Ibunya Veli bilang dia selalu menitipkan surat keterangan Veli sakit ke anaknya ibu Sela. Tapi kenapa ketika aku bertanya kepada Lani beberapa hari kemarin, dia bilang kalau dia tidak pernah menerima surat dari Veli atau dari siapapun. Apa mungkin anaknya ibu sela itu tidak memberikan surat keterangan sakit Veli kepada Lani.
"Tante, kira - kira tante tau gak siapa nama anaknya ibu Sela yang tante bicarakan tadi?" tanyaku.
"Kalo gak salah namanya itu Feb...feb, feb apa ya tante lupa" ujar ibunya Veli nampak masih mengingat - ingat.
"Febira?" tanyaku.
"Nah iya maksud tante itu, nama anaknya ibu Sela adalah Febira" ujar ibunya Veli.
Febira? Kemarin Febira bilang kalau dia tidak tau rumah Veli di mana, tetapi kenapa ibunya Veli bisa menitipkan surat keterangan sakit kepada Febira. Berarti rumah Veli cukup dekat kan dengan rumah Febira.
"Kalau boleh tau rumah Febira di mana ya tante?" tanyaku kepada ibunya Veli.
"Rumah Febira dekat kok dari sini, cuma selang beberapa rumah aja" ujar ibunya Veli.
Berarti Febira dan Veli satu komplek bahkan rumah mereka berdua berdekatan. Berarti kemarin Febira berbohong kalau dia tidak tau rumah Veli. Tapi kenapa dia berbohong?
"Tante yakin Febira selalu memberikan surat keterangan sakit itu kepada sekretaris yang ada di kelas Veli?" tanyaku.
"Iya, Tante yakin Febira pasti memberikan surat itu ke sekretaris kelas Veli. Namun yang tante bingung kenapa Veli masih di alfakan." ibunya Veli nampak menerawang.
"Nah itu dia tante, Juna juga bingung kenapa bisa seperti itu" ujarku.
Aku yakin pasti Febira tidak memberikan surat keterangan sakit Veli kepada Lani. Karena pada beberapa hari yang lalu Aku sudah bertanya kepada Lani, kata Lani dia tidak pernah menerima surat keterangan yang memberitahukan kalau Veli sakit ataupun izin. Tapi aku tidak mau memberitahukannya kepada ibunya Veli saat ini, karena ini baru dugaanku saja.
"Besok tante langsung ke sekolah saja. Buat mengurusi ini semua. Pasti ada kesalah pahaman saja dari pihak sekolah" ujar ibunya Veli sambil melipat kertas surat yang telah di bukanya.
"Makasih ya Jun, kamu sudah mengantarkan surat ini" ujar ibunya Veli.
"Iya tante sama - sama. Yasudah kalau begitu Juna pamit pulang dulu ya" ujarku pamit.
"Iya hati - hati di jalan. Maaf ya karena kamu gak bisa ketemu sama Veli hari ini." jawab ibunya Veli.
"Iya tante tidak apa - apa, saya pamit tante. Assalamualaikum"
"Waalaikummussalam"
Aku pun berjalan keluar dari rumah Veli. Kemudin menghidupkan motorku dan pergi dari sana.
***
Aku menarik tangan Febira cepat menelusuri koridor sekolah yang mulai sepi.
"Jun lepasin tangan gue!" seru Febira dari belakang sambil mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman ku.
"Gak akan, gue mau bicara sama lo" ujarku tanpa menoleh ke belakang.
"Lo mau bicara apa, kenapa gak di kelas aja sih!" seru Febira bernada kesal.
"Karena gue gak mau mempermalukan lo di kelas" sengitku.
"Maksud lo apa sih! Lepasin tangan gue!"
Aku langsung melepaskan tangannya karena telah sampai di depan gudang sekolah yang sepi. Tidak ada siswa manapun yang berlalu di sini.
Aku menatap Febira tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis Pendiam
Genç KurguDia memang pendiam tetapi tidak bodoh. Dia pintar hanya saja tertutupi oleh diamnya.