Suasana kelas pagi ini terlihat ramai sekali. Ada yang terlihat bejalan kesana - sini sambil memegang buku tulisnya. Ada juga yang teriak - teriak dan berkata
"Woy! Siapa yang sudah pr mtk!"
Aku pun terkejut mendengar kata - kata terakhir yang diucapkannya yaitu PR MTK. Aku panik setengah mati. Aku lupa kalau ada pr mtk hari ini. Sementara sebentar lagi bel masuk berbunyi.
"Lo udah pr mtk Den?" tanyaku kepada Deni yang duduk disampingku.
"Ya belumlah. Lo tau kan gue paling benci yang namanya pelajaran matematika!" cerca Deni kepadaku.
"Ya kali aja lo udah dapet hidayah kan dan tiba - tiba lo langsung ngerjain pr nya" ujarku sambil tertawa pelan.
"Ya nggak lah, lo kayak gak tau gue aja. Mau sampai kapan pun gue benci pelajaran mtk. Udah ah gue mau tidur ngantuk"
Padahal masih pagi tapi Deni sudah mengantuk saja. Seperti nya dia bergadang semalam atau mungkin dia memang tukang tidur. Deni mulai menelungkupkan wajahnya diatas meja dengan beralaskan kedua lengannya.
"Lah kok malah tidur, kita belum ngerjain pr Den. Lo tau kan pak Aradi sering ngasih hukuman kalo tau siswa nya ada yang gak buat pr, " seru ku kepada Deni.
"Bodo amat!" ujarny tidak begitu menghiraukan perkataanku.
Aku pun mulai mengambil buku tulis didalam tas ku lalu mulai berjalan mendekati teman sekelasku yang terlihat berkumpul disatu titik dan sedang sibuk menulis sesuatu.
"Eh udah selesai pr mtk belum? Gue mau lihat nih" ujarku kepada mereka.
"Ini lagi ngerjain Jun" ujar Febira menyahut.
"Kalian nyalin punya siapa nih?" tanyaku.
"Punya Veli" ujar Aliya sambil terus menulis.
Oh! Wajar saja mereka menyalin pr mtk punya Veli, karena yang aku tau Veli memang jago dalam pelajaran mtk. Sangat terlihat ketika dia sering ditunjuk pak Aradi untuk mengerjakan soal dipapan tulis dan jawabannya selalu benar. Bahkan Veli pernah didaftarkan oleh pak Aradi untuk mengikuti olimpiade mtk pada saat kelas sebelas dan ternyata Veli menang, dia berhasil membuat pak Aradi bangga.
Tanpa berkata apapun, aku langsung menarik buku Veli yang berada di tengah - tengah teman sekelasku.
"Eh Jun kembaliin bukunya!" seru Febira kepadaku.
"Bentar - bentar, cuma mau gue foto nih" ujarku sambil mengambil hp di saku celana dan langsung memfoto semua jawaban yang tertulis dibuku Veli.
"Cepetan Jun, kita semua belum selesai nih" ujar Aliya yang nampak kesal.
"Iya Jun cepetan!"
"Gue baru setengah nyatetnya!"
"Lama banget sih Jun!"
Suara anak - anak yang lain mulai meneriaki ku.
"Nih udah" aku pun melemparkan buku itu ke arah mereka dan langsung duduk ditempatku semula.
"Den buruan kerjain! Gue udah dapet jawabannya nih!" seru ku kepada Deni. Namun tidak ada reaksi sama sekali darinya. Sepertinya dia benar - benar tertidur.
Aku tidak menghiraukan Deni lagi, dan mulai menyalin semua jawaban yang telah aku foto dari buku Veli.
"Selamat pagi anak - anak!" aku mendengar seruan dari pak Aradi, guru mtk kami.
Namun tidak aku hiraukan. Aku terus menulis secepat yang aku bisa. Sementara Deni belum juga mengangkat kepalanya yang artinya 100% dia benar - benar tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis Pendiam
Teen FictionDia memang pendiam tetapi tidak bodoh. Dia pintar hanya saja tertutupi oleh diamnya.