...
Tanpa sebuah luka, ketegaran seorang gadis tidak akan menjadi sempurna.
...Ulangan akhir semester yang kurang beberapa hari banyak menyita waktu luang. Beberapa siswa lebih memilih santai tanpa selalu bergelut dengan pelajaran untuk mengisi waktu yang biasanya kosong. Tidak sedikit juga siswa yang lebih memilih mempersiapkan dari jauh hari untuk meraih nilai yang sempurna. Salah satunya gadis berdarah Amerika Serikat yang kini menatap buku pelajaran.
"Kat ini dong ajarin gue, otak gue cupet banget nih," rengek Reina memelas.
"Iya iya, sebentar ini gue juga lagi belajar," ucap Katrina masih menatap buku yang sangat menyebalkan.
"Rein, gak bisa yang mana?" tanya Rafli selembut mungkin.
"Nah! Sama Rafli tuh."
"Dasar lo! Sama sepupu sebaik gue kayak gitu. Hm ... ajarin gue dong Raf, gimana kalau di bangku lo aja deh, kasian yang jomblo," sindir Reina.
"Gue single kali!" jawab Katrina tajam.
Rafli dan Reina pun pergi meninggalkan Katrina yang mulai jenuh menatap buku. Demi avatar yang bergabung dengan mimi peri pun Katrina ingin sekali menyobek-nyobek ganas buku yang dihadapannya, namun Katrina masih dapat menahan diri dan dia sadar itu adalah ilmu. Sedangkan Vino yang selesai mencerna setiap kata dan rumus dalam buku melihat Katrina yang terlihat kesulitan, gadis itu berulang kali mengacak rambutnya frustasi.
"Ada yang susah?" tanya Vino tiba-tiba duduk di kursi yang biasa di tempati Reina.
"Iya nih, gue kurang fokus kayaknya."
"Yang mana?" tanya Vino lembut dan mulai mendekatkan tubuhnya ke Katrina.
Tubuh Vino yang tinggal beberapa senti dengan Katrina membuat gadis itu merasa gerah. Begitu mengundang detakan jantung dan desiran yang aneh, kecanggungan pun mulai menyelimuti.
"Ng- i- ini," ucap Katrina terbata-bata karena gugup.
Vino tersenyum melihat Katrina yang mulai salah tingkah, lengkungan tipisnya terulas memancarkan aura kuat yang dapat memikat gadis manapun. Katrina berusaha untuk menyembunyikan kegugupannya lalu matanya mulai menatap buku dan bersiap mendengar penjelasan dari Vino.
Sedangkan Vino masih menatap Katrina lekat, meneliti dari puncak kepala hingga ke dagunya. Gadis yang sedang diamati Vino itu terlihat manis dengan senyum di bibirnya.
Satu menit berlalu, Katrina belum mendengarkan sepatah katapun dari bibir Vino. Gadis itu sudah tidak sabar lagi untuk menunggu sehingga kepalanya bergerak ke arah Vino.
Deg!
Mungkin ini dikatakan rasa yang luar biasa, begitu banyak sihir didalamnya, membutakan segala pemikirannya, menghancurkan segala keegoisannya, dan mencairkan kebekuan yang membelenggunya.
Sepersekian detik mata mereka saling beradu, percikan rasa yang baru tumbuh semakin meluas menghasilkan detakan jantung yang semakin memburu. Kini mereka saling menatap, hembusan nafas pun saling beradu. Tanpa kata yang terucap dari keduanya. Mereka sama-sama mencari setitik cahaya dalam jurang manik mata yang begitu dalam.
"Kat," ucap Vino membuka suara setelah Katrina memutus kontak mata itu.
"Hm."
"Dijelasin gak nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come
Teen Fiction(SELESAI) [2018 WATTYS AWARD WINNER, CATEGORY "HIDDEN GEMS"] Bayangkan saja jika kamu harus selalu tersenyum dan hangat, disaat segala masalah menerjangmu. Sama halnya dengan kisah ini, yang menuntut sang Mentari untuk tetap tegar, meski raganya mem...