Tiga Puluh Satu

28.6K 739 100
                                    

Ayoo yang mau gabung grup WA, bisa tulis nomernya disini😊

**

"Aku hamil Alka"

PRANGGG

Tab berlogo buah yang ada di tangan Alka terjatuh begitu saja. Tangan Alka pun sudah berpindah mencengkram kerah kemeja Callista membuat wanita itu sedikit memberontak.

"Ha.. Mil?!" Alka menatap tak percaya, ia yakin telinganya bermasalah.

Callista mengangguk beberapa kali, membuat cengkeraman Alka menguat sekaligus membuat Callista sedikit kesulitan bernapas.

"Ini bukan anak gue kan?!" Alka menatap ganas.

"Ini anak kamu Alka"

"Katakan. ini bukan anak gue kan?!" ulang Alka lagi.

"Ini anak kamu, Alka. Kamu"

"INI BUKAN ANAK GUE KAN?!" Alka berteriak frustasi. "INI HANYA JEBAKAN LO KAN?!"

"Ini anak kamu!!"

"LO HARUS JUJUR CALLISTA!!"

"AKU JUJUR!!!"

"CALLISTA!!"

"ALKA!!" Callista menatap nanar Alka. "Aku tau kamu nggak terima! Tapi ini faktanya!"

"Kita bisa tes DNA!"

"ARGHHH!!!"

Alka mengacak rambutnya frustasi, ujung matanya sudah tergenang, dadanya sangat sesak rasanya saat ini.

Callista meraih tangan Alka, "Kamu tenang saja, kita bisa membesarkan anak kita berdua"

"Kamu tidak perlu takut Alka, kamu bisa beritahu hal ini kepada Aluna dan dia akan menceraikan kamu"

PLAKKK

Kini Callista balik menatap Alka tak percaya, ia tak menyangka pria itu akan menamparnya.

"Alka.. Kamu... "

"KELUAR!"

"Alka..."

"KELUAR BANGSAT! KELUAR DARI MOBIL GUE!"

Callista diam tak bergeming, beberapa detik baru kesadarannya kembali. Ia mengambil sesuatu di dalam tasnya, meletakkannya di samping Alka.

"Oke. Aku pulang dulu." Callista membuka pintu mobil. "Itu Testpack dan surat keterangan dokter bahwa aku beneran hamil. Kamu bisa lihat disana. Dan tes DNAnya kapanpun kamu mau, aku siap"

"Bye!"

Pintu mobil tertutup, terlihat Callista yang berjalan menuju mobilnya di ujung sana.

BRAKK

Brakkk

Alka dengan keras menendang Dashboard mobilnya berulang kali. Semua benda yang berada di sana di hempaskannya begitu saja.

Alka melirik map berwarna coklat yang ada di sampingnya. Dengan tangan bergetar, Alka mulai mengambil dan membukanya, mengeluarkan isinya dari sana. Dan seketika itu juga dunia Alka serasa kembali runtuh, Alka melempar ke belakang dengan kasar kertas beserta benda putih memanjang tersebut.

Apa yang harus ia lakukan?

Bagaimana jika itu ternyata benar anaknya?

Dan bagaimana dengan...  Aluna?

Alka meraih handphonenya, menghubungi sekretarisnya, dan butuh beberapa detik telpon langsung tersambung.

"Atur pertemuan dengan dokter Akashi, secepatnya"

Love me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang