#18 - 상훈의 측 [Sanghun's Side ]

5 0 0
                                    

-Sanghun's POV-

Jarak antara aku dan Hyemi terlihat semakin nyata semenjak kami masuk perkuliahan.

Bukan hanya karena tugas sebagai anak desain yang menggunung, tapi juga karena jadwal terapi serta kontrol yang terus bertambah.
Bahkan seringkali, aku harus bertemu dengan dokterku di luar rumah sakit. Dia perlu mengetahui bagaimana kondisi terkiniku, ini semua sungguh melelahkan dan menyebalkan.

Aku jadi bimbang. Haruskah aku terus menggenggamnya? Atau melepaskannya, membiarkannya terbiasa tanpaku?

Di hari ulang tahunnya, aku tidak bisa menjadi orang pertama yang memberi ucapan. Karena sejak pagi-pagi aku sudah harus pergi ke rumah sakit. Dan, aku tahu dia begitu kecewa.

Maafkan aku, Hyemi.

Komunikasi antara kami semakin memburuk.
Aku tidak mempunyai waktu senggang untuk bermain dengan ponsel. Juga, aku sengaja tidak membalas pesan dari Hyemi dengan cepat.

Sepertinya aku harus memberitahunya untuk menjauhiku saja.
Belakangan ini, kulihat dia dekat dengan Jaehyun. Tapi aku tidak ingin dia jatuh pada namja itu.
Jaehyun bukan namja baik.

Mimi-ya, aku ingin bertemu denganmu sekarang.
Bappasseo?



"Hyemi-ya, neomu bogoshipeoyo. Jeongmal saranghaeyo." Berulang kali aku mengucapkannya. Namun percuma, orang yang harusnya mendengar itu masih berada di seberang jalan sana. Dan, aku tidak memiliki keberanian yang cukup.

Katakan saja, pengecut.

Tidak. Aku tidak perlu mengatakan itu, aku harus menyuruhnya untuk menjauh dariku, melupakanku, menjalani kehidupan tanpaku.

"Aww!" kenapa harus di saat seperti ini?!

Perutku mendadak terasa begitu sakit.

"Sanghun-ah?"

"Jaehyun seonbae?" mengapa ia bisa di sini?

Ah, jangan-jangan Hyemi berangkat bersamanya?! Tidak, Hyemi tidak boleh sampai jatuh pada namja ini!

"Jauhi Hyemi!" aku berteriak.

"Hei, memangnya kau ini siapa? Hanya sahabat, kan? Kenapa kau melarangku mendekati Hyemi?"

"Kau bukan namja baik seperti yang terlihat. Aku pernah melihatmu merokok, Hyemi pasti membenci itu. Kau juga pernah berbuat onar di SMA-mu dulu, kan? Sungguh tidak layak bagi Hyemi." Aku juga sempat melakukan penyelidikan kecil-kecilan tentang namja ini.

"Lalu mengapa? Aku sudah tidak pernah membuat ulah lagi."

"Ya! Kubilang, jauhi Hyemi!"

"Lalu siapa yang akan menjaganya? Dia tidak memiliki siapa-siapa. Siapa yang akan menenangkan tangisnya? Siapa yang akan memeluknya erat ketika ia sedang berbeban berat? Siapa yang akan datang menolongnya di saat darurat?"

Namja ini benar-benar brengsek!

"Memangnya kau bisa melakukan itu? Melindungi Hyemi, datang membantunya di saat darurat? Biarlah aku menggantikan posisimu."

"Awas kalau kau sampai membuat Hyemi terluka! Awww!!!" Rasa sakit di perutku semakin menjadi-jadi.

Luar biasa sakit hingga rasanya sulit untuk tetap berdiri tegak.

Hyemi-ya, jeongmal mianhae. Aku akan mengatakan semuanya padamu suatu hari nanti.

17 November 2014

Operasi pengangkatan sel kanker telah selesai. Terapi pasca operasi pun telah kulalui. Aku dinyatakan telah sembuh!
Rasanya luar biasa bahagia! Aku harus segera menemui Hyemi!

Sepengetahuanku di hari Senin seperti ini, kelas Hyemi berakhir sekitar pukul satu siang. Aku harus segera mencarinya di gedung bahasa.

Apa aku perlu meneleponnya? Hmm, sepertinya tidak. Aku akan berusaha mencarinya terlebih dahulu.
Anggap saja ini surprise.

Terlalu asyik melihat ke sana-kemari, aku malah tidak memperhatikan arah jalanku.

BRUKK!!!

"J-Jeongmal joesonghamnida!" aku otomatis mengucap maaf ketika menabrak....

"S-Sanghun-ah?"

"Mimi-ya?"

....

Ya, itu benar dia. Hyemi-ku.
Gadis yang luar biasa kurindukan.
Semangat hidupku.

"Jal jinaesseoyo?" aku tahu kau baik-baik saja selama ini tanpaku.
Di sisi satu aku merasa lega. Namun juga sedih.

"Seperti yang terlihat. Kau terlihat semakin kurus, Hun-ah. Jal jinaesseoyo? Jal meogeotni?"
Padahal aku berusaha menyembunyikannya dengan pakaian tebal ini. Dia masih memerhatikanku.

"Tak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Tampaknya kau mulai banyak berubah, Mimi-ya." Kau semakin cantik.

"Tentu saja! Harus ada perubahan dalam hidup. Aku harus belajar mandiri, juga berusaha mencari teman sebanyak mungkin. Menikmati hidup yang hanya satu kali." Apa kau sedang berusaha melupakanku juga?

"Kau memang sudah banyak berubah, Mimi-ya. Jarhaesseo."

"Neo deo. Bagaimana dengan yeojachingumu? Kau tak membayar pajak jadian padaku."

"Yeojachingu? Bagaimana maksudmu?"

"Hyemi-ya! Ternyata kau di sini!"

Jaehyun datang mengganggu percakapan kami. Hyemi masih berhubungan dengan namja ini?

"Ah, Jaehyun oppa! Aku mencarimu sedari tadi."

"Jinjjayo? Aku malah menunggumu di kantin. Ah, k-kau di sini Sanghun-ah!"

"Ne, annyeonghaseyo." Aku menyapanya, bersikap sopan sebagai junior walau sebenarnya sangat enggan. Dia bukan namja baik-baik. Aku tahu Hyemi tidak akan menyukainya jika tahu tentang ini, aku harus memberitahunya.

"Mimi-ya, aku perl–

"Hyemi-ya, kau membuatkan bekal untukku? Ah, jeongmal gomawo!"

Bekal?
Hyemi bahkan membuatkan bekal untuk namja itu? Bukan untukku?

Dia memang sudah berubah.

"Hyemi-ya, ayo ke kantin. Na baegophayo."
Mentari seakan sirna seiring dengan kepergiannya.

"Hun-ah, aku duluan, ne! Sampai bertemu lagi!"
Aku hanya melambaikan tangan padanya.

Tidak. Dia tidak boleh membawa pergi mentariku!
Alasan aku tetap bertahan adalah dia. Jadi, aku akan berusaha merebutnya kembali ke pelukanku!

Aku akan segera memberitahu semuanya pada Hyemi!

Sad Christmas (슬픈 크리스마스) - Mini NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang