39. Akankah?

740 54 9
                                    

...
Pada akhirnya, genggaman eratmu akan terlepas dari jari-jariku.
...

"Kat..."

Katrina menoleh ke Reina yang telah berdiri dari tempat duduknya. Katrina pun mematikan lagu yang masih melantun di telinganya melalui earphone yang dia pakai. Lalu, mereka pun keluar dengan bergantian.

"Dingin banget," celetuk Katrina.

"Iya, gue lupa pakai jaket nih," timpal Reina yang melipatkan tangannya di depan dada.

"Nih, punya gue lo pakai aja," sahut seseorang bersuara berat seraya menempelkan jaketnya di punggung Katrina.

"Vi----Ken?" Katrina terkejut karena yang menempelkan jaket di pundaknya bukanlah Vino, melainkan Ken yang kini tengah tersenyum.

"Ken?" Tidak hanya Katrina yang terkejut, Reina pun sama.

"Kompak banget," gurau Ken melihat Katrina dan Reina sama-sama terkejut.

Bagaimana tidak terkejut, ternyata yang menempelkan jaket di pundaknya adalah Ken, bukanlah Vino. Sikap Ken yang baik kepada Katrina membuat dia ragu, jika Ken adalah dalang di balik drama yang menjadi konflik kisah mereka.

"Makasih Ken, lo baik banget. Tapi..." Katrina menggantungkan ungkapannya sembari melepaskan jaket Ken dari pundaknya, lalu mengembalikan ke pemilikinya.

"Gue gak bisa pakai jaket lo. Gue gak mau ada yang sakit hati... ada hati yang harus gue jaga," sambung Katrina dengan senyumnya.

Kali ini Ken yang dibuat terkejut oleh Katrina. Reina pun tampak menjatuhkan rahangnya kagum. Tidak hanya mereka yang dibuat terkejut dan kagum, Vino yang melihat tak jauh dari tempat Katrina, Ken, dan Reina berdiri itu mengulas senyumnya. Apalagi Vino melihat peristiwa dari awal, Ken yang menempelkan jaket di pundak Katrina, hingga mendengar Katrina mengungkapkan itu.

Ken pun tersenyum menyembunyikan rasa kecewanya, seolah ungkapan Katrina bagai jari yang mencubit hatinya.

"Tapi nanti kalau lo kedinginan gimana?" tanya Ken yang akan mengambil jaketnya, tetapi tertahan.

"Katrina bisa pakai jaket gue," timpal Vino seraya menempelkan jaketnya yang berwarna neavy blue itu, persis seperti yang Ken lakukan sebelumnya.

Deg!

Semua yang terlibat dalam percakapan itu terdiam, hanya saja saling melempar pandangan. Sehingga kedinginan yang menggantung di udara semakin pekat. Sampai akhirnya Reina memecah keheningan diantara mereka.

"Hmmm, kayaknya keberadaan gue ganggu percakapan kalian. Jadi gue mau cari Rafli dulu," ceplos Reina lalu melangkahkan kakinya.

"Rein!" panggil Katrina dan Vino bersamaan, sungguh membuat perasaan Ken bergejolak.

"Wih! Bisa kompak gitu ya? Apa?" tanya Reina yang membalikkan badannya.

"Jangan per-" Katrina akan menahan, tetapi tersela Vino.

"Gue cuma beri info, tadi Rafli di deket bus nomor tiga," jelas Vino menyela perkataan Katrina.

"Oh ok, thank you," ungkap Reina lalu pergi membuat Katrina menghela pasrah.

"Yoi."

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang