4. Septian David maulana

374 32 4
                                    

Sore itu seorang pria tengah fokus dengan benda bulat yang kini sedang begerak kesana kemari karena kelincahan kakinya.

Pria yang mengenakan celana olahraga panjang merek addidas dan kaos hitam polos membentuk ototnya itu, membiarkan keringat membasahi tubuhnya.

Setelah merasa lelah, pria itu beristirahat di bangku panjang yang berada di halaman belakang rumahnya, dan meminun minuman isotonik miliknya sambil sesekali mengelap keringatnya.

Drrrtt.. Drrrtt..

Pria itu mengambil handphone dari saku celananya. Dia tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar itu. Lalu menggeser layar tersebut untuk menerima panggilan.

"Hallo, kenapa bel?" Ucap David menyapa orang yang menelponnya itu.

"Hmm gak apa-apa sih, aku cuman kangen aja." Jawab Bella dari seberang sana.

"Kangen ya? Maafin aku ya, karena terlalu sibuk sampai gak bisa luangin waktu buat kamu." Ucap David. Dia sebenarnya kasihan dengan pacarnya itu, karena menurutnya dia belum bisa menjadi pacar yang baik untuk Bella.

"Gak apa kok vid, aku ngerti." Jawab Bella.

"Oh ya, ntar malam aku jemput kamu ya, aku pengen ngajak kamu jalan." Ajak David, yang ingin melepaskan rindunya kepada Bella. Karena profesinya sebagai pemain bola, membuat dia tidak memiliki banyak waktu untuk Bella, karena waktunya selalu di habiskan dengan latihan bersama si kulit bundar.

"Oke deh, sampai ketemu nanti malam." Jawab Bella yang kemudian menutup sambungan telpon itu.

David kembali tersenyum. Dia merasa sangat beruntung memiliki Bella, seorang wanita yang sudah dua tahun ini di pacarinya.

***

"Icha kita nonton yuk. di bioskop tuh lagi ada film yang bagus banget" Ajak Metta kepada Icha sahabatnya, yang sudah seminggu ini tinggal bersamanya.

"Gak ah ta, gue gak mau buang duit gue cuman buat nonton doang. Mending tuh duit gue simpen buat jajan gue." tolak Icha, Yang sekarang ini sedang fokus menonton berita di tv.

"Ya ampun cha lo tenang aja, kan gue yang ajak, ntar gue yang naktir lo deh" bujuk Metta.

"Bener nih lo yang traktir?" Tanya Icha menatap Metta untuk memastikan.

"Kalau gitu sih gue mau." Sambung Icha ketika melihat Metta menganggukan kepalanya.

"Yee giliran di traktir aja langsung mau lo"

"Ya iyalah gue langsung mau. Siapa coba yang mau nolak gratisan?" Jawab Icha enteng.

Sementara Metta hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sahabat yang sudah di anggap saudara itu.
Menurut Metta, Icha sangat beda dengan cewek-cewek pada umumnya. Icha tak pernah malu atau gengsi dengan keadaannya, bahkan dia tak malu mengakui bahwa dia pernah bekerja sebagai pelayan restoran kepada teman kampus yang baru saja di kenalnya.

***

Malam ini David mengenakan kaos hitam dan celana jeans hitam yang sedikit sobek di bagian lututnya.
Dengan sedikit gel rambut di tangannya dia merapikan rambutnya.
Setelah itu David meraih kuni mobil yang berada di atas meja,  dan langsung keluar dari kamarnya.

"David kamu mau kemana?" Tanya Resti ibunda David. Saat melihat anaknya itu turun dari tangga.

"Aku mau jalan sama Bella mah." Jawab David menghampiri Resti.

"Yaudah kamu hati-hati yah. Titip salam mama ke Bella, kapan-kapan kamu bawa dia ketemu mama" ucap Resti.

Memang selama dua tahun berpacaran, David terhitung jarang membawa Bella ke rumahnya. Bukan David tidak mau, tapi karena kesibukan mereka membuat mereka jarang memiliki waktu. Kalaupun ada waktu bersama David dan Bella lebih memilih jalan-jalan atau liburan.

"Iya mah, David pergi dulu assalamualaikum." Pamit David. Kemudian langsung pergi membawa mobilnya untuk menjemput Bella.

***

"Metta cepetan ayo, lama banget sih dandannya" ucap Icha yang mulai sebel melihat sahabatnya itu yang sangat lama berdandan.

"Bentar dulu cha, gue tuh harus keliatan cantik dulu. Siapa tau kan gue ketemu cowok-cowok ganteng di mall." Ucap Metta.

"Yaelah, ribet banget sih jadi lo. Cuma mau nonton doang pake dandan segala."

"Cewek tuh emang harusnya dandan, biar cowok-cowok pada tertarik sama kita." Ucap Metta kemudian memoleskan liptin pink di bibirnya.

"Yee, gue gak perlu dandan juga calmam gue tetep suka." Ucap Icha.

"Calmam? Apa tuh?" Tanya Metta.

"Calon imam" jawab Icha sambil senyum-senyum membayangkan calon imam impiannya.

"Ha,, Lo udah punya calon cha? Siapa? Kok lo gak kasih tau gue" tanya Metta.

Icha mengangguk "calon imam gue tuh septian David." Jawab Icha.

"Oh ya? Ntar lo kapan-kapan kenalin gue ya. Gue pengen tau kayak apa sih cowok lo" ucap Metta, yang tidak mengetahui bahwa Septian David adalah pemain bola yang di idolakan Icha, Metta memang tidak menyukai sepakbola.

"Iya ntar gue kenalin ke lo, lo doain aja ya gue sama dia." jawab Icha ngasal. Dalam hati dia mengaminkan agar dia bisa bertemu dengan Septian David idolanya itu dan  bisa menjadi pacarnya.

Dream(lucky Fans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang