...
Setiap detik dapat menjadi berlian ketika menghabiskan setiap detik bersamamu.
...Suara denting piano mengalun indah di telinga. Katrina duduk seraya menekan tuts-tuts piano dengan jari lentiknya, rambut pirangnya terurai dan terlihat ringan saat angin menyibak setiap helai. Matanya menatap tuts-tuts piano itu dengan kosong, tetapi jarinya seakan bergerak dengan sendirinya dan seakan menari bebas.
Katrina terlihat begitu melankolis karena senyumnya tidak terlukis sedikit pun. Kepribadian Katrina yang sanguinis seperti lenyap tertelan keadaan. Teriakan benci mamanya bagai menghentak di kepala, oleh karena itu, di sinilah Katrina sekarang. Menekan tuts-tuts piano yang menghasilkan melodi indah.
"Kat," panggil seorang gadis yang berusia satu tahun lebih tua darinya dengan nada lembut.
"I-iya kak," sahut Katrina setelah menghentikan gerakan jari-jarinya yang menari di atas tuts piano.
"Ada seseorang yang ingin sekali bertemu denganmu... kakak yakin pasti kamu sangat bahagia jika bertemu dengannya," ucap Viona dengan senyum hangat layaknya seorang kakak yang baik di ambang pintu studio rumahnya.
"Siapa?" tanya gadis dengan gaun merah selutut.
"Biarkan ini lebih seru, kakak tidak akan memberitahumu. Sudahlah, ayo!"
"Iya," jawab Katrina singkat karena pikirannya mencoba menerka siapa yang sudah menunggunya.
Siapa? Apa aku akan benar - benar bahagia?
"Sudahlah, jangan berpikir siapa yang datang. Kakak jamin kamu akan sangat bahagia," ucap Viona yang bagai menjawab setiap pertanyaan yang menggema di kepala Katrina.
Katrina dan Viona keluar dari studio yang didominasi warna biru laut dan begitu luas. Derap langkah kaki mereka bagai dentuman yang menggema di rumah yang begitu megah.
Lampu gantung keemasan memancarkan cahaya di setiap penjuru rumah, isi rumah Katrina didominasi dengan warna emas dan silver sehingga terlihat sangat mewah serta elegan. Guci - guci tidak jarang untuk menghiasi setiap penjuru rumah sehingga menambah kemewahan. Tangga di rumah gadis berdarah Amerika Serikat-Indonesia itu terlihat sedikit memutar, marmer yang mengalasi berwarna putih berbaur silver membuat pantulan cahaya dari lampu terlihat mengkilat.
Ketika satu persatu anak tangga telah Katrina lewati, Katrina dan kakaknya sudah dekat dengan ruang tamu. Suara bariton yang samar-samar terdengar familiar di telinga Katrina, membuat dirinya rasa penasarannya semakin menyeruak.
"Kak Daniel!" seru Katrina setelah melihat pemuda berumur dua puluh tahun yang mengobrol dengan Zafran.
Katrina menghambur pelukan ke pemuda yang bernama Daniel itu. Daniel pun membalas pelukan Katrina dengan pelukan yang hangat. Dengan mendekap Katrina, Daniel dapat melepas kerinduan bagai kobaran api yang bergejolak ingin bertemu.
Daniel adalah sahabat lama Zafran, Katrina, Naufan, Reina, dan Viona. Dulu mereka sering berkumpul di ruang pertemuan rumah Katrina. Karena Daniel harus melanjutkan pendidikan di Kanada, mereka menjadi jarang untuk berkumpul bersama apalagi mereka sekarang disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Walaupun tidak dapat bertemu langsung, mereka tidak pernah putus kontak.
Diam-diam Daniel menyimpan perasaan kepada Katrina, sehingga jika Daniel kembali di Indonesia, dia akan menjaga dan mencintai Katrina sepenuhnya. Daniel harus pulang mengurus perusahaan papanya setelah lama diurus sahabat papanya. Orang tua Daniel sudah lama meninggal sehingga dia harus menjalani hari bersama nenek dan kakeknya di Kanada.
Walaupun Daniel adalah sahabat Katrina, tetapi ada banyak hal yang tidak Katrina tahu tentang Daniel. Daniel adalah orang yang tidak ingin jika masalahnya ia perlihatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come
Ficção Adolescente(SELESAI) [2018 WATTYS AWARD WINNER, CATEGORY "HIDDEN GEMS"] Bayangkan saja jika kamu harus selalu tersenyum dan hangat, disaat segala masalah menerjangmu. Sama halnya dengan kisah ini, yang menuntut sang Mentari untuk tetap tegar, meski raganya mem...