Beri aku cahaya, karena sendirian tanpa penerangan sangat menakutkan.
Simbiosis mutualisme.
Deskripsi tentang teman, menurut Jungkook hanya sebatas itu. Seseorang akan ingat punya teman, pasti saat dia membutuhkannya.
Seseorang butuh teman untuk diajak bermain, untuk dijadikan lawan bicara, untuk 'dibully,' untuk dikata-katai, untuk disayangi. Mungkin.
Pertemanan ada, karena didasari oleh kebutuhan.
Ada beberapa orang butuh teman untuk dimanfaatkan. Dan sayangnya itu kebutuhan juga 'kan?
Bagi Jungkook Ia akan menjalin pertemanan, jika orang itu juga menguntungkan untuknya. Agar dia juga bisa menjadi seorang teman pada umumnya, agar bukan dia sendiri yang dibutuhkan. Tapi saling membutuhkan.
Dan topik renungan Jungkook kali ini, adalah tentang omong kosong yang sering orang-orang sebut: teman. Itu hanya opini manusiawi menurutnya, sih.
Kejadian di kelas tadi membuatnya banyak berpikir, dimana orang-orang bersemangat mencari teman kelompok, dimana orang-orang merebutkan dirinya menjadi anggota kelompok.
Semuanya karena Ia yang selalu mengerjakan tugas duluan. Jungkook tidak begitu tertarik dengan kegiatan semacam kerja kelompok.
Walaupun sikap anti sosialnya tidak bisa dikalahkan, namun Kadang Ia ingin seseorang menghampirinya dengan alasan lain. Entah mengapa kalau seperti ini, dia malah merasa dimanfaatkan.
Bahkan karena hal sepele begitu, membuat Jungkook menggunakan headphone dan memutar musik dengan volume gila-gilaan.
Keadaannya bisa dibilang mengenaskan, merebahkan kepala di meja belajar dengan lukisan yang digambar dengan pensil bertebaran di sekitarnya sukses membuat kakaknya, Yoongi berdecak sekuat tenaga menyalurkan emosi.
Bahkan panggilan ke sepuluhnya tidak direspon sama sekali.
Lama-lama Yoongi geram juga, tangannya bergerak melepaskan headphone yang bertengger di telinga adiknya.
"Kau berniat ingin tuli?" teriaknya.Dan hal itu hanya mendapat tatapan menjengkelkan dari Jungkook. Tatapan yang selalu Ia dapatkan saat mereka bertemu, seolah dirinya adalah kuman pengganggu.
"Jangan ganggu!" mutlak Jungkook, sebelum Ia merebut lagi headphonenya.
"Lalu, sampai kapan kau akan merenung seperti orang paling menderita begitu. Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi bicaralah!" bentak Yoongi, sebenarnya Ia tidak punya niat untuk memarahi adiknya. Tapi lama-lama dalam keadaan canggung begitu, Yoongi juga bisa muak.
Ini bukan seminggu atau dua minggu terjadi, tapi sudah tiga tahun. Semenjak sebuah insiden kecil yang tak pernah bisa dilupakannya terjadi.
Tiga tahun, Kookie kecilnya yang manja Benar-benar tidak pernah bercerita banyak hal padanya, Kookie kecil yang dulunya mengikuti kemana-mana sekarang berubah tak perduli tentang apa yang dilakukan oleh Yoongi.
"Ku mohon jangan bicara seolah hyung tahu semuanya" Jungkook bersuara lirih, hati anak itu terlalu sensitiv bahkan untuk hal kecil.
Seperti orang paling menderita di dunia.
Bahkan dia tidak minta untuk dikomentari. Jungkook hanya ingin diberi sedikit waktu, untuk menyadari sikap kekanak-kanakannya. Untuk itulah Ia memang senang berpikir sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
AWKWARD
Fanfiction[complete] Yoongi adalah seorang kakak yang menyayangi adiknya melalui tindakan, sementara menurut Jungkook; kasih sayang juga perlu pernyataan. Tidak ada yang bicara, tidak ada yang mengerti dan kadang-kadang secanggung itulah hubungan tanpa salin...