Maret 2014
"Kau tidak bisa menggunakan cara yang sama seperti soal sebelumnya untuk yang ini. Meski di bab yang sama, kau harus menggunakan persamaan lain.""Aishh, ini terlalu sulit untukku."
Ah, rasanya sulit sekali memahami matematika. Terlalu rumit dan banyak peraturan.
Untuk apa sih kita harus belajar memahami kerumitan yang juga tak akan berguna nantinya?"Ayolah Hyemi-ya, kau pasti bisa memahaminya. Jangan bermalas-malasan. Waktu ujian semakin dekat. Tinggal sedikit bab yang harus kau pelajari."
"Ah, rasanya kepalaku mau pecah. Biarkan aku istirahat sebentar, Oppa."
Sedikit informasi, saat ini aku tidak sedang belajar bersama Sanghun. Seperti yang pernah kukatakan. Ada jarak di antara kami yang perlahan melebar.Buktinya, di akhir pekan ini, Sanghun tidak bisa datang ke rumahku. Entah mengapa, ia tak memberi alasan jelas.
Sungguh, aku membenci jarak ini. Aku ingin bisa terus melekat dengan Sanghun seperti dulu.Jaehyun. Namja yang menghuni rumah lama Sanghun.
Dia yang bersamaku saat ini. Entah bagaimana kami bisa cepat menjadi akrab.
Padahal aku bukan tipe orang yang mudah membuka diri pada orang lain.Terutama pada namja.
"Mimi-ya, ini aku. Neo eodisseo?"
Pasti itu Sanghun! Hanya dia yang memanggilku dengan panggilan itu.Aku segera berlari keluar dengan penuh semangat.
"Hun-ah?!" dia sudah berada di ruang tamu. Ah, aku lupa mengunci pintunya lagi.
"Hei, kau tak membalas pesanku. Kukira kau tak bisa kemari hari ini."
"Aku ingin membuat kejutan untukmu. Ini ada beberapa snack untukmu." Sanghun berjalan masuk dan meletakkan kantong-kantong plastik di meja makan.
"Wah banyak sekali! Gomawo, ne!"
Aku sibuk menata makanan yang Sanghun belikan. Mungkin ada beberapa yang bisa kumakan langsung.
Kebetulan, ada ruang kosong di perutku.
"Mimi-ya, sejak kapan kau memperbolehkan orang asing masuk?"
Sanghun tampak mematung dalam langkahnya menuju ruang tengah."Ah, aku lupa mengenalkannya padamu." Proses memilih makanan harus ditunda sejenak.
"Hun-ah, dia namja yang menempati rumahmu sekarang. Perkenalkan, Jaehyun oppa. Oppa, perkenalkan, ini Sanghun. Sahabat terbaikku.""Annyeonghaseyo. Jaehyun imnida." Jaehyun tersenyum dan menyodorkan tangannya, mengajak Sanghun bersalaman.
"Hun-ah, kenapa kau diam saja?" aku menyenggolnya. Ia melamun?
"Ah, mianhae. Ne, annyeonghaseyo. Sanghun imnida. Aku permisi sebentar, ne." Mendadak Sanghun mencengkeram tanganku, menarikku ke dapur.
"Ya! Mwo haneun geoya, Hun-ah?""Kau membiarkannya masuk ke rumah? Bagaimana kalau ternyata dia penjahat? Bagaimana kalau dia berniat jahat padamu?"
"Aniya, itu tak mungkin terjadi, Hun-ah. Dia namja yang baik. Lagipula, baru kali ini aku mengajaknya masuk. Karena kau tak bisa datang."
"Mimi-ya, harusnya kau berhati-hati. Kau tinggal seorang diri di rumah ini. Jangan mengundang namja lain masuk selain aku. Arasseo?"
–
Hyemi sedang sibuk memasak makanan, tinggallah Sanghun dan Jaehyun di ruang tengah.
"Jadi kau yang bernama Sanghun itu?" Jaehyun membuka percakapan. Tampaknya dari tadi Sanghun enggan banyak bicara dengan Jaehyun.
"Hmm." Jawaban yang sangat singkat.
"Kau sudah lama mengenal Hyemi?"
"Sangat lama. Sejak kami masih kecil."
"Kalian tentu begitu dekat. Hyemi tampak sangat bergantung padamu."
"Ya, Hyemi tidak memiliki saudara. Orangtuanya meninggal tiga tahun lalu. Hanya aku orang yang ada di sisinya sejak saat itu. Aku tahu semua tentangnya, dan hanya aku yang paling mengerti Hyemi."
"Tapi kalian sungguh hanya bersahabat, bukan?"
"Tentu saja, kenapa kau menanyakan itu?"
"Gwaenchana, aku hanya bertanya." Jaehyun tersenyum tipis.
Sanghun menebak bahwa Jaehyun hendak berusaha mendekati Hyemi. Tapi ia tentu tidak akan memberi kesempatan pada namja itu.
Setelah hari itu, Sanghun berusaha sebisanya untuk selalu ada bagi Hyemi. Seperti dulu sebelum kepindahannya.Ia berusaha menyempatkan waktu untuk membantu Hyemi belajar, menelepon ketika ada waktu kosong, datang di rumah Hyemi ketika akhir pekan.
Walau sebenarnya ia juga harus beristirahat karena kesehatannya.Sanghun jadi tampak tak mempedulikan itu karena tak ingin Hyemi jatuh di pelukan namja lain.
Hyemi adalah semangat hidup bagi Sanghun.
Alasan ia memilih untuk bangkit melawan penyakitnya.
Hyemi tidak boleh sampai berpaling pada namja lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Christmas (슬픈 크리스마스) - Mini Novel
RomanceTernyata, Natal memang tidak selalu berbicara tentang kebahagiaan sempurna. Ada kalanya kita harus merasa sedih, untuk tahu bagaimana rasanya senang. Kita perlu merasa kehilangan, untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Baik maupun buruk, keduanya...