Zero

29 4 0
                                    


Taehyung POV on.


Sudah sejak sore aku mengirim chat maupun segalanya yang bisa kukirim dari ponselku ke nomor hoobae yang akhir-akhir ini tatapan matanya selalu mampir di setiap malamku. Kulirik lagi ponselku, masih belum ada balasan darinya. Kalau diingat-ingat, ini sudah dua hari aku tidak menjahilinya dengan mengirim hal-hal gila, atau sekedar menggodanya lewat chat. Jadi teringat dengan apa yang kami lakukan di kamar ini.

Pintu apartemenku terbuka. Sudah bukan hal biasa kalau Seokjin hyung, Yoongi hyung, Hosokie hyung, Namjoon hyung, Jimin, maupun Jungkook keluar masuk apartemenku seenak mereka. Karena aku juga begitu di tempat tinggal mereka. (kakak laki-laki)

Kulihat sekilas Seokjin hyung langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan, karena malam ini kami memang akan makan malam bersama. Tanpa Jungkook. Mendadak aku jadi tidak nafsu makan.

"Ya, Taehyung-ah!"

Suara itu selalu datang bagai mentari pagi. Selalu bersinar dan menghangatkan orang-orang di sekitarnya.

"Hoseokie hyung!" jawabku.

Dan sedetik kemudian orang itu menganga dan mendelik melihat kamarku yang berantakan seperti gudang.

"Kim Taehyung, apa yang terjadi pada kamarmu? Apa maling baru saja masuk kesini?!" pekiknya. Aku paham betul matahari-ku ini adalah pecinta kebersihan.

Aku terkikik pelan. Ia memasuki kamarku dengan berjinjit dan mulai memunguti pakaian-pakaianku yang berserakan.

"Tidak perlu hyung, aku memang sedang memilih baju." celetukku.

"Kita hanya akan makan malam bersama dan kau sampai membuat kamarmu seperti kapal pecah hanya karena memilih baju?!" suaranya meninggi di telingaku. Ok, matahari-ku bisa saja berubah menjadi petir hanya dengan sebuah debu menempel di nakas kamarku. Tapi kali ini kamarku yang berubah menjadi kapal pecah,

"Tidak hyung, aku akan pergi makan diluar." jawabku mencoba sabar.

"Dengan siapa?"

"Hmmm..." aku tidak langsung menjawab, aku masih ingin melihat ekspresinya.

"Perempuan mana lagi yang akan kau permainkan, Kim Taehyung?!"

"Ini bukan perempuan biasa!" jawabku tanpa sadar telah membela. Aku sedikit tercengang dengan jawabanku sendiri.

"Lalu, perempuan jadi-jadian?" Kepala Seokjin hyung menyembul di balik pintu. Ia sudah mengenakan apron berwarna biru tua.

"Bukan!" jawabku masih membela.

"Lalu?" tanya Hoseokie hyung.

"Dia pacarku! Sudahlah hyung, biarkan aku memilih baju."

Hoseokie hyung dan Seokjin hyung justru diam di tempat dengan mulut terbuka. Mereka menatapku heran dan itu membuatku sedikit risih.

"Taehyung-ah, neo gwaenchana?" Hoseokie hyung mendekat padaku menatap khawatir. Sebelah tangannya menyentuh dahiku menyesuaikan suhu. (Taehyung, apa kau baik-baik saja)

"Taehyung, mau kubuatkan bubur?" Seokjin hyung ikut mendekat padaku.

"Aniya! Aku tidak sakit." jawabku ketus menyingkirkan tangan Hoseokie hyung yang masih bertengger di dahiku. (Tidak)

"Taehyung, kau tidak pernah seperti ini pada perempuan mana pun! Apa yang terjadi padamu?!" Seokjin hyung menjerit tak kalah keras di telingaku.

Silent SpringWhere stories live. Discover now