Sudah seminggu lebih Veli tidak masuk kelas dan dia tidak ada kabar sama sekali. Aku sudah pernah bertanya kepada Lani apakah Veli mengirim surat sakit atau sejenisnya. Namun Lani berkata kalau dia tidak pernah menerima surat dari Veli. Itu artinya sudah seminggu lebih Veli alfa dan dia bisa di kenakan hukuman.
Fauzi masuk ke dalam kelas dengan membawa sebuah amplop.
"Tolong perhatian!" seru Fauzi.
Anak - anak sekelas langsung menatap ke arah Fauzi semua.
"Gue tadi dari ruangan kepala sekolah, dia bilang sudah seminggu lebih dia mendapatkan laporan kalau Veli tidak hadir tanpa keterangan. Dan dia memberikan amplop ini ke gue" Fauzi menunjukkan amplop yang ia pegang kepada semua orang yang ada di kelas.
"Veli itu siapa?" celetuk salah satu orang di kelas yang ternyata itu adalah Baria.
"Dia teman sekelas kita Baria! Masa lo gak tau" seru Fauzi.
"Sorry sorry gue lupa" seru Baria cengengesan.
"Veli itu pacarnya Jun, Baria!"
Aku terkejut mendengar perkataan yang di lontarkan oleh Gebi. Anak - anak di kelas menatap ke arahku semua.
"Cieeeeeee" ujar mereka berbarengan.
"Enak aja! gue bukan pacar Veli!" seru ku.
"Canda Jun, gue cuma ngasih tau supaya Baria mudah ngingetnya aja" jawab Gebi sambil terkekeh pelan.
"Sudah! Sudah! Jadi sekarang gue mau tanya, ada gak diantara kalian rumahnya dekat sama rumah Veli?" tanya Fauzi kemudian.
Teman - teman yang berada di kelas hanya diam dan tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya. Termasuk diriku karena rumahku memang jauh dari rumah Veli.
"Atau yang sekedar tau alamatnya?" Fauzi masih menunggu jawaban dari teman sekelas.
Aku tau alamat rumah Veli, tapi aku tidak ingin memberitahukannya kepada Fauzi yang masih berdiri di depan kelas. Bisa - bisa aku di katain lagi sama teman sekelas seperti tadi.
"Gak ada satu pun yang tau?" tanya Fauzi heran karena tidak ada yang menyahut pertanyaannya.
"Ok, mungkin kalian memang nggak tetanggaan sama Veli. Tapi masa di antara kalian yang sebanyak ini nggak ada satu pun yang tau alamat rumah Veli" ujar Fauzi.
"Gimana mau tau kita aja gak pernah ke rumahnya" celetuk Febira.
"Benar itu" jawab sebagian yang lain.
"Emangnya di surat itu gak di tulis alamatnya si Veli?" tanya Lani.
"Disini cuma di tulis nama kompleknya aja, gak di tulis di blok berapa dan nomor berapa. Kan gak mungkin gue keliling komplek buat nyariin rumah Veli" jelas Fauzi.
"Kenapa bisa gak lengkap gitu alamatnya?" tanya Lani lagi.
"Gue gak tau. Ya sudah kalau kalian gak ada yang tau. Kayaknya gue memang harus keliling komplek hari ini!" Fauzi pun langsung melangkahkan kakinya menuju bangkunya di pojok belakang.
****
Aku berjalan mendekati Fauzi yang tengah tertidur pulas di pojok kelas. Teman - teman yang lainnya sudah keluar kelas semua karena jam istirahat telah tiba. Kini aku bisa lebih tenang menemui Fauzi.
"Fauzi!" aku mulai menepuk - nepuk pundak Fauzi cepat untuk membangunkannya. Namun dia belum bangun juga.
"Fauzi bangun!" kini aku sedikit mengeraskan tepukan ku di pundaknya. Namun tetap sama dia masih tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis Pendiam
Fiksi RemajaDia memang pendiam tetapi tidak bodoh. Dia pintar hanya saja tertutupi oleh diamnya.