Last Piece

965 148 10
                                    

.

Ia tak pernah berharap semuanya akan seperti ini. Itulah awal kenapa Indra hanya bisa merenung saat hari-harinya tiba-tiba terasa begitu kelabu. Sangat berbeda seperti kemarin.

Setelah penobatan sang Raja baru, beberapa minggu kemudian ia jatuh sakit. Dan Indra tak bisa bangun dari ranjangnya. Sosoknya yang dulu kokoh dan perkasa kini hanya bisa tergolek lemah, menatap langit-langit dengan raut jenuh dan hanya bisa bercakap dengan beberapa orang pelayan dan tabib yang datang silih berganti.

Terkadang Amerure mengunjunginya bersama putrinya yang sudah remaja, terkadang Habiti datang berkunjung, wajahnya terlihat lebih cekung selama beberapa tahun belakangan. Dari situlah, Indra baru menyadari bahwa ia sudah banyak mensia-siakan istri-istrinya yang lain. Tapi andai mau dikata, semuanya sudah terlanjur. Sang mantan Raja menyadari bahwa pernikahannya dengan wanita-wanita lain selain Sachi hanyalah sebagai formalitas. Sejak awal, ia sendiri tidak pernah menaruh hati pada mereka.

Indra hanya melakukan apa yang harus ia lakukan sebagai seorang suami dan Raja, memberikan segala yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk mereka walau ia tidak melakukannya dengan sepenuh hati.

Di hari itu, ketika Amerure dan putrinya berkunjung, Indra memberikan beberapa pesan, permintaan maaf dan restu agar putri yang tak pernah ia perhatikan itu bisa hidup bahagia. Dan selepas itu, Amerure pergi dari istana dan tinggal dengan putrinya yang menikah dengan seorang bangsawan beberapa hari kemudian. Bahiti hanya datang beberapa kali, kemudian ia tidak pernah muncul lagi.

Ranno pun tidak pernah menampakkan dirinya sejak hari itu, ia sendiri tak mengerti. Tapi yang ia tahu, kesendiriannya pada hari-hari terakhir terasa sangat lama. Ingatannya terbang pada kerinduan masa lalu, saat Sachi ada di sisinya. Saat Sachi bersamanya, dan ia berharap dapat kembali ke hari itu.

Dan perlahan kepalanya terasa berat, pandangannya mulai mengabur. Kemudian semuanya sudah tidak sama lagi.

.

.

Hal yang ia ingat ketika membuka mata, hanya sosoknya yang terpaku di sudut ruangan. Di sampingnya sosok dengan sebuah jubah hitam dengan sabit besar tengah berdiri. Ia hanya menatap sosok itu sekilas, hingga ia kemudian berpaling dan melihat pemandangan di hadapannya.

Di sana ada dirinya, ada tabib dan pelayan yang menangis mengelilingi sosoknya yang terbaring di atas ranjang. Tapi ia tidak perlu bertanya dua kali ketika menyadari keadaannya.

"Jadi... aku sudah mati?" Tanya entah pada siapa, mungkin kepada dirinya, atau mungkin pada sang malaikat maut di sampingnya.

Sosok itu tidak menyahut, namun ia melangkah mengikuti kemana setiap alur itu mengalir. Dari mulai jasad Indra dimumifikasi dan semua upacara-upacara pemakaman. Indra pun juga turut serta, untuk melihat semuanya. Dan di sinilah akhir ketika ia berdiri di samping makam, di dalam sebuah piramid. Sosok pria itu terlihat merenung, dan memandang sarkopagus yang berisi jasadnya telah disemayamkan di sebuah ruangan di dalam sisi piramid.

Dan saat pintu makam di tutup dan semua yang berduka telah pergi, hanya tinggal Indra sendiri dan sosok di hadapannya. Sosok itu memandangnya sejenak. Indra hanya memberikan sebuah tatapan tenang yang sarat akan kesedihan.

"Sebelumnya, apakah aku boleh bertanya satu hal?" Ucap Indra. "Apakah, kekasih hatiku juga ada di alam sana?"

Sosok itu tidak menjawab, namun setelah beberapa saat ia terlihat mengeleng kecil. Membuat gestur yang memberikan jawaban atas pertanyaan pria itu. Indra terlihat kaget, namun juga sendu.

Sand of SaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang