"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh" aku mendengar Deni yang mengucap salam di depan. Seperti nya dia yang menjadi moderator.
"Waalaikummussalam warohmatullahi wabarokatuh" ujar ku berbarengan dengan siswa yang lain nya.
"Kami dari kelompok dua akan mempresentasikan hasil diskusi kami yang berjudul menentukan unsur-unsur intrinsik sebuah cerpen. Yang akan di sampaikan oleh Lani"
Aku melihat Lani yang mulai berdiri dari tempat duduk nya dan mulai membacakan hasil dari tugas mereka. Selama Lani berbicara, aku terus memperhatikan Veli yang duduk di kursi paling pinggir dekat dengan meja ibu Nur. Veli menundukkan wajah nya sambil menggerak-gerakan pena di atas buku nya. wajah nya memang sangat terlihat tegang. Tidak ada senyum di wajah nya, bahkan dia tidak pernah mendongakkan kepalanya untuk melihat ke depan. Padahal dia hanya duduk saja di depan itu, tidak menjadi pembicara seperti Lani.
"Ok mungkin itu saja hasil diskusi dari kelompok kami. Kepada kelompok lain yang merasa kurang jelas ataupun bingung. Silakan bertanya kepada kelompok kami"
Suara Deni berhasil mengalihkan pandangan ku dari arah Veli ke arah Deni.
"Apakah ada yang ingin bertanya?" ujar Deni.
Aku kembali berbalik dan melihat anggota kelompok ku.
"Yang di jelasin oleh Veli eh maksud gue Lani tadi apa ya?" tanya ku kepada mereka.
"Hah lo gak tau si Lani ngejelasin apa?" ujar Gita ekspresi wajah nya nampak kaget.
"Iya Jun, bukan nya sedari tadi lo memperhatikan Lani yang bicara di depan, masa lo gak tau sih apa yang Lani jelasin" ujar Febira.
"Gue lupa" ujar ku. Gara-gara terlalu fokus memperhatikan Veli di depan, aku sampai lupa apa sebenar nya yang Lani jelaskan barusan.
"Gue lihat lo tadi kayak serius amat memperhatikan Lani bicara, masa lo udah lupa sih" ujar Gebi.
"Ah! Kenapa susah banget sih nanya sama kalian. Tinggal jawab aja kali apa yang Lani jelasin barusan" ujar ku mulai sedikit kesal.
"Jun ini pertanyaan nya kalo lo ingin bertanya" aku melihat Aliya mengulur kan selembar kertas ke arah ku. Aku pun langsung menerima nya.
"Thanks" ujar ku kepada Aliya. Kemudian aku berbalik lagi ke depan kelas dan hendak mengangkat tangan.
"Ok seperti nya kami cukupkan 3 pertanyaan terlebih dahulu. Bagi yang ingin bertanya lagi, silakan tunggu babak selanjut nya"
"Mohon beri kami waktu sebentar untuk mencari jawaban dari teman-teman yang telah bertanya"
Apa! baru saja aku ingin mengangkat tangan tiba-tiba Deni telah berkata seperti itu. Baik lah tidak masalah. Aku akan menunggu babak selanjut nya untuk bertanya.
Aku melihat Veli yang sibuk membolak balik kan buku di depan nya, Deni yang duduk santai di kursi karena dia seorang moderator, sementara Jihan dan Lani terlihat serius memainkan hp mereka. Seperti nya mereka tengah mencari jawaban di hp tersebut.
Tak lama kemudian aku melihat Jihan yang berbicara dengan Deni namun hanya sebentar. Kemudian Deni berdiri dari tempat duduk nya.
"Baik lah rekan kami akan menjawab pertanyaan dari kelompok 4" ujar Deni dengan suara lantang.
Jihan pun mulai berdiri dari tempat duduk nya dan berjalan sedikit maju ke depan. Dia pun mulai membacakan jawaban nya.
Sambil mendengarkan jawaban dari Jihan, Mata ku beralih menatap Veli yang masih sibuk membolak-balik kan buku di depan nya. Lani menyentuh bahu Veli. Veli pun langsung menghadap ke arah Lani. Terlihat mereka berdua sedang berbincang- bincang sebentar. Tak lama kemudian aku melihat Jihan yang telah duduk di bangku nya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis Pendiam
Novela JuvenilDia memang pendiam tetapi tidak bodoh. Dia pintar hanya saja tertutupi oleh diamnya.