13. Friendship

268 27 2
                                    

Pagi ini Icha terbangun dengan badan yang sedikit kaku akibat tidur di sofa yang berada di kamar David. Semalam dia memutuskan untuk menginap di rumah David, karena dia tidak tega meninggalkan pria itu sendiri.

Icha menatap ke arah David yang masih terlelap. Wajahnya terlihat sangat damai saat tidur.
Dengan perlahan Icha memberanikan diri untuk menyentuh dahi David, dan sepertinya pria itu sedang demam karena suhu tubuhnya yang terasa panas.

Icha bergegas pergi ke dapur rumah David untuk mencari sesuatu yang bisa di makan. Namun dia hanya menemukan beberapa sayuran di dalam kulkas. Karena David demam, pasti lidahnya pahit, Icha pun memutuskan untuk membuatkan David sup agar lidahnya tidak terlalu hambar.

Dengan cepat, Icha memotong worter dan sayuran lainnya, lalu setelah itu ia masukkan sayuran tadi ke dalam panci. Tak lupa gadis itu memberikan sedikit garam dan bumbu lain untuk memperenak rasanya. Setelah hampir dua puluh menit ia memasak akhirnya sup buatan Icha pun jadi.

Gadis itu membawa sup tadi ke kamar David. Icha meletakkan nampan yang berisikan air putih, obat, dan mangkuk sup itu di atas nakas. Saat dirinya ingin membangunkan David, ternyata pria itu sudah bangun dari tidurnya. Icha menatap David dan tersenyum ke arahnya.

"Ini gue buatin sup buat lo, jangan lupa di makan." Ucap Icha.

David mengerutkan keningnya menatap Icha. Pria itu terlihat bingung. Icha yang menyadari kebingungan David akhirnya menjelaskan apa yang terjadi.

"Semalam lo pingsan di depan club, gue yang bawa lo kemari. Karena rumah lo gak ada orang, gue mutusin buat nginap di sini."

David terdiam, dia ingat bahwa semalam dia minum terlalu banyak.

"Makasih, lo udah nolongin gue." Ucap David dengan suara khas orang bangun tidur yang terdengar seksi di telinga Icha.

"Sama-sama," Balas Icha. "Sekarang lo makan dulu supnya, nanti keburu dingin." Sambungnya.

David mengangguk dan tanpa menunggu lama dia segera menghabiskan sup itu. Tak lupa juga dia memasukan obat yang sudah Icha sediakan ke dalam mulutnya.

"Maaf gue udah ngerepotin lo." Ucap David.

Icha tersenyum, "santai aja kali. Gue seneng kok bisa bantuin lo."

***

Sekarang Icha sedang berada di dalam mobil David. Tadi David menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Sebenarnya Icha sudah menolak, karena kondisi David yang masih sakit, namun pria itu tetap memaksa.

"David, gue boleh nanya sesuatu nggak?" Tanya Icha kepada David yang sedang fokus menyetir.

"Apa?"

Icha menarik nafasnya. Ada hal yang membuatnya penasaran sejak tadi. "Sebelumnya maaf kalau gue menanyakan hal ini. Tapi gue penasaran, sebenarnya lo ada masalah apa, sampai lo harus ke tempat kayak itu?" Tanya Icha dengan hati-hati, takut menyinggung perasaan David.

David terdiam. Dia kembali teringat kejadian yang berhasil membuat emosinya meledak-ledak. Bahkan sekarang dadanya masih terasa sesak jika mengingat hal itu.

"Maaf. Lo gak perlu jawab pertanyaan gue." Ucap Icha setelah melihat raut wajah David yang berubah setelah mendengar pertanyaannya.

Icha merutuki dirinya sendiri. Tidak seharusnya dia menanyakan hal pribadi seperti itu.

"Gue dan Bella udah putus." Ucap David seketika. Entah dorongan dari mana yang membuatnya ingin menceritakan masalah pribadinya dengan gadis yang tak lain adalah fansnya.

Icha menolehkan kepalanya kepada David yang masih tetap fokus menyetir.

"Bella di jodohin oleh orangtuanya. Dan orang yang di jodohin sama dia itu Aldi sahabat gue." Sambung David tanpa menunggu pertanyaan dari Icha.

Dream(lucky Fans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang