X (Ex) Pt. 2

30 5 3
                                    

"Kami pindah ke Gwangju tanpa memberitahu kalian..... maaf."


Junmyeon menghembuskan nafas berat. Yubin membeku di atas sofa. Sementara ibunya berdiri dan bersandar pada pintu ruangan sebelah selagi mendengarkan percakapan Junmyeon dan Yubin dari jauh.

Setelah kejadian cekik mencekik antara ibunya dan Yubin. Yubin sadar, Junmyeon sedang menyimpan sesuatu hingga ia bisa datang kerumah biadab ini.

"Aku bertanya pada Joohyun, haruskah aku memberitahukan hal ini padamu dan Minji, mengingat kalian bertiga bahkan sudah seperti saudara. Tapi Joohyun menolak, dia memaksaku untuk pindah diam-diam. Bahkan Yoona tak henti-hentinya merengek meminta kembali."

Junmyeon terpaku menatap lantai kayu di bawah kakinya, pandangan matanya mendadak mendung.

"Kenapa?" Tanya Yubin masih tidak memahami semua yang terjadi.

Junmyeon tampak ragu, sebelum, "Joohyun sakit, Yubin."

Yubin membulatkan matanya, "Tapi..."

"Dan itu sudah cukup lama. Saat pindah ke flat pun, penyakit Joohyun justru makin memburuk. Tapi ia tetap memaksakan diri bahkan pergi bekerja."

Yubin teringat wajah Joohyun yang selalu putih cenderung pucat, seorang wanita yang kerap kali terserang flu walau di musim panas sekalipun, tubuhnya yang agak pendek dan kurus, matanya yang lelah namun tak henti tersenyum pada Yubin dan Minji setiap hari.

Jadi itu semua.... Dia sakit?

"Lalu kantorku memindah tugaskan aku ke Gwangju. Udara di Gwangju juga cukup lebih bersih daripada Seoul. Jadi kami memutuskan untuk pindah." Junmyeon kini menatap Yubin dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

"Aku sudah bekerja sangat lama di kantor perusahaanku. Bahkan sebelum kami menikah, aku sudah bekerja disana. Semua di mulai bahkan saat aku belum punya apa-apa. Walau sekedar kantor kecil, tapi sekarang cabangnya sudah ada dimana-mana. Jadi sebulan yang lalu, saat presdir kantorku meninggal..." Junmyeon meremas tangannya sendiri, "Beliau memberikan seluruh hak kepemilikan kantor padaku. Karena presdir tidak memilki keturunan dan hanya aku yang dipercaya."

Nafas Yubin mendadak tercekat. Kata-kata ibunya untuk menikahi Junmyeon sudah terjawab separuhnya. Wanita itu jelas akan memeras Yubin agar harta milik Junmyeon bisa jatuh ketangan wanita itu saat Yubin sudah menikah dengannya. Tapi, istri kedua?

Tidak.


"Lalu untuk apa Junmyeon-sshi datang kemari?" tanya Yubin terbata.

"Aku mencari-carimu saat aku teringat kau berasal dari Gwangju ak-"

"Jawab aku Junmyeon-sshi!" Yubin memotong perkataan Junmyeon dengan membentak.

"Joohyun meninggal. Joohyun sudah tidak ada di dunia ini lagi."


Yubin menganga. Nafasnya benar-benar berhenti sekarang. Seorang yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, ia anggap sebagai kakak, ia anggap sebagai sahabat. Senyum indahnya.... Lenyap?

Yang benar saja?!

Air mata Yubin, mengalir keluar tanpa permisi. Ia menggeleng lemah. "Bohong..."

"Menikahlah denganku Yubin."


"Apa kau gila!" Yubin melempar asbak tempat ibunya merokok sekuat yang ia bisa ke wajah Junmyeon tapi di halau oleh Junmyeon dengan mudah, "Eonni bahkan baru meninggal dan kau ingin menikahi orang lain?!"

Silent SpringWhere stories live. Discover now