Ebullience

59 17 2
                                    

Pagi ini aku berangkat kuliah bersama Minji. Kebetulan seharian ini jadwal kuliahku sama dengannya. Kami melihat Joohyun eonni keluar dari kamarnya di lantai dua dengan Yoona.

"Joohyun eonni!" Aku berlari kelewat senang, Yoona ikut berlari kearahku sementara Minji santai-santai saja. Dan demi apapun jika aku terlahir kembali, aku ingin terlahir sebagai Joohyun eonni.

Bae Joohyun, yang kini menjadi Kim Joohyun setelah menikah dengan Kim Junmyeon lima tahun lalu. Rambut kecoklatannya begitu anggun terurai sebahu. Itulah alasan kenapa aku mencuri cat rambut Minji, aku ingin menirunya. Tapi sekarang rambutku sudah kembali ke warna aslinya setelah keramas. Kulitnya seputih susu, matanya yang selalu bercahaya, selalu tersenyum pada siapapun, tubuhnya kecil ramping walau dia jauh lebih tua dariku. Jika dilihat sebenarnya kita terlihat seumuran atau bahkan lebih muda dariku dan Minji.

"Berangkat?" tanyanya.

"Ne." jawabku dan Minji bersamaan.

"Terimakasih untuk pertolonganmu lusa lalu, Yubin-ah." Joohyun eonni sudah kelewat biasa melihat Yoona, anaknya, yang selalu menempel padaku.

"Bukan masalah, eonni." jawabku.

Sebenarnya Joohyun eonni lah yang menolongku serta Minji sampai bisa mendapatkan flat ini, selain dengan harga murah tapi cukup baik sekali untuk ditinggali. Percayalah, Joohyun eonni menemukan kami sedang bertengkar hebat di halte bus, karena Minji mengajakku tinggal di apartemen dan membayar segalanya tapi aku tidak mau. Dan saat itu Joohyun eonni yang menggendong Yoona kecil datang untuk menengahi, padahal orang lain disekitar kami benar-benar masa bodoh.

Malaikat memang bisa datang kapan saja.

Jujur kalau masalah uang, aku memang tidak punya. Tapi jangan salah sangka dengan tampang Minji yang biasa-biasa saja dan kelewat sederhana melebihi diriku. DIA ANAK ORANG KAYA. Orang tuanya memiliki saham dimana pun kau melewati jalanan Korea. Oppa-nya sekarang ada di Beijing mengurus 'salah satu' perusahaan yang ada di sana.

"Eonni mau kemana?" tanya Minji.

"Sudah beberapa hari aku ada di kamar dan tidak keluar sama sekali. Aku ingin jalan-jalan sebentar." Joohyun eonni tersenyum. Oh God, senyumnya saja sudah membuatku lesbi -just kidding- untung saja sudah ada Jungkook di hatiku.


***


Sebuah pagi yang tidak tenang bagian kedua. Taehyung sudah ada di kelasku lagi hari ini. Dan kudapati kelasku sudah mirip seperti pasar karena Jungkook juga ikut ada di dalam sana. Terlebih lagi dia sedang bercengkrama sangat asyik bersama Taehyung di kelas orang lain.

Untuk kesekian kali aku merutuk dalam hati, seharusnya aku beli baju baru tiap kali aku bertemu si Jung kelinci manis itu. Ohhh... gigi depannya muncul sangat lucu ketika ia tertawa.

"Oy." Taehyung menyapa entah siapa tapi wajahnya tampak tidak senang. Sementara aku berhenti di depan pintu. Minji menarikku keluar kelas, tidak jadi masuk saat Taehyung diikuti Jungkook melangkah keluar kelas.

"Ya." Taehyung di hadapanku. Aku masih perlu mencerna beberapa detik yang akhirnya menemukan kesimpulan bahwa lelaki ini sedang menyapaku.

"Kwon Yubin." akhirnya aku bersuara.

"Iya kau."

Kenapa dia selalu melupakan namaku, apakah namaku sesulit itu? Dia menyodorkan kasar berlembar-lembar kertas padaku, kuterima dengan berat hati. Otakku mencerna untuk kedua kalinya pagi ini.

Silent SpringWhere stories live. Discover now