Chapter 12.

4.9K 606 82
                                    


Yoongi menarik napas sejenak, saat menyadari perasaan gugup dalam rongga dadanya mulai merambat ke tenggorokan.
"Aku selalu datang dari awal, setiap hari kelulusanmu."

"Tapi kenapa?" Tanya Jungkook dengan suara pelan.

"Aku hanya merasa bahagia saat melihatmu berada ditengah teman-temanmu. Aku bahagia melihat adikku tumbuh dengan baik walaupun tanpa dorongan siapa-siapa"

Tapi nyatanya tidak begitu, Jungkook mengusap tengkuknya dengan setengah rematan. Bagaimana dirinya bisa menerima dorongan, kalau yang Ia dibutuhkan adalah sebuah bimbingan. Tapi kenyataan bahwa Yoongi selalu datang, walau tidak terlihat olehnya cukup membuat Jungkook sedikit merasa senang

"Aku banyak melalui kesulitan Hyung. Menjadi makhluk sosial di tengah orang lain sebenarnya tidak mudah, dimana aku membutuhkan orang lain tapi tidak ada yang bisa memenuhinya sungguh buruk"

Yoongi terenyuh, mendengar apa yang dikatakan oleh Jungkook membuat dirinya selalu bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang Ia ketahui tentang sang adik, seberapa pantas dirinya mendapat gelar seorang kakak. "Katakan semua kesulitanmu, agar aku mengerti"

"Aku tidak punya sesuatu yang bisa aku sebut teman, sebelumnya. Melewatkan waktu istirahat dan dirumah sendirian. Yah .. semuanya sedikit berjalan dengan buruk.

Sebenarnya aku bahagia, tapi terasa kosong dan membuatku ingin mengasihani diri sendiri saat aku memikirkannya. Ini hanya masalahku yang masih kuatasi sampai saat ini, bersama Jimin juga Taehyung temanku. Sekarang."

"Itu bagus, kau melakukannya dengan baik. Jangan pernah kesepian di dunia ini"

Jungkook mengangguk mengerti, merasa sedikit kecemasannya berkurang dengan kesedihan dan rasa sesak yang juga ikut menghinggapinya
"Tapi aku tidak bisa tanpa Hyung. Tanpa ayah dan ibu"

Entah sejak kapan Yoongi menghentikan mobil ditepi persawahan sudut kota. Tempat yang sunyi dan tenang membuat suara Jungkook terdengar jelas, terdengar sendu dan menyedihkan.

"Apa rasanya sakit?"

Jungkook mengangguk, betapa Ia menunggu pertanyaan ini.

"Kau lelah?"

Lagi-lagi Jungkook mengangguk.

"Aku harus memelukmu, seperti saat kau kehilangan kuku di depan pintu dulu?"

Jungkook terkekeh pelan, tertawa atas masa kecilnya yang begitu konyol dan bodoh. Hari itu Jungkook kehilangan kuku ibu jari kakinya, saat mengejar Yoongi dan tanpa sengaja menendang ujung pintu. Dia masih ingat betul bagaimana Yoongi langsung berbalik dan memeluknya berusaha menghentikan tangis.

"Tidak, aku hanya ingin tidur. Tapi aku ingin melihat seseorang saat aku bangun"

Yoongi mengangguk, dan membuka kaca mobil agar udara segar dapat masuk untuk membelai rambut Jungkook. Memberi sedikit ketenangan dengan mengusap kepala sang adik dengan lembut. Yoongi pikir hal ini cukup baik untuk merayakan hari kelulusan.

"Aku tetap di sini. Dan aku mengizinkan apa saja keputusanmu, asal kau merasa lebih baik"

Jungkook bergumam di ambang kesadaran. mirip seperti sebuah bisikan, bersama hembusan udara bercampur aroma segar padi yang menghijau "aku tahu maksud baik ayah, Hyung juga harus mengerti, ya"
Katanya sebelum benar-benar jatuh dalam bunga tidur.

AWKWARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang