18 November 2014
"Jangan meremehkan, aku juga sering dapat nilai bagus dalam ujian Bahasa Inggris. Beri aku waktu berpikir sebentar."
"Aissh, jangan beralasan. Mungkin kau menyembunyikan ponselmu dan menggunakan translator untuk mengerjakannya."
Kami di perpustakaan.
Aku dan Sanghun.Entah mengapa ia seakan berubah lagi hari ini. Dia yang mengirim pesan padaku terlebih dahulu kemarin sore.
Dan ketika aku mengerjakan tugas di perpustakaan sembari menunggu ujian Jaehyun selesai, kami tidak sengaja bertemu. Hmm, mungkin saja juga sengaja."Kkeutnasseo."
Jadi, aku mendapat tugas untuk mendeskripsikan sebuah benda favoritku dalam Bahasa Inggris. Bukan hanya deskripsi biasa, tapi juga menceritakan bagaimana aku bisa mendapat benda itu, alasan aku memfavoritkannya, dan lain-lain.
Karangan itu harus memenuhi satu halaman folio bergaris. Dan, ditulis tangan. Dikumpulkan besok lusa sebagai nilai ujian pelajaran Descriptive Writing."Wow, this is pretty good!" Bahasa Inggrisnya memang cukup baik. Bahkan kalau dilihat-lihat, kemampuannya lebih baik daripadaku.
"I've told you."
"Jangan memasang wajah sombong seperti itu. Tak cocok untuk wajahmu." Aku menahan tawa.
"Kau tidak belajar untuk ujian besok, Hun-ah?"
"Besok ujian Bahasa Inggris. Karena itu aku mencarimu, aku ingin belajar denganmu." Sanghun mengeluarkan buku-bukunya begitu saja.
"Hun-ah, kemampuanmu lebih baik daripadaku. Harusnya aku yang belajar padamu. Aku tidak mengerti arti kalimat ini."
"Jinjja? Kurasa itu vocabulary yang sudah umum."
"Aku baru mendengarnya. Apa maksud kalimat ini?"
"Di sini ada kata depends, yang berarti–"
"Hyemi-ya, kau tak mengangkat telepon dariku! Apa yang kau lakukan di sini?"
Huh, Jaehyun sudah selesai ujian? Ah, ternyata sudah pukul dua!"Hanya belajar bersama. Oppa, kau bisa bantu jelaskan kalimat ini?"
"Ayo pulang! Na han mal isseoyo." Jaehyun dengan cepat menutup buku-buku dan membereskan alat tulisku, kemudian menyeretku tanpa izin (lagi).
"Hun-ah, aku duluan ne! Good luck for your test!"
"Oppa, pelankan sedikit jalanmu. Kau terlalu cepat."
"Sudah berapa lama kau bersama Sanghun tadi?"
"Tidak terlalu lama. Dia hanya membantuku mengerjakan tugas, dan tidak lama setelah itu kau datang."
"Kenapa meminta bantuannya? Apa dia bisa?"
"Awalnya aku juga tak menyangka, tapi ternyata kemampuan Bahasa Inggrisnya cukup baik. Karena itu, aku memintanya mengajariku sedikit."
"Kenapa harus meminta bantuan padanya? Kau harusnya bertanya padaku."
Cengkeraman Jaehyun di lenganku terasa semakin kuat, langkah kakinya pun semakin cepat."Oppa, neo wae geurae? Pelankan sedikit langkahmu. Aku lelah."
Dia tidak menggubris perkataanku, dan semakin kuat mencengkeram lenganku."Oppa, kau kenapa sebenarnya? Apa karena aku belajar dengan Sanghun, kau jadi begini? Kenapa kau terlihat berlebihan sekali?"
"Berlebihan?!"
"Aw!" tiba-tiba Jaehyun berhenti, membuatku tak sengaja menabrak tubuhnya.
"Kau bilang itu berlebihan? Aku benci melihatmu dengan namja itu! Dia sudah membuatmu menangis! Aku benci melihatmu menangis! Noreul johahagi ttaemune."
DEG!
....
...
Apa aku tidak salah dengar?
"S–saranghaeyo, Hyemi-ya."
Kemudian asal suara itu merengkuhku erat.
Aku pasti sedang bermimpi, kan?
"Hyemi-ya, aku tidak suka melihatmu dengannya. Karena kau akan terluka. Lihat saja apa yang sudah terjadi selama ini. Kau sering menangis karenanya. Tapi, apa dia tahu? Apa dia menanyakan kau baik-baik saja? Apa dia meredakan tangismu? Setiap mengingatnya, bukankah kau selalu menangis?"
Berpikir ... berpikir....
Kenapa aku tidak mampu berpikir saat ini?"Hyemi-ya, sadarilah ada aku. Aku sangat menyukaimu, sejak awal kita bertemu. Dan aku ingin untuk bisa melindungimu selalu, cobalah buka hatimu untukku."
Aku harus menjawab apa sekarang?
Mengatakan jujur bahwa aku tidak memiliki perasaan apapun padanya?
Bagaimana aku harus mengatur kalimatnya agak tak terdengar kejam?"O-oppa ... aku hanya...."
"Sst ... geumanhae! Aku belum ingin mendengar komentar apapun darimu tentang ini. Aku hanya ingin mengungkapkan semuanya. Berikan jawabanmu padaku saat aku memintanya. Arrasseo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Christmas (슬픈 크리스마스) - Mini Novel
RomanceTernyata, Natal memang tidak selalu berbicara tentang kebahagiaan sempurna. Ada kalanya kita harus merasa sedih, untuk tahu bagaimana rasanya senang. Kita perlu merasa kehilangan, untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Baik maupun buruk, keduanya...