Jam telah menunjuk kan pukul 06.55 pagi. Itu berarti lima menit lagi bel sekolah berbunyi. Tetapi Veli belum masuk juga kedalam kelas. Padahal hari ini adalah jadwal piket nya. Tiara, Ira, dan Lela yang merupakan teman Veli piket telah membersihkan ruangan dalam kelas. Sementara itu halaman di depan kelas belum di bersihkan.
Aku beranjak ingin pergi keluar kelas untuk melihat keberadaan Veli. Namun baru saja aku berjalan beberapa langkah menuju pintu, tiba-tiba Veli masuk kedalam kelas dengan langkah yang terburu-buru dan hampir menabrak ku.
Dia meletak kan tas nya di bangku tempat duduk nya. Setelah itu dia langsung mengambil sapu lidi dan pergi keluar kelas. Aku melanjutkan langkah ku menuju pintu kelas dan melihat nya menyapu halaman depan kelas.
Kriiiiiingg kriiiiiiingg kriiiiiingg
Bel masuk sekolah telah berbunyi, sementara Veli belum selesai menyapu halaman. Apakah aku harus membantu nya? Ok! Karena aku kasihan melihat dia yang membersihkan halaman sendirian. aku mengambil sapu lidi di dalam kelas, kemudian pergi keluar kelas untuk membantu Veli menyapu halaman. Tanpa banyak berkata, aku langsung menyapu halaman tersebut.
Sama sekali tidak ada respon dari Veli ketika aku membantu nya. Dia masih tetap diam sambil menyapu halaman. Bahkan dia tidak menoleh ke arah ku. Aku akan memancing nya agar dia mau berbicara dengan ku. Aku mulai menyapu dedaunan kering dengan sangat kuat dan cepat sampai dedaunan kering tersebut mengenai Veli. Dia masih diam, tetapi aku terus menyapu dedaunan itu ke arah nya sampai dia mau berbicara.
"Jun Pelan-pelan nyapu nya. Lo ikhlas gak sih bantuin gue"
Akhir nya Veli berbicara juga kepada ku. Aku mulai berhenti menyapu dan menatap ke arah nya. Aku melihat dia sedang menatap ku Namun baru beberapa detik, Veli langsung mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
"Veli bel masuk udah berbunyi sedari tadi, jadi lebih baik cepat-cepat nyapu nya. Biar bisa kelar nih pekerjaan. Bentar lagi kan ibu Fitri bakalan masuk kelas kita" ujar ku.
Veli tidak berkata lagi kepada ku, dia lebih memilih melanjutkan menyapu halaman. Aku juga melanjutkan menyapu halaman tetapi lebih ku pelan kan dari yang tadi.
"Vel kenapa lo gak ngajak temen-temen yang piket hari ni aja. Biar lo gak repot bersihin ni halaman sendirian" ujar ku sambil menyapu.
"Gak. Mereka kan udah bersihin kelas" ujar Veli.
"Terus kalo mereka udah bersihin kelas, mereka gak bisa piket yang lain nya juga apa?" ujar ku.
"Udah lah Jun lagian kan ini juga udah hampir selesai" ujar Veli.
"Iya karena gue bantuin. Coba kalo gak gue bantuin, pasti lo gak akan kelar secepat ini nyapu nya kan" ujar ku.
Veli tidak menjawab perkataan ku lagi.
"Gue tau walaupun lo diam di dalam kelas, seolah-olah tidak butuh dengan orang di sekitar. lo pasti masih butuh juga kan sama mereka. Kenapa coba lo gak minta bantuan Tiara, Lela, dan Ira. Mereka kan juga piket hari ini. Kalo lo mengajak mereka untuk bantuin lo nyapu halaman, pasti mereka mau kok" jelas ku.
Lagi-lagi Veli diam. Dia sama sekali tidak menjawab perkataan ku lagi.
"Coba lah untuk sedikit berani" ujar ku pelan agar dia tidak tersinggung dengan perkataan ku.
Dia menghentikan menyapu halaman dan dia menatap ku dengan tatapan, entah lah aku tidak tau apa arti dari tatapan nya itu. Tanpa berkata dia langsung masuk kedalam kelas dan meninggalkan ku sendirian di halaman ini. Apakah dia tersinggung? Entah lah aku juga tidak tau akan hal itu.
Aku mulai memasukkan dedaunan yang aku dan Veli kumpulkan tadi kedalam kotak sampah. Setelah selesai aku langsung masuk kedalam kelas. Didalam kelas aku melihat Veli menelungkupkan wajah nya di atas meja. Kedua lengan nya digunakan sebagai alas untuk kepala nya. Aku mengembalikan sapu lidi ke tempat semula. Aku segera berjalan mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis Pendiam
Teen FictionDia memang pendiam tetapi tidak bodoh. Dia pintar hanya saja tertutupi oleh diamnya.