dari tubuhmu aku berani menghitung urat-urat yang terbenam
menarik-nariknya dengan perlahan dan memunguti sisa-sisa kenangan
aku lupa cara mengingatmu
mengingat semua kenangan yang berusaha berenang-renang di dalam urat nadimu terutamaaku sadar bahwa kepalamu telah lusuh
sudah berapa kali kauganti pakaian dalammu yang melekat dalam kepalamu itu?
barangkali tak pernah kauganti
karena kausibuk sekali dengan merias wajahmu, memakaikan gincu, dan merawat tubuh-tubuh lucudoaku dalam tubuhmu melekat serupa perangko yang bertanda tangan pak Presiden tahun lalu
meskipun saban hari aku mendekati para Bupati untuk meminta persetujuan memelukmu
"Hanya pelukan?" katanya
aku hanya menganggukkan kepala dan berbisik lirih ke dalam telinganya. "Betul pak Bupati"kau tak percaya
memalingkan muka dan membasuh semua sisa-sisa bedak dan gincu di wajahmu
mengambil air dan bergumam dari bibirmu "Nawaitul wudu'a....melupakanmu"
dan terakhir itu aku tak bisa lagi menghitung urat-uratmu yang terbenamPamekasan, 2 Januari 2018.
Berkat baca puisinya Royyan Julian yang terbit di Basabasi pada tanggal 2 Januari
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kamu di Kepala dan Tubuhku
RomantizmAku tidak tahu sebutan apa yang akan disandang di puisi-puisiku ini. Bacalah! Barangkali kaumenemukan cinta yang lain dan tidak menganggap lagi bahwa mencintai adalah patah hati paling sengaja