24 Desember 2014
Tiga tahun lalu, di tanggal yang sama, aku kehilangan kedua orangtuaku.
Dua tahun lalu, di tanggal yang juga sama, aku hampir kehilangan Sanghun.
Tahun lalu, di tanggal yang masih sama, aku mulai kehilangan Sanghun secara perlahan.Dan, di tahun ini, Sanghun benar-benar pergi. Pergi jauh, dan tidak akan kembali untuk selamanya.
Apa sungguh Natal itu menyenangkan? Mengapa terus ada kejadian menyedihkan di setiap malam Natal?
.
When i felt upset,
i looked into your calming eyes.When i felt guilty,
i looked into your peaceful eyes.When i felt weak,
i looked into your powerful eyes.But, now those eyes of someone i love
have been closed forever.I feel so small in this big world
.
Sebentar lagi, jasad Sanghun akan dikremasi. Meski begitu, aku masih berharap dia terbangun, lalu mencariku. Mungkin memang agak menyeramkan.
"Hun-ah, pada akhirnya kau tidak menepati janjimu. Ini Natal terburuk kedua untukku setelah kematian appa dan eomma. Apa ini Natal yang indah menurutmu?" kulitnya semakin memucat, bibirnya tampak begitu putih.
"Andai saja aku tahu semua ini, mungkin aku akan mengatakannya lebih cepat, dan segera membiasakan diri untuk hidup tanpamu."
Tidak, aku tidak mungkin bisa melakukan itu.
"Aku tidak bisa hidup tanpamu, Hun-ah." Aku memeluk tubuh yang sudah kaku itu. Selagi masih bisa.
"Hun-ah, terima kasih karena sudah bersamaku selama ini. Hanya kau yang paling mengerti diriku, kau sudah banyak sekali berkorban untukku. Bahkan kau tidak memikirkan dirimu lagi, demi aku. Terima kasih untuk kenangan indah selama dua belas tahun kebersamaan kita." Ini sungguh menyedihkan. Aku tidak bisa menahan air mata lagi.
"Kau sahabat yang terbaik, kau orang terbaik yang pernah kukenal. Nado saranghaeyo, Lee Sanghun-ah. Mianhae, aku tidak pernah mencoba untuk mengerti dirimu. Mianhae....
Beristirahatlah dengan tenang di sana, Hun-ah. Aku berjanji akan hidup dengan baik, seperti yang kau inginkan. Annyeong, nae sarang."Tubuh itu masuk ke ruang kremasi. Setelah itu, rasanya aku sudah tidak bisa menangis lagi. Walau rasa sedih masih memenuhi dada hingga rasanya begitu sesak.
Mataku sudah membengkak karena terus menangis sejak kemarin. Dan rasanya sakit sekali sekarang.Semuanya berakhir. Seperti yang kukatakan pada Sanghun ketika kami bertengkar terakhir kali.
Kisah indah selama dua belas tahun bersama, berakhir di hari ini."Ah, salju turun! Sebaiknya kita segera pulang, Hyemi-ya! Biar kuantarkan pulang."
Kusempatkan melirik jam.
Tepat pukul lima sore.Apa ini kebetulan?
"Oppa, rasanya kita tidak perlu bertemu lagi setelah ini. Aku ingin memulai hidup baru, tanpa bergantung pada siapapun."
"Hyemi-ya, jangan seperti itu. Saat ini pun kau sedang tidak bergantung pada siapapun, aku tidak bisa melepasmu begitu saja."
"Aku tahu memang sulit untuk berpisah, tapi aku masih merasa begitu bergantung padamu, juga pada Sanghun. Hingga akhirnya aku merasa seakan tidak bisa apa-apa ketika kalian tidak ada bersamaku. Jadi, kumohon, jangan temui aku lagi, jangan hubungi aku lagi. Jeongmal mianhae Oppa.
Carilah yeoja yang lebih bisa mencintaimu, karena aku tidak bisa mencintaimu sebanyak kau mencintaiku. Aku merasa bersalah karena itu.""Hyemi-ya...."
"Terima kasih untuk semua yang sudah kau lakukan selama ini, Oppa. Kau layak mendapatkan yang lebih. Mohon maaf untuk semua kesalahanku, maaf aku sudah menyakitimu. Annyeong."
A/n
The poem was not mine,
by exotic pastel Line Official Account
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Christmas (슬픈 크리스마스) - Mini Novel
RomansTernyata, Natal memang tidak selalu berbicara tentang kebahagiaan sempurna. Ada kalanya kita harus merasa sedih, untuk tahu bagaimana rasanya senang. Kita perlu merasa kehilangan, untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Baik maupun buruk, keduanya...