09

1.4K 115 10
                                    

Nalia tidur telelap di pelukan aulia. Bahkan naluri seorang ibu kini timbul. Bahkan tampa di bantu aulia memberikan hak putrinya untuk meminum asinya langsung dari aulia.

Nassar masuk lalu menghampiri aulia yg sedang memandangi wajah cantik putrinya.

"Nalia tak pernah tidur senyaman ini.. Setiap malam rewel tapi saat ini dia tenang. Karna dia merasa nyaman ada ibunya di samping dia"ucap nassar

Aulia tersenyum miris. Nassar bersimpuh di hadapan aulia

"Sungguh aku minta maaf dengan keputusanku yang mungkin sangat salah.. Aku terpaksa melakukannya"

"Hahh.. Dunia seolah menghantamku begitu keras. Kau tak pernah berfikir akibat dari semua ini.. Kau bisa perjuangkan aku dan putriku tapi kau malah mengikuti kata papah.. Aku tak butuh pengorbanan mu yang aku butuhkan perjuanganmu.. Tapi kau malah menyerah"aulia menatap nanar nassar.

Bibir aulia bergetar matanya mulai berair.. Hatinya begitu tersayat ketika mengingat semuanya.

Nassar memegang tangan aulia"aku janji ini yg terakhir.. Tapi aku mohon tetaplah bertahan untukku dan nalia. Akan ku yakinkan orang tua mu. Betapa aku mencintai putrinya dengan tulus"

Aulia memang melihat kesungguhan di mata nassar. Dan aulia mengangguk tanda iya akan bertahan untuk nassar.

#skip

Esoknya. Pagi-pagi sekali aulia sudah siap menjemur nalia di bawah sinar matahari terbit. Aulia membawa nalia ke halaman belakang.. Dan menjemur nalia di sana.

Putri yg akan berangkat sekolah melihat aulia di Taman. Langsung menghampiri kakaknya"hay kak selamat pagi"sapa putri

"Pagi mput.. Belum berangkat. 15 menit lagi jam 7 loh nanti telat lagi"ucap aulia

Putri meluk aulia dari belakang"mput seneng kakak bisa tersenyum lagi.. "

Aulia tersenyum lalu mengusap tangan adiknya"doakan selalu kakak biar bisa selalu tersenyum ya dek"

"Pasti kak"

"Sudah sana berangkat nanti telat lagi"usir aulia

"Iya.. Iya.. Bawel tapi aunty mau cium nalia dulu"putri cium nalia berkali-kali lalu pergi

Makasih de.. Udah jadi adik yang terbaik untuk kakak. Batin aulia dengan Maya menatap kepergian adiknya itu.

Wira menatap putrinya dari kejauhan"hati papah pedih saat kau membenci papah nak.. Tapi sungguh papah melakukan ini semua demi kebahagiaan kamu nak"

(Sejak kemarin aulia memang mendiamkan Wira.. Wira bertanya baru aulia bicara itu pun dengan jawaban yg begitu singkat. Setiap wira mendekati aulia.. Aulia merasa ketakutan seperti trauma akan bentakan sang papah)

"Semua karna keegoisanmu.. Bukan karna kebaikan putri kita.. Wira kita menikah hampir 21 tahun. Kita pacaran 5 tahun.. Berarti aku sudah mengenalmu hampir 26 tahun tapi baru kali aku tak melihat wira yg ku kenal selama 26 tahun lamanya.. Aku tau km menyayangi putrimu tapi caramu salah wira. Menghancurkan kebahagiaan putrimu sendiri itu sebuah kesalahan wira.."ucap fani

Wira menutup matanya mengingat betapa bahagianya dia ketika mengenang saat aulia lahir. Bisa bicara dan berjalan. Sekolah pertama kalinya. Dan banyak hal yg dia kenang soal putri sulungnya itu.

Ketika wira membuka matanya. Air mata terlihat dari sudut matanya.. Aulia selalu tersenyum dan tertawa di depannya tapi saat ini seolah senyum dan tawanya adalah sesuatu yg berharga yg telah hilang.. Wira merindukan aulia yg merengek memeluknya untuk di belikan apa yg dia inginkan. Dia rindu saat aulia menjahili tempat duduk di ruang kerjanya.. Dia rindu saat aulia dan 2 anaknya yg lain berputar putar mengelilinginya saat bermain.

"Aku tak sanggup Fani.. Jika aulia menganggapku orang yg paling jahat"wira runtuh memeluk kaki sang istri dan menangis.

Fani pun ikut menangis"aulia tidak membencimu dia hanya sedang merajuk sama seperti dulu saat kau tak membelikan boneka yg dia suka.. Maka rayulah kembali hatinya sama seperti dulu. Aku yakin kemarahan aulia akan meruruh. Kau ayahnya sifat kalian sama jadi aku yakin kau akan lebih mudah meraih hatinya kembali. Kau harus yakin "

Wira masih memeluk kaki sang istri.

Yuhuuu.. Mana nih coment dan likenya.

STATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang