11. Efek Domino

89 25 0
                                    

___________________________

*****

Enam Tahun yang lalu ...

"CLO CUKUP!" Bentakan keras Nate sungguh membuat Cloveria syok.

Clo tidak habis berpikir. Hanya karena Hilma. Hanya demi membela Hilma yang sejatinya sedang berpura-pura, Nate sampai tega bersuara keras terhadapnya. Gadis itu sakit hati. Dengan wajah marah Clo pun memilih pergi.

Banyak yang berkata jika kita dikendalikan oleh emosi yang terlalu menggebu-gebu, maka keputusan yang kita ambil akan berdampak buruk bagi masa depan.

Karena itulah, Nate sadar bahwa sikapnya tadi tidaklah benar.

Pemuda itu berlari menyusul Cloveria yang sepertinya ingin berlari menuju halte. Hanya dalam beberapa langkah saja, Nate sudah bisa mendahului gadis itu.

"Clovy, maaf. Aku minta maaf." Dengan penuh penyesalan, Nate berusaha kembali meraih hati gadisnya. Namun sayang, gadis itu memilih diam tak bersuara.

"Kita akan tetap jalan-jalan, tapi setelah mengantar Hilma ke rumah sakit, ya?"

Rasanya jarum suntik yang teramat panjang dan besar baru saja ditancapkan ke dalam uluh hati Cloveria.

Lagi, lagi, dan lagi.

Kenapa banyak sekali manusia yang tertipu dengan akting si ular berbisa itu. Tidak bisakah mereka melihat, bahwa kesakitan Hilma itu hanya sebuah tipu muslihat?

Jelas saja hanya Cloveria tahu. Sebab pasalnya, Hilma memang kerap melakukan itu di hadapan ayah mereka.

Sejatinya Clo ingin pergi karena kesal. Namun, dengan penuh pertimbangan,  gadis itu mencoba meredam amarah dan rasa sakitnya. Dia berusaha agar tidak terlihat kekanak-kanakan di mata sang kekasih.

"Oke." Jawab Cloveria seadanya sembari mengulum senyum penuh tekanan.

"Thank you, My home." Ucap Nate lembut sembari mengusap kepala Cloveria. Mendengar hal itu, jujur saja hati Clo mulai melunak.

'My Home' adalah panggilan yang disematkan oleh Nate kepada Clo.

Panggilan tersebut memiliki arti bahwa Cloveria adalah tempat bagi Nate untuk kembali. Tidak peduli di mana pun Nate dan dengan siapa pun dia. Tidak peduli bagaimana pun keadaannya, Cloveria adalah satu-satunya tempat untuk Nate pulang.

Langkah Cloveria terasa berat begitu melihat Hilma sudah berada di dalam mobil, dan dengan tidak tahu malunya, gadis itu duduk di bangku depan, di samping bangku pengemudi.

Itu artinya Hilma ingin duduk di samping Nate.

"Kak, kenapa dia duduk di situ?" Tanya Clo kesal.

"Dia bilang, dia sering pusing jika duduk di belakang. Tolong Clo, kali ini saja." Ucap Nate seakan dia sedang meminta maaf.

"Tapi-"

"Aku adalah merpatimu, dan kamu adalah rumahku. Just remember it, okay?" Ucap Nate meyakinkan Clo.

"You are the only one in my heart, trust me? Hem?" Nate kembali meyakinkan wanita yang diharapkan menjadi pasangan hidupnya kelak.

"Baiklah." Jawab Clo pasrah, meski ia sadar bahwa hatinya sendiri masih terasa panas.

Pada akhirnya mereka bertiga melaju menembus jalanan dengan suasana yang sangat dingin.

Jika ada mesin pengukur rasa kesal, mungkin mesin itu akan hancur karena tensi kekesalan Cloveria yang teramat tinggi dan meluap-luap.

"STOP, KAK!" Teriak Clo yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, begitu ia melihat Hilma bersandar mesra di bahu Nate, dan Nate membiarkannya.

Mendengar teriakan Cloveria, spontan saja Nate langsung menghentikan laju mobilnya.

My House, Not My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang