveria untuk berobat.
Setelah gadis itu pingsan, Nate segera membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Pemuda itu ternyata memutuskan untuk mengejar Cloveria yang pergi dengan hati dongkolnya.
Nate merasa akan gila saat mendapati tubuh Cloveria tergolek tak berdaya di dalam mobil yang setengah hancur.
Gadis itu sekarang sedang mengabsen nama binatang di seluruh dunia karena merasa malu pada Nate.
Bisa-bisanya diselamatkan hantu masa lalu. Tidak etis sekali. Pikir gadis itu di dalam hati.
"Auwh..." Cloveria memekik kesakitan saat dokter yang menangani dirinya, mulai membersihkan luka di dahi. Itu goresan yang tidak terlalu dalam, namun cukup mengganggu.
Lukanya memang tidak terlalu parah, tapi tentu saja masih terasa sakit dan perih jika terkena cairan pembersih. Biasanya Clo tidak pernah mengeluh atau pun mengaduh kesakitan, tidak peduli sesakit apapun dirinya.
Tapi kali ini, dia ingin membuat dokter itu merasakan ketidaknyamanan karena ringisannya dan segera mempercepat proses pengobatan ini.
Jujur saja, satu-satunya hal yang membuat Clo ingin pergi sekarang adalah karena Nate yang sedang mengobatinya.
Menyebalkan.
"Sudah," ucap Nate setelah menempelkan plester di dahi Cloveria, "sebisa mungkin jangan buat lukamu basah dan-"
"I know. Seriously... I know about that." Potong Clo pada penjelasan Nate yang sejujurnya memang penting.
Tapi karena Nate yang mengatakan, mendadak gadis bermuka masam itu menjadi sebal sendiri. Dan lebih sebalnya lagi, mungkin hari ini Clo tidak akan bisa pergi ke rumah tantenya karena mobil miliknya harus menginap di bengkel.
"Clovy-"
"Clo. Jangan sok dekat dengan memanggilku Clovy."
Dokter berwajah maskulin dengan matanya yang tajam itu pun hanya bisa menghembuskan nafas panjang, saat melihat kebencian Cloveria yang sangat kentara itu
"Baiklah. Clo... aku tadi menelepon ayahmu saat kamu pingsan-"
"What?!" Teriak Cloveria keras dengan wajah tekejut, "Apa yang sebenarnya kau mau dokter? Bisa-bisanya kau ... ah sial!" Cloveria mengumpat kesal karena tindakan Nate yang dinilainya tidak perlu tersebut.
"Tapi dia ayahmu dan dia harus tahu tentang ini." Jelas Nate dengan poker facenya. Pria itu seperti sudah kehilangan kesabaran melawan amarah Cloveria yang selalu menggebu-gebu.
Tapi Cloveria tidak mau peduli. Dia justru membalas ucapan Nate dengan wajah mengejek.
"Nyenyenyenyeee ... Sok suci sekali sih jadi orang." Hina Cloveria tepat di hadapan wajah Nate.
Mendapati ejekan itu Nate berusaha sabar sembari merapikan peralatannya. Dia mencoba mengendalikan emosinya agar tidak terpancing dengan kelakuan Cloveria.
Saat ini Clo sedang bingung harus melakukan apa. Karena sejujurnya dia masih enggan bertemu dengan mereka semua. Terutama ayahnya.
Clo memikirkan cara untuk kabur dari penjagaan Nate, dan dia memerlukan kaki tangan.
Tiba-tiba saja nama itu kembali muncul di benak Cloveria. Dante.
Secepat mungkin Cloveria langsung menghubungi Dante menggunakan ponselnya. Gadis itu bersembunyi sejenak di dalam kamar mandi untuk meminta Dante agar segera datang ke rumah sakit tempatnya dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My House, Not My Home
قصص عامة"Saat aku pergi ... bisakah kamu berjanji satu hal?" "Katakan." "Menangis, ya. Jangan memaksakan diri untuk tersenyum. Aku mohon ... menangislah." .,.,.,.,.,.,.,.,.,..,.,.,..,.,.,.,..,.,.,.,.,..,.,.,.,.,.... Cloveria Nahla Hanggio selalu diperlakuka...