Denial

61 15 3
                                    

Aku sudah memompa jantung begitu cepat sejak pagi. Kutemukan Taehyung bicara dengan teman-teman sekelasku ketika aku datang nyaris terlambat di kelas pagi. Minji mendelik tak henti-henti padaku. Salah siapa tidak percaya pada anak polos sepertiku saat aku bercerita aku sekelompok dengan Taehyung. Semua ikut mendelik begitu Taehyung meminta id kakao padaku dan pergi begitu saja. Semua langsung berkerubung padaku seperti lalat namun terhenti saat dosen sudah masuk kelas.

Kutunggu di perpus jam 1.

Chat Taehyung masuk di hpku dan saat itupun aku tersedak di bangkuku yang berakhir dengan amukan dosen.


Setelah aku mendapat chat dari Taehyung, Minji tidak membiarkan aku lepas darinya bahkan saat aku ingin pup. Minji memang sangat membantu, dia tidak takut memarahi bahkan memukul orang yang memandang sinis padaku terutama sejak kejadian Taehyung tadi pagi. Tapi demi Tuhan, pertanyaan Minji tidak kalah banyak dengan jumlah orang yang melototiku.

Tapi itu cukup bagus, Minji menyukai Taehyung, aku menyukai Jungkook. Bukankah mereka sahabat? Aku dan Minji juga sahabat disini.


Aku tidak makan siang di cafetaria hari ini, padahal aku juga belum sarapan. Aku tidak punya uang, uangku kuprioritaskan untuk membayar flat kami. Minji sampai kusumpahi agar menjauh dariku karena aku ingin berdua saja dengan Taehyung mengerjakan tugas mata kuliah gila milik haraboji. Dan bukan untuk merebut Taehyung darinya.

"Kau tidak akan mengambilnya dariku kan?" tanya Minji.

"Lebih ganteng Jungkook, Minji sayang please. Mataku ini hanya untuknya." jawabku dan Minji memukulku hingga sikuku terantuk almari.

Aku sampai setengah jam lebih awal. Perpus hening sekali -wajar- jadi daripada dibuat untuk melamun lebih baik aku mencari buku terlebih dahulu. Setengah jam kemudia chat Taehyung masuk lagi ke hpku dan mengeluhkan tentang dosennya yang terlihat seperti gorilla dan dia tidak mau keluar dari sangkarnya atau bisa dianggap kelas.

Aku menunggu hingga jam setengah tiga dan aku benar-benar tertidur karena menahan lapar. Hingga aku merasakan ada seseorang menggerakkan tanganku. Itu dia.

"Selama itukah kau menunggu?" dia nyengir tanpa dosa.

"Kau waras? Aku hampir mati jadi debu disini."

"Uwo, kau tidak boleh begitu pada sunbaemu." dia menata kursi dan duduk di hadapanku.

Aku rese kalo lapar.

"Sepertinya kau sudah mencari buku terlebih dulu. Semalam Jungkook membantuku merancangnya. Jadi kalau kau bingung silahkan tanya padanya, aku terima jadi dari Jungkook semalam."

"Tapi dia tidak ada disini." Aku memasang wajah super flat saking laparnya. Mungkin saat aku melihat Jungkook tidak akan lapar lagi.

"Tae."

Aku mendengar seseorang berlari kecil mendekati kita. Jungkook. Selamatkan hatiku tolong.

"Apa Jung? Aku sedang mengerjakan tugas kau lihat."

Oh panggilan itu. Jung. Demi apapun aku juga ingin memanggilnya begitu.

"Kau lupa? Yang lain sudah menunggu kita di tempat biasa. Kenapa juga kau tak bisa dihubungi, hpmu mati?"

Taehyung nyengir dan melirikku. "Kita ajak dia juga ya? Dia sudah menungguku lama disini."

"Kwon Yubin." Aku menjawab malas. Kenapa dia selalu melupakan namaku, apa karena pacarnya yang banyak.

Minji sudah memberitahuku banyak hal kemarin. Taehyung ini pacarnya banyak, tapi tidak ada yang bertahan lebih tiga hari. Tahu begitu dengan bodohnya Minji juga tetap suka dengannya. Berbeda dengan Jungkook yang tidak pernah terlihat pacaran atau ada hubungan spesial dengan siapapun. Jungkook ini punya julukan, 'Jungkook semua orang'. Karena dia memang baik pada siapapun.

Silent SpringWhere stories live. Discover now