Famous

60 16 0
                                    

"Sstt... itu dia, gadis yang berhasil mengalahkan Kim Mingyu dalam debat kemarin."

"Jangan bercanda. Mana mungkin gadis dengan baju jelek seperti itu bisa mengalahkan Mingyu."

"Otaknya tidak sejelek bajunya. Bahkan haraboji berani memberi nilai A plus jika dia berhasil mengalahkan Mingyu lagi di debat terbuka minggu depan."

"Tidak mungkin! Apa kau akan datang dalam debat itu?"

"Tidak akan ada yang tidak datang dalam debat itu. Banyak orang ingin melihat bagaimana seorang Kim Mingyu yang sempurna jatuh dari singgasananya."

"Aku akan mengajak seluruh kelasku untuk melihat kejadian bersejarah ini. Tunggu, siapa nama gadis itu?"

"Kwon Yubin."

.

.

.

Aku pusing, aku terus berjalan melewati lorong dengan kecepatan diatas rata-rata bahkan terkesan berlari. Percakapan diatas adalah salah satu dari seribu bahkan sejuta kata tentang gosip diriku. Bukan gosip memang, tapi pertanyaan seputar siapa namanya? semester berapa dia? jurusan apa dia? dia benar-benar sekelompok dengan Taehyung? bahkan kenapa bajunya jelek sekali? adalah pertanyaan-pertanyaan yang setia menghiasi pendengaranku sejak pagi. Aku pusing dan mual menjadi bual-bualan dan pusat perhatian banyak orang.


Sedikit reka ulang adegan, jadi tugas yang diberikan haraboji adalah tugas kelompok debat berdua. Dan aku dengan Taehyung.

Membahas debatku dan Mingyu, tolong jangan lupakan seorang lagi. Taehyung. Taehyung adalah patung tercantik yang pernah dibuat sepanjang masa. Taehyung mematung dengan sempurna sejak tanda debat dimulai hingga debat berakhir. Aku bersyukur bisa melihat patung super tampan bahkan bisa dibilang cantik sepertinya, tapi di saat yang sama aku ingin memukul atau minimal menghajarnya agar dia membantuku menjawab pertanyaan Mingyu yang di luar akal sehat seorang mahasiswa menurutku. Taehyung tidak membantuku sama sekali!

Tolong! Mingyu itu semester 7 dan aku semester 3. Aku mati-matian belajar di perpustakaan berjam-jam untuk debat ini. Tapi Taehyung, yang seharusnya jadi partnerku kali ini, dia...

Kuulangi dia patung yang sempurna.

Kau kemanakan jerih payah Jungkook yang telah mengerjakan tugas debat ini untuk kita?

Berkali-kali aku goyangkan bahunya atau sekedar mencubit tipis kakinya dibalik meja, tapi dia hanya bergeming dan entah melamun memikirkan apa. Sementara Mingyu dan partnernya, Hoshi, terus menghujaniku dengan pertanyaan dan argumen. Aku tahu bahwa percuma menyadarkan seorang Kim Taehyung jika dia dalam posisi melamun, terlihat kusut, lelah, mata panda, dan termenung menatap permukaan meja.

Dia ada masalah, jelas aku tahu itu, ekspresinya terlihat sangat lelah tapi sekilas dia nampak sedikit marah. Aku tidak berani bertanya, lagipula pertanyaan untuk kelompok Mingyu akan lebih dihargai adanya daripada menanyakan keadaan Taehyung. Haraboji profesor kami kami juga tidak mempermasalahkan.


Proses tidak akan mengkhianati hasil.

Aku baru sadar setelah membuktikan kalau kalimat itu memang benar. Setelah aku mengurung diri di perpustakaan lebih dari tiga hari dan hanya akan pergi saat pak satpam atau Minji menelponku membabi buta. Aku berhasil membongkar semua materi untuk debat kami. Aku, Kwon Yubin, bisa mengalahkan Kim Mingyu dan partnernya seorang diri.

Taehyung memang hanya pintar dimulut bukan di otaknya. Tuhan menciptakannya dengan sedikit unik hingga dia memiliki otak di mulut (?)

Aku menang Taehyung. Aku ingin berkata seperti itu untuk membuktikan omonganku sebelumnya. Bahwa aku tidak seperti yang dia kira tapi dia langsung pergi begitu saja meninggalkanku tepat setelah debat di sahkan berakhir.

Silent SpringWhere stories live. Discover now