#22 - 제삼자의 눈 [Third Person's Eye]

4 0 0
                                    

-Author's POV-

5 Desember 2014
11.30

Ujian akhir semester telah usai. Kampus pun mulai terlihat sepi karena jarangnya aktivitas mahasiswa di area kampus. Mungkin hanya mereka yang benar-benar pengangguran atau memiliki urusan penting akan tetap datang.

Seperti kedua manusia ini.

"Sanghun-ah!" Jaehyun kebetulan sedang mengurus beberapa tugasnya, dan bertemu dengan Sanghun. Secara tidak sengaja.
Ketika hendak menyapa Sanghun, ia melihat ada secarik kertas yang terjatuh dari tumpukan buku yang digenggam Sanghun.

"Dari rumah sakit?" tidak ada niatan untuk lancang. Namun ketika melihat kop yang terdapat di kertas itu, ia membatalkan niat untuk mengembalikannya.

'Ini pasti memuat rahasia yang disimpannya rapat-rapat selama ini.'

"M-maldo andwae!"



16.00

"Aissh, kenapa dia lama sekali, sih? Aku harus mengembalikannya hari ini." Jaehyun merasa kakinya begitu keram karena sudah terlalu lama duduk.

Ternyata Sanghun mengikuti kelas tambahan. Hmm, mungkin semester pendek. Sepertinya ia sudah melampaui batas absen yang diizinkan karena penyakitnya, dan terpaksa mengikuti semester pendek untuk mengejar nilainya.

"Kau sepertinya menungguku."

"A-ah! Kau membuatku terkejut, Sanghun!" Jaehyun terlalu asik bermain dengan ponselnya.

"Ada apa mencariku?"

"Ini, aku menemukannya terjatuh."

Sanghun tampak begitu terkejut. Dengan segera ia menyambarnya.

"Kau tidak membacanya, kan?!" baru kali ini Jaehyun melihat ekspresi itu.

"Mianhae, aku tak sengaja. Apa ini alasanmu menghilang? Bukan karena tugas, kan?"

....

....

"Kau tak perlu ikut campur! Kenapa kau membaca surat yang seharusnya bukan milikmu?!" Sanghun begitu marah.

"Kau merahasiakan ini dari Hyemi?"

"Itu bukan urusanmu!" Sanghun baru saja hendak melangkah pergi.

"Kau, sudah berpacaran dengan Hyemi?" Sanghun berbalik.

"Hei, ingatlah, aku ini seonbae-mu. Berbicaralah sedikit sopan, tenangkan dirimu, ayo kita minum bersama."

"Aku sudah mengingatkanmu untuk menjauhi Hyemi. Kau tidak layak untuknya. Apa dia juga tahu kalau kau pembuat onar? Apa dia tahu kau seorang perokok?"

"Kita sama-sama memiliki rahasia. Jangan menganggapnya berlebihan, Sanghun-ah."

"Tapi rahasia yang kau simpan busuk! Segera jauhi Hyemi!"

BUKK!

Sanghun melayangkan tinjuan. Dia geram sekali mengetahui hubungan Jaehyun dan Hyemi, juga geram karena Jaehyun membaca kertas berisi hasil labnya.
Meski sudah dinyatakan sembuh, Sanghun tidak ingin ada orang lain yang mengetahuinya. Terlebih, memberitahu Hyemi.

Ia ingin dirinya sendiri yang menjelaskan semua pada Hyemi. Di waktu yang tepat. Entah kapan.

"Tidak bisa. Aku menyayanginya. Aku bisa menjaganya lebih baik darimu. Kau hanya bisa melukainya. Dia banyak menangis karenamu."

....

Sanghun sempat terdiam beberapa detik. Mendengar kalimat terakhir tadi.

'Apa benar Hyemi banyak menangis karenaku? Apa langkah yang ku ambil ini salah?'

"Wae? Kau menyadarinya, kan? Kau tidak bisa menjaganya dengan baik. Aku masih lebih baik darimu. Dirimu lebih rendah dari aku yang kau sebut 'brengsek'." Jaehyun tersenyum mengejek.

"Utjima! Kau dan aku berbeda! Aku sudah menjaganya selama bertahun-tahun. Kau tidak bisa merebutnya begitu saja!" Sanghun terus melayangkan tinjuan di wajah, juga tubuh Jaehyun dengan begitu brutalnya.

Jaehyun hanya berusaha menangkis. Tidak banyak melawan.
Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Tubuhnya mulai memar-memar.

"Ya! Geumanhae! Kenapa tidak ada yang melerainya?"
Para siswa memang hanya berkerumun menyaksikan perkelahian itu. Tidak ada yang berniat maju memisahkan mereka.

Hanya ada satu.

"Hun-ah, neo mwohanya?!"

Semuanya berhenti begitu saja.

"M-mimi-ya!"



"Mimi-ya, ini semua tidak seperti yang kau lihat. Aku berusaha melindungimu."

"Melindungi? Melindungi apa? Lihat yang sudah kau lakukan pada Jaehyun. Dia kekasihku, kalau ia terluka, akupun terluka." Hyemi tampak benar-benar kesal pada Sanghun.

"Bagaimana kau bisa berpacaran dengan namja seperti itu? Dia bukan namja baik. Dia adalah–"

"Kau yang bukan namja baik. Kau sudah berubah, bukan Sanghun yang kukenal lagi. Padahal aku berharap kita bisa bertemu lagi dalam keadaan baik, tapi kenapa kita bertemu seperti ini? Kau kenapa, Hun-ah?" matanya berkaca-kaca.

"Mimi-ya, kuakui aku salah sudah meninggalkanmu. Jeongmal mianhae. Mari kita saling bercerita seperti dulu."

"Aku tidak punya waktu. Aku harus mengobati Jaehyun. Lebih baik kita tidak usah bertemu lagi." Hyemi melangkah pergi.

"Hyemi-ya! Gajima!" Sanghun berusaha menangkap lengan Hyemi.

"Sondaejima! Aku tidak ingin bicara denganmu lagi!"

"Hyemi-ya.... Kau tidak tahu." Sanghun terduduk lemah. Seluruh kekuatannya sirna mendengar kalimat Hyemi.



Mentari enggan menyinari bumi. Dia telah pergi sangat jauh.
Alam semesta bersedih kehilangannya. Berbagai bencana datang, siklus kehidupan mulai rusak.

Itu yang Sanghun rasakan. Ketika pusat hidupnya pergi.

Dia pun mulai menyadari kesalahan yang dibuatnya.

'Mungkin seharusnya aku mengatakan semua sejak awal. Itu tentu tidak menimbulkan luka yang terlalu dalam untuk Hyemi, dan untukku.'

Ya, seharusnya ia tidak menyembunyikan apapun dari Hyemi. Mungkin itu malah membuat Hyemi mampu memakluminya.

Sanghun telah membuat kesalahan fatal.

Sad Christmas (슬픈 크리스마스) - Mini NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang