4 September 2014
"Hun-ah, kenapa kau tak menjawab teleponku?"
Akhir-akhir ini Sanghun sulit dihubungi, aku juga jarang bertemu dengannya.
Kami berbeda fakultas, dengan gedung yang juga saling berjauhan. Juga, jadwal kelas yang sangat berbeda membuat kami semakin sulit bertemu.Aku berusaha memakluminya yang lama membalas pesan karena tugasnya yang jauh lebih banyak dariku. Ia mengambil jurusan Visual Communication Design (DKV) yang memiliki sejibun tugas menggambar walau kami baru genap satu bulan menjadi mahasiswa. Berbeda denganku di jurusan English Language & Literature (Sastra Inggris) yang hanya mendapat tugas menerjemahkan satu artikel dalam satu minggu.
Namun jika seharian penuh tak membalas pesan, apa itu wajar? Apa mungkin ia tak sempat memegang ponselnya barang semenit saja dalam satu hari?
"Jang Hyemi!"
"Ah, Jaehyun oppa!"
"Akhirnya kita bisa bertemu! Kau sedang apa di sini?" Jaehyun juga kuliah di universitas ini.
"Aku menunggu Sanghun. Oppa tidak ada kelas?"
"Kelas terakhirku hari ini baru saja selesai. Kau membawa dua bekal?"
"Hmm, sebenarnya aku juga membuatkan untuk Sanghun. Tapi kurasa sulit untuk bertemu dengannya hari ini." Akhir-akhir ini aku juga belajar memasak beragam menu. Demi Sanghun.
Karena ketika terakhir kali bertemu, ia terlihat semakin kurus."Ah, aku lapar sekali." Mendadak Jaehyun merebut salah satu kotak bekal dan dengan sigap duduk melahapnya di bangku yang tidak jauh dari tempat kami berdiri.
"Jinjja mashitta! Kau juga perlu membuatkan untukku." Gerakannya sangat cepat, aku hanya bisa pasrah melihatnya makan dengan lahap.
Sanghun-ah, apa aku benar-benar tak bisa bertemu denganmu hari ini?
"Hyemi-ya, kau tidak makan?"
"Aku belum lapar." Aku ingin makan bersama Sanghun.
Hening sejenak.
"Hyemi-ya, di bangku kuliah ini kau harus cari teman sebanyak-banyaknya, ikutilah berbagai organisasi yang ada. Itu bisa sangat membantumu di masa depan."
"Hmm ... benarkah?" aku menanggapinya malas. Aku bukan tipe orang seperti itu, harusnya Jaehyun tahu.
"Bukannya aku mengkritik kedekatanmu dengan Sanghun, tapi kita tidak bisa bergantung terus pada satu orang seumur hidup. Kau harus bisa mandiri, Hyemi-ya."
....
Apa selama ini aku bergantung pada Sanghun?
....
Sepertinya ya. Dan sangat.
"Sampai hari ini, berapa teman yang sudah kau dapat?"
Aku tidak pernah ingin menambah teman, tidak ingin mengenal orang lain.
"Tidak satupun.""Jinjjayo? Kau terlalu dingin, Hyemi-ya. Cobalah berbicara dengan orang lain."
"A–aku hanya terlalu takut." Ya, aku takut berkomunikasi dengan orang lain. Silakan bilang aku aneh.
"Sekarang, ayo ikut aku." Jaehyun mengajakku pergi dari tempat itu. Sejak kapan makannya selesai?
Dia membawaku ke kerumunan orang. Mereka mahasiswa seangkatanku yang Jaehyun kenal tentunya.
Aku merasa sulit sekali untuk bicara. Takut mereka tak menganggapku, kalimat-kalimat yang sudah kusiapkan pun menghilang begitu saja."Jeoneun Jang Hyemi imnida." Semoga mereka tak menyadari kalau suaraku bergetar.
"Genggam tanganku kalau kau gugup," bisik Jaehyun. Aku langsung menggenggam erat tangannya, melampiaskan rasa takut. Ia membalas genggamanku, sedikit menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Christmas (슬픈 크리스마스) - Mini Novel
RomanceTernyata, Natal memang tidak selalu berbicara tentang kebahagiaan sempurna. Ada kalanya kita harus merasa sedih, untuk tahu bagaimana rasanya senang. Kita perlu merasa kehilangan, untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Baik maupun buruk, keduanya...