6 Desember 2014
"Hyemi-ya, sepertinya kau perlu membeli beberapa snack. Makanan ini saja tidak akan cukup."
"Hmm, aku juga merasa begitu. Baiklah, aku akan membelinya di minimarket, kau lanjutkan saja memasaknya, ne." Aku segera mengambil jaket dan melangkah keluar.
Hari ini aku menginap di rumah Sunmi. Bukan karena apa-apa, hanya ingin menyegarkan pikiran. Aku bosan di rumah.
Kami berniat akan menonton drama hingga pagi hari. Kebetulan Sunmi baru membeli DVD tadi pagi. Sepertinya akan sangat menyenangkan. Aku harus membeli banyak snack!"Mimi-ya...."
Langkahku otomatis terhenti mendengar itu.
"Mwohanya? Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi." Kenapa minimarket yang harusnya dekat jadi terasa jauh sekali, sih? Aku harus segera sampai di sana.
"Mimi-ya, jebal. Beri aku waktu sebentar, aku tidak akan membahas hal kemarin." Sanghun menangkap lenganku.
Sepertinya ia akan terus mengejarku hingga ke minimarket kalau aku tak berhenti. Huh, baiklah...."Hanya 5 menit. Aku ada keperluan lain."
"Kau sungguh tidak ingin bertemu denganku lagi? Kau sungguh membenciku?"
"Melihat apa yang kau lakukan pada Jaehyun, membuatku takut padamu. Sanghun yang kukenal tidak akan melakukan itu." Aku berusaha untuk tidak menatap matanya.
Karena mungkin aku akan goyah jika melihat kedua manik cokelat itu.
"Kau boleh memercayai ini ataupun tidak. Tapi aku tidak mengarangnya." Jeda. "Jaehyun bukan namja baik seperti yang kau tahu. Aku pernah melihatnya merokok dengan mata kepalaku sendiri, dia juga pembuat onar, gangster pada masa SMA."
"Lalu, bagaimana denganmu? Mungkin itu hanya masa lalunya yang buruk. Tapi kau? ... Sekarang kau menjadi seperti itu. Tak usah menghasutku, Sanghun-ah." Tidak ada panggilan akrab. Kita sudah tidak lagi akrab.
"Aku tidak ingin menghasutmu, membuatmu membencinya. Aku hanya ingin kau tahu, supaya kau tidak kecewa nantinya. Kau boleh tidak memercayaiku.
Ku akui, aku salah telah meninggalkanmu. Aku tidak bisa menjelaskan semuanya, andai saja kau memberiku lebih banyak waktu untuk menjelaskan semuanya.""Kau meminta waktuku? Berapa banyak waktuku yang terbuang sia-sia hanya untuk duduk diam seperti orang bodoh menunggumu? Apa kau tahu itu? Aku selalu memiliki waktu untukmu. Dulu.
Akupun merindukan hal yang sama, ingin menceritakan banyak hal denganmu, namun apa kau memiliki waktu untuk itu? Di saat genting pun kau tidak bisa mengangkat teleponku."
Hei, aku menangis lagi."Kau selalu membuatku menanti di lorong panjang tak berujung. Mungkin pertambahan usia membuatmu berubah, Sanghun-ah." Dadaku sesak, rasanya teramat sakit mengingat bagaimana ia membiarkanku menunggu sendiri.
Bodohnya, hati ini masih merindu, ingin memeluknya, menanyakan bagaimana keadaannya walau Jaehyun yang terluka parah.
Namun aku masih memiliki akal sehat. Yang dengan keras memerintahkanku untuk menahan segala perasaan ini. Atau aku akan kecewa lagi.
Lebih baik kutelan saja obat pahit ini sekarang. Aku tidak mau menderita nanti, aku tidak mau semuanya menjadi lebih buruk."Mianhae.... Jeongmal mianhae.... Aku tidak bermaksud melukaimu. Tapi di hari itu, aku kehilangan ponselku, aku tak bisa menghubungimu." Dasar alibi!
"Apa kau tidak bisa langsung menemuiku? Tidak bisakah kau mencariku? Apa kau sudah lupa rumahku?" Aku benci dengan seribu satu alasanmu.
"Mianhae.... Tteo mianhae. Ada hal yang tak bisa kujelaskan saat itu. Beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya." Sanghun mengangkat wajahku dengan kedua tangannya. Mengusap pipiku yang basah oleh air mata.
Aku menampik tangannya.
"Hetgallige hajima! Kalau kau ingin pergi dariku, pergilah! Jangan tarik ulur seperti ini! Kau membuatku bingung."
"M-Mimi-ya.... Bukan begitu maksudku, aku–"
"Memangnya kita ini apa? Siapa aku bagimu? Siapa kau bagiku? Mengapa ini semua begitu membuatku terluka? Sebenarnya ada apa?"
"Hyemi-ya, uljima...." Ia mencoba untuk menghapus air mataku lagi. Terlambat, bodoh! Harusnya kau melakukan ini saat aku membutuhkanmu.
"Waktumu habis! Aku harus pergi."
"Mimi-ya, nan neol saranghae!"
M–Mwoya?!
"Sudah lama aku ingin mengatakan ini, tapi aku takut akan kehilanganmu jika mengatakannya. Aku berusaha yang terbaik untuk tetap ada di sisimu, namun ada banyak sekali rintangan yang harus kutempuh. Sulit untuk menjelaskannya padamu."
Aku merasa tanganku ditarik, dan aku berbalik, melihat wajah yang kurindukan itu kembali.
"Jeongmal ... saranghaeyo."
Sedetik kemudian
...
Bibir kami bertemu.
...
Sanghun ...
menyukaiku?...
Sejak kapan?
...
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Aku tidak mampu berpikir jernih.
Aku tidak tahu harus melawannya, atau melakukan apa.
Sanghun melumat bibirku, seakan ingin menyalurkan perasaannya yang tak tergambar oleh kata. Perasaan yang begitu meluap-luap.
Apa aku harus menamparnya setelah ini?
Namun aku tidak ingin momen ini berakhir.
Kenapa, ini terasa seperti ...
Sebuah perpisahan?
Aku membeku.
"Mianhae, aku membuatmu banyak terluka, aku pengecut. Sampaikan maafku pada Jaehyun. Dan kau harus hidup bahagia setelah ini, jangan menangis lagi. Lupakan aku, aku akan pergi. Jang Hyemi...."
Lalu dia melangkah pergi.
Tanpa menoleh ke belakanglagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Christmas (슬픈 크리스마스) - Mini Novel
RomanceTernyata, Natal memang tidak selalu berbicara tentang kebahagiaan sempurna. Ada kalanya kita harus merasa sedih, untuk tahu bagaimana rasanya senang. Kita perlu merasa kehilangan, untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Baik maupun buruk, keduanya...